BABI PENDAHULUAN. rangka untuk menunjang kebutuhan ekonolni. Jawa, dimana praktik perdagangan perempuan pada saat itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perempuan dan anak. Dengan demikian upaya perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BABffi PENUTUP. yang mengatur mengenai prostitusi, dan antara satu dengan lainnya

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melekat dan menjadi predikat baru bagi Negara Indonesia. Dalam pandangan

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukannya di dalam hukum (equality before the law). Pasal 27 ayat (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk Allah Subhana Wata ala yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan Orang khususnya perempuan dan anak kembali ramai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah. Hal ini yang mendorong munculnya paktek perdagangan

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 284. (1) di hukum penjara selama lamanya sembilan bulan: berlaku padanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prostitusi dalam arti terangnya adalah pelacur atau pelayan seks atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus. generasi muda. Generasi muda merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang. ditentukan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah yang umum, \A-tJ'4"'~""'".I.'" praktik U\.tIJlI UQ.ICUI rangka untuk menunjang kebutuhan ekonolni bersangkutan. Di Indonesia sendiri praktik prostitusi telah ada sejak jaman kerajaankeraaan Jawa, dimana praktik perdagangan perempuan pada saat itu Inerupakan bagian pelengkap feodaji. Sejarah munculnya praktik prostitusi itulah yang kemudian Inemicu terjadinya praktik prostitusi Yogyakarta. yang SelTIUa orang 111engetahuinya. tersebut dapat dilihat dari berbagai macam yang yang masa I Terence H. Hull, Endang Sulistyaningsih, Gavin W. Jones, 1997, Pelacuran Di Indonesia Sejarah Dan Perkembangan, Pustaka Sinal' Jakatia, him. 1. 1

2 Yogyakarta masyarakat Bantul. UlH~v~.h tertentu tel1flmlt-t~emdat umum pelanggan/konsumen/pemakai dituju biasanya adalah hotel-hotel atau rumah warga yang sengaja disediakan untuk praktik prostitusi. Praktik prostitusi semacam dalam melakukan transaksi biasanya para pihak tidak bertemu secara langsung melainkan dengan mengkomunikasikannya melalui alat komunikasi elektronik. Hal ini dipicu oleh perkembangan globalisasi yang melahirkan Teknologi dan Infonnasi yang dimanfaatkan oleh mucikari/makelar sebagai media bisnis pelacuran dengan para pelanggannya. Ketika telah sepakat, para pihak bertemu ditempat yang telah ditentukan dan kemudian pelanggan dapat Iangsung melakukan persetubuhan dengan wanita si pekerja. Indonesia beberapa peraturan oerunclan,~... undangan meng~lmr praktik nrnlcln-ncl 296 atau Ketnasarulva aellgaln s(~ngaja me:n~(llaaj(an atau memudahkan perbuatan dengan penjara se141m,1... lamanya satu tabun empat bulan atau denda sebanya...banyaknya Rp. 15.000".

3 atau tempat pelacuran, orang yang menyediakan rumah atau kamamya kepada perempuan dan laki-iaki untuk melacur oer'setlui)uln atau me:ievtas}can ialah lain) berbunyi: "Barangsiapa ialah makelar cabul, seorang iaki-iaki seolah-olah dibiayai oleh pelacur yang tinggal bersama-sama dengan laki-laki tersebut, yang dalam pelacuran menolong, mencarikan langganan-iangganan dan hasil mana ia mendapat bagiannya 3 Selain KUHP, terdapat Undang-Undang Nomor 21 Tabun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Dalam undangundang tersebut prostitusi yang dimaksud apabila memenuhi unsur-unsur perdagangan orang yang terdapat didalam Pasal1 angka 1, yakni: "Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang negara antar negara, ""...1U..J'v...'.II."""I.,)I.II. atau mengakibatkan 2R Soesilo, 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 3Ibid, him. 327. Politei~ Bogor, him. 217.

4 dalam peraturan lain seperti Peraturan Daerah pada daerah-daerah tertentu yang bertujuan untuk membasmi pelacuran serta menciptakan ketertiban. Berdasarkan peraturan peiun1aarl~-'jn(]lan,~an dan

5 ancaman pidana hanya diberlakukan kepada makelar/mucikari sebagai perantara atau penjual jasa seksual. PengadiIan Yogyakarta dengan nomor: hukumnya terdapat kesamaan yakni atau oer,noe;ft hanya berstatus sebagai korban tindak pidana perdagangan orang, sedangkan berdasarkan keterangan para pihak yang terkait dalam kasus, PSK atau pemberi jasa seksual tidak memenuhi unsur-unsur korban tindak pidana perdagangan orang sesuai dengan Pasal 1 angka 3 UU TPPO. Selain kedua kasus tersebut, terdapat dua contoh kasus prostitusi yang lain yakni Kasus PSK Terminal Giwangan dan Bong Suwung yang terjaring operasi terpadu Satpol PP dan POLRES Yogyakarta 4 dan Kasus PSK Sentosa Gang Nikmat Samarinda akan dikenakan sanksi pidana berdasarkan Perda 18 Tabun 2002 tantang Penertiban Dan Pembinaan PSK Wilayah Kota Samarinda 5 Kedua penerapan hukumnya berbeda dengan dna kasus sebelumnya.. Dalam PSK dijadikan sebagai berdasarkan keempat kasus diatas maka ditemukan adanya 4 http://www.intriknews.com/201511o/psk-ngetem-siap"'siap-bak:al..dipenjara.html~ PSK Ngetem Siap-slap Bakal Dipenjara Plus Denda, diakses pada tanggai22103/2016, pukul 04.32 5file:///G:/PROSTITUSIlbahan%20bakulPSK%20GangOJ'o20NiJanatO.420Diancam%20Dipenjara%2 Q-%20JPNN.com.htrnl, PSK Gang Nikmat Diancam Dipenjara, diakses pada tanggai2210312016, pukul 04.35.

6 sarna. KeemDat akan diuraikan lebih rinci mengenaiduduk perkaranya didalam bab pembahasan penulisan hukum skripsi ini. lna.on(~sla penerapan..._a..~_... prostitusi,..._... ~L_... ~L... terhadap atau Undang-Undang Dasar Republik tinggi asas Equality Before The yang menjunjung yang terdapat dalam Pasal 28 ayat yang berbunyi: "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sarna dihadapan hukum". Untuk itu permasalahan hukum tersebut periu dikaji Iebih lanjut agar kedapannya tidak ada lagi pembedaan dalam menerapkan hukum terhadap suatu tindak pidana, tidak hanya terhadap kasus prostitusi namun juga pada kasus-kasus yang lain.. diberi judul Disparitas Penerapan Hukum Dalam Penanggulangan Kasus-Kasus Prostitusi. permasalahan sebagai... &.0...""',"'.. Bagaimanakah J:lertltrlba:n!,ID Disparitas Penerapan Penanggulangan Kasus-Kasus Prostitusi?

7 Penelitian dilakukannya adalah Bagaimanakah Pertimbangan Yuridis Dibalik Disparitas Penerapan Manfaat Penelitian Inaont:~Sla KhUlSusnva tentang Disparitas Yenlera'oon...,.._...a Kasus-Kasus Prostitusi dan menambah wawasan pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum lebm lanjut terhadap ilmu hukum. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah, diharapkan penulisan hukum ini dapat memberikan masukan atau saran agar dapat dibentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur khusus mengenai tindak pidana prostitusi yang tidak memenuhi unsur-unsur atau bukan merupakan tindak pidana perdagangan orang, sekaligus sebagai dalam me'ng~ltur mengenai pellul1ltut umum yang berkaitan langsung terhadap penerapan J.l.Un~UJ.ll. kasus prostitusi, diharapkan penulisan hukum dapat

8 membenl(an maswrn.n atau saran penuntutan dan memutus suatu perkaralkasus prostitusi dan juga untuk kasus...kasus yang lain agar tidak ada lagi disparitas dalam Bagi Masyarakat, diharapkan wawasan Bagi diharapkan dapat menat1no(lld pengetahuan penulis khususnya mengenai penerapan hukum terhadap kasus...kasus prostitusi. Keaslian Penelitian Penulisan hukumlskripsi ini merupakan basil karya asli penulis. Adapun penulisan hukumlskripsi yang membahas tentang prostitusi namun dengan substansi, pembahasan serta struktur penulisan hukum/skripsi yang berbeda.. Penulis lain yang mengangkat permasalahan mengenai prostitusi adalah sebagai berikut: Marta Manurung, NPM 100510468, Fakultas...-...'... Atma Yogyakarta, Judul dilakukan kepolisian dalam Apakah yang menjadi kendala dalam menanggulangi prostitusi online?, Tujuan Penelitan: 1) Untuk mengetahui upaya yang

9 mengetahui kendala yang dihadapi oleh kepoiisian dalam menanggulangi prostitusi online ini. Hasil Penelitian: Upaya kepolisian dalam menanggulangi berdasarkan upaya non penal dengan melakukan dan sosialisasi f"art'i~ri~.n agar ma:svarak;at atau membuat pelaku berhati-hati dalam menentukan (pelanggan) yang memakai

10 penangkapan terhadap para pelaku prostitusi online.. Edward Deny Dwi Handoyo, NPM 050509123, Fakultas Hukum Universitas Yogyakarta, Taboo Yogyakarta selama kendala atau hambatan dihadapi polisi dalam penertiban pelacuran Kota Yogyakarta?, Tujuan Penelitian: Tujuan Obyektif: a. Untuk memperoleh data tentang peranan polisi dalam pelaksanaan penertiban pelacuran di Kota Yogyakarta, b. Untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi polisi dalam melaksanakan penertiban pelacuran di Kota Yogyakarta. 2) Tujuan Subyektif adalah untuk memperoleh data sebagai bahan penulisan hukum yang merupakan salah satu syarat dalam memperoleh pada Fakultas Yogyakarta.. Yogyakarta dalam melak1uk~ln pelaksanaan penertiban pelacuran Yogyakarta bekerja sarna dalam melakuk1]ld n43n43rt1n~n dengan eara mencan mana juga melakukan penangkapan PSK guna dimintai keterangan proses secara Polisi juga memberikan pendidikan, pelajaran, ataupun hekal pengalaman kerja

11 kendala yang dialami polisi resort kota Yogyakarta yakni polisi kurang sungguh-sungguh dalam melakukan penertiban, PSK sudah mengetahui kalau akan adanya penertiban dan penjaringan oleh pihak karena adanya keterlibatan dalamnya dan ~an~nya trarlsd43lran atau k.etc~rbllk.wm Putro, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Judul skripsi "PERANAN DALAM PENANGGULANGAN PENERTffiAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA", Rumusan Masalah: 1) Bagaimana peranan polisi dalam penanggulangan penertiban pekerja seks komersial di Kota Surakarta? 2) Apa faktor-faktor hambatan/kendala yang dihadapi polisi dalam penanggulangan penertiban pekerja seks komersial di Kota Surakarta?, Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui peranan dalam penanggulangan penertiban pekerja seks komersial Surakarta selama mengetahui faktor...faktor hambatan/kendala yang dihadapi dalam penanggulangan nan~"""1h~n ~1r&/fjM~ menggunakan berbagai cam dengan melakukan pelacakan tempat-tempat dimana PSK sering berkumpul dan melakukan penangkapan para PSK tersebut untuk

12 kepadanyalah akan Batasan Konsep batasan dari berbagai penlaad~at menerapkan. peraturan berbeda. _1I.JllI... suatu yang sarna, harns juga diterapkan peraturan yang sama 6.. Penerapan Hukum Penerapan Hukum menurut istilah hukum, yakni menerapkan peraturan hukum yang abstrak sifatnya pada peristiwanya 7 Prostitusi Prostitusi menurut istilah hukum yakni penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang.. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelaeur, disebut dengan istilah ~lra""".q seks komersial (psk)8 Ibid 7 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum (Upaya Hukum Pasti Dan Berkeadilan), UII Press, Yogyakarta, 2006, dalam http://istilahhukum.uajy.ac.id/?keyword=penerapan+hukum&hal_top=l, Pengertian Penerapan Hukum, diakses pada tangga122l03/2016, pukul 03.01 8 https:/lmohkusnarto.wordpress.comlprostitusi/, Pengertian Prostitusi, diakses pada tanggal 22/03/2016, pukul 03.18.

13 Metode Penelltiaa 1.. Jenis Penelitian Dalam melakukan penulisan hukum digunakan adalah jenis penelitian yang normanonna yang berlaku yang dilakukanlberfokus pada norma -...... Dalam penelitian hukum data sekunder yang diperoleh dari basil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan rumusan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum. Data sekunder yang digunakan dalam penulisan hukum ini antara lain: a. Bahan hukum primer, meliputi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penulisan ini, yakni: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 ayat yang mengatur mengenai persamaan <1mrlU~~ hukum.. Kitab UIUJiUI~-LJnU4111~ B-lll1I1I1I..1I11... prostitusl

14 Anak. Pasal 81 yang mengatur mengenai sanksi pidana terhadap para pelaku pelecehan seksual maupun prosititusi anak. Undang-Undang tentang t'en[}be:ranta~m Tindak Pidana Perdagangan Orang 3 me~n~fjltur me:n~e~nal 1'\PIInO'P1"lt1~n atau unsur-unsur...-...,...:haft pidana perdagangan orang mengenai sanksi pidana terhadap pelaku tindak perdagangan orang. Undang-Undang No.. 11 Tabun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (lte) Pasal27 ayat (1) dan Pasal45 yang mengatur mengenai konten elektronik yang melanggar kesusilaan yang bisa dipergunakan untuk perdagangan prostitusi online. Peraturan Daerah Yogyakarta (perda DIY) Nomor Tabun tentang Larangan Pelacuran Tempat-Tempat Pasal 3 Pasal 5 yang mengatur mengenai sanksi pidana terhadap siapapun yang melakukan pelacuran tempat umuffi. 2002 tentang Bahan U.UI"..U.l.l.l sekunder, berupa fakta.l.lu..l.'\..uu~ _ " asas-asas pendapat dalam penelitian, dokumen, surat kabar, internet dan majalah ilmiah.

15 a. Studi Kepustakaan, yaitu dengan membaca, menelaah serta mengklasiftkasikan peraturan perundang-undangan, huku-hulm, IlteraUlr serta yang dengan yang sel~mltltn"a dipelajari sebagai suatu kesatuan sehingga atau Kejaksaan Negeri Yogyakarta. Bapak Kepala Yogyakarta.

16 Sdr. Arif Sugeng Widodo selaku Anggota Media LSM Mitra Wