BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN MEREK PRODUK HASIL TEMBAKAU YANG DIKAITKAN DENGAN CUKAI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.39 TAHUN 2007 TENTANG CUKAI

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

1 of 5 21/12/ :02

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PER - 7/BC/2011 TATA CARA PEMUNGUTAN CUKAI ETIL ALKOHOL, MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL, DAN KONSEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi,

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENGGUNAAN DAN PENGAWASAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/PMK.011/2013 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5541) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERA TURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.03/2015 TENT ANG

203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

Analisis penerimaan dan potensi cukai pada. kantor pelayanan bea dan cukai tipe a. Surakarta periode Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

KEWENANGAN PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PENERBITAN IZIN NPPBKC BAGI PENGUSAHA MMEA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. produk barang maupun jasa yang ditemukan di pasaran. Barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (7) Undan

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat kita bahas melalui topik tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

P - 39/BC/2009 PELEKATAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

GUBERNUR JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Apakah Indikasi Geografis itu?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010

*35150 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1997 (5/1997) TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P - 48/BC/2009 DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI [LN 2007/105, TLN 4755]

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian

PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG UNTUK OLEH PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMERINTAH DAERAH YANG DITUJUKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi perekonomian negara kita dalam meningkatkan proses

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II Tinjauan Pustaka Dan Metode Pengamatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 1 /BC/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P 14/BC/2006 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan produktifitas yang tinggi di masyarakat untuk berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam produk barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran produk yang akan dipasarkan pada masyarakat luas, maka atas produk tersebut perlu memiliki merek terlebih dahulu sebagai tanda kepemilikan atas sebuah hasil karya yang telah dihasilkan dengan harapan agar pihak lain tidak dapat memanfaatkan atas produk hasil ciptaan tersebut. Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran suatu produk karena publik sering mengaitkan dengan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek tertentu. Sebuah merek dapat dijadikan aset dan kekayaan yang sangat berharga secara komersial dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi Merek suatu barang hasil tembakau seperti halnya rokok dengan kriteria tertentu yang di produksi oleh Perusahaan Rokok diwajibkan memiliki sertifikat dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual agar memiliki kepastian hukum bagi pemiliknya. Apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pihak lain seperti halnya plagiat yaitu menjiplak produk, maka pemilik produk asli dapat mengajukan tuntutan kepada penjiplak produk/plagiat dengan bukti kepemilikan duplikat produk yang palsu. 1

2 Merek memegang peranan yang sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai, mengingat merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian/dunia usaha. Penyelesaian sengketa merek memerlukan badan peradilan khusus untuk menangani permasalahan yaitu Pengadilan Niaga sehingga diharapkan sengketa merek dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undangundang ini. 1 Pasal 4 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 perubahan atas Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai menyatakan bahwa Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari hasil tembakau yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu pembuatannya. 2 Untuk dapat menggali sumber Anggaran Pendapatan Belanja Negara Pemerintah perlu mengoptimalkan upaya penerimaan negara dari sektor cukai, selain dari penerimaan pajak. Selain dari sisi penerimaan, perlu dilakukan penyempurnaan sistem administrasi cukai (dengan system administrasi cukai secara online) dan peningkatan upaya penegakan hukum (misalnya pemantauan dan penelitian atas kepemilikan Nomer Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, pengawasan rokok polos, pengawasan rokok tanpa pita cukai dan/atau pengawasan rokok dengan pita cukai palsu). 1 Sugianto, 2008, Pengantar Kepabeanan dan Cukai, Jakarta: Grasindo, hlm 7. 2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Cukai, Jumat, 24 April 2015, dalam http://www.beacukai.go.id/arsip/cuk/cukai.html diunduh Rabu, 21 September 2016, pukul 19:35

3 Dilihat dari cara pemungutannya, cukai termasuk kedalam golongan Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal tertentu atau peristiwa tertentu 3, melalui pengusaha barang kena cukai itu sendiri (Pengusaha Pabrik ketika barang yang dikenakan cukai selesai dibuat atau akan dikeluarkan dari Pabrik/Tempat Penyimpanan). Hal ini berbeda dengan Pajak Langsung, yang mewajibkan subyek pajaknya untuk langsung membayar sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak, berdasarkan Surat Penetapan Pajak Tahunan/SPPT, yang dilakukan secara kohir/setahun sekali (misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan). Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa Kepala Kantor menetapkan tarif cukai hasil tembakau untuk Merek baru dan menetapkan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau. 4 Pengusaha Barang Kena Cukai yang mempunyai produk hasil tembakau baru di wajibkan untuk mendaftarkan merek baru pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai agar memiliki kekuatan hukum tetap, dengan begitu produk hasil tembakau akan mendapatkan harga jual eceran dan pita cukai. Pita cukai adalah salah satu dokumen sekuriti negara yang digunakan sebagai bukti pelunasan cukai dan sekaligus sebagai alat pengawasan, sehingga terhadap pengadaan pita cukai diperlukan pengamanan khusus mulai dari proses pembuatan bahan baku, percetakan sampai dengan pendistribusiannya dalam rangka pengamanan penerimaan negara. Pita cukai juga berkaitan dengan kelangsungan produksi dan pemasaran barang kena cukai yang pelunasan cukainya diperlukan kepastian atas kesinambungan tersedianya pita cukai bagi pengusaha pabrik. 3 Wirawan B. Ilyas&Richard Burton, 2001, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 17. 4 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER - 40/BC/2014 tentang Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau.

4 Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti sehingga memilih judul : PERLINDUNGAN MEREK PRODUK HASIL TEMBAKAU YANG DIKAITKAN DENGAN CUKAI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.39 TAHUN 2007 TENTANG CUKAI (Studi Kasus di KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta). B. Pembatasan Masalah Dengan mengingat keterbatasan pemikiran serta waktu yang penulis miliki, maka dalam skripsi ini penulis akan membatasi pada pokok permasalahan sehingga tidak menyimpang dari apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini maka akan dibatasi hanya pada perlindungan merek produk hasil tembakau dalam permasalahan cukai. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dalam melindungi merek produk hasil tembakau? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dalam melindungi merek produk hasil tembakau? 3. Bagaimana cara penyelesaian pelanggaran merek produk hasil tembakau ORBIT?

5 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dalam melindungi merek produk hasil tembakau. 2. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dalam melindungi merek produk hasil tembakau. 3. Mengetahui cara penyelesaian pelanggaran merek produk hasil tembakau ORBIT. E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis pribadi akan tetapi bermanfaat bagi orang lain, adapun manfaat dari penelitian ini dirumuskan dalam dua hal yakni sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya pada merek produk hasil tembakau dalam permasalahan cukai. 2. Manfaat Praktis Dari penelitian ini penulis berharap dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan mensosialisasikan bentuk perlindungan merek produk hasil tembakau dalam permasalahan cukai.

6 F. Kerangka Pemikiran Untuk memberikan perlindungan terhadap hak yang dimiliki seseorang. Perlindungan hukum merek dan pita cukai khususnya pada PT. Menara Kartika Buana dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Merek Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kepemilikan Pita Cukai Produk Perusahaan Menara Kartika Buana (ORBIT) Merek dan Pita Cukai Perlindungan Hukum: UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penjelasan Kerangka Pemikiran: Merek adalah suatu tanda untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh

7 orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. 5 Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dapat memberikan sertifikat terhadap barang yang didaftarkan mereknya, dengan syarat tidak ada persamaan dengan merek lain. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dapat menolak permohonan pendaftaran merek yang diajukan sesuai dengan Pasal 20 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyatakan: a. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama, kesusilan, atau ketertiban umum; b. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa yang diohonkan pendaftarannya; c. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi; e. tidak memiliki daya pembeda; dan/atau f. merupakan nama umum dan/atau lembaga milik umum. Produk Hasil Tembakau harus terdaftar pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai agar mendapatkan pita cukai. Pita cukai adalah salah satu dokumen sekuriti negara yang digunakan sebagai bukti pelunasan cukai dan sekaligus sebagai alat pengawasan, sehingga terhadap pengadaan pita cukai diperlukan pengamanan 5 OK. Saidin, 2010, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta : PT Raja Grafindo Jakarta, hlm 45.

8 khusus mulai dari proses pembuatan bahan baku, percetakan sampai dengan pendistributiannya dalam rangka pengamanan penerimaan negara. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berhak untuk memeriksa berkas permohonan yang diajukan pada instansinya, apakah barang yang didaftarkan tersebut memiliki kesamaan pada perusahaan lain yang mereknya telah terdaftar. G. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian metode merupakan hal yang sangat penting dimana diperlukan sebagai pembahasan masalah yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Untuk menyelesaikan dan mendapatkan data serta jawaban yang obyektif ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan maka dibutuhkan metode-metode tertentu, adapun pengertian metode penelitian adalah cara mencari (menemukan pengetahuan yang benar dan dapat dipakai untuk menjawab suatu masalah). Adapun metode penelitian yang dipakai untuk membahas masalah ini : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang mendeskripsikan data yang diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan dengan kalimatkalimat penjelasan secara kualitatif. 2. Metode Pendekatan Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatifempiris. Pendekatan ini mengenai implementasi ketentuan hukum normatif

9 (undang-undang) dalam aksinya disetiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. 3. Lokasi penelitian Yang menjadi sasaran dalam penelitian adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta yang terletak di Jl. L.U Adisucipto Nomor 36 Colomadu Karanganyar Surakarta dan PT. Menara Kartika Buana yang terletak di Jl. Raya Solo-Purwodadi KM 11,6 Karanganyar Surakarta. 4. Jenis Data Dalam penelitian ini maka penulis menggunakan data sebagai berikut : a. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. 6 Mengenai perlindungan merek produk hasil tembakau dalam permasalahan cukai. b. Data Sekunder Dibedakan menjadi dua bahan, yakni : 1. Bahan hukum primer, meliputi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. 2. Bahan hukum sekunder, meliputi buku, jurnal hukum, karya ilmiah, literatur, media massa. 6 Amiruddin, Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 30.

10 5. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Studi kepustakan dilakukan dengan cara mencari data dari bahanbahan yang berupa buku, dokumen, arsip, peraturan perundang-undangan dan lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian. b. Studi Lapangan 1. Wawancara Wawancara akan dilakukan pada Pejabat Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dan Manager PT. Kartika Buana mengenai obyek yang diteliti. 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan 7, mengenai perlindungan merek pada produk hasil tembakau ORBIT pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. 6. Metode analisis data Penulisan ini menggunakan deskriptif kualitatif maka metode analisis data yang sesuai dengan penelitian ini menggunakan pendekatan normatif empiris yaitu memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan serta mengolah data primer yang telah diperoleh akan dijadikan sesuatu yang utuh. Di dalam penelitian ini, literatur yang ada hubungannya dengan merek dipadukan dengan pendapat narasumber di lapangan dan dianalisis secara 7 Riduwan, 2004, Metode Riset, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 104.

11 kualitatif dan dicari pemecahannya kemudian dapat ditarik sebagai kesimpulan deduktif. 8 H. Sistematika Penulisan Guna memberikan gambaran mengenai pembahasan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan terdiri dari empat bab, yaitu: BAB I berisi pendahuluan yang didalamnya menguraikan tentang latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II berisi tinjauan pustaka yang didalamnya menguraikan Tinjauan Umum mengenai Merek, pengertian merek, jenis merek, pendaftaran merek, jangka waktu perlindungan dan perpanjangan merek terdaftar, pengalihan hak atas merek terdaftar, penolakan perpanjangan jangka waktu perlindungan merek terdaftar, penghapusan merek terdaftar, penyelesaian sengketa merek dan ketentuan pidana. Tinjauan Umum mengenai Cukai, pengertian cukai, barang kena cukai, tarif cukai, tidak dipungut cukai, perizinan cukai, tata cara penetapan tarif cukai hasil tembakau, kewenangan di bidang cukai dan ketentuan pidana. Tinjauan Umum mengenai Kesehatan. BAB III berisi hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya akan diuraikan mengenai upaya yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Curakarta dalam melindungi merek produk hasil tembakau ORBIT sesuai Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai dan cara penyelesaian pelanggaran merek produk hasil tembakau ORBIT. 8 Kesimpulann deduktif adalah kesimpulan yang dimulai dengan cara menjabarkan segala hal secara mendetail dan diakhiri dengan dan/atau fakta yang umum sebagai inti permasalahan.

12 BAB IV berisi penutup yang berupa kesimpulan dari hasil penelitian dan saran sebagai bentuk tindak lanjut dari penelitian.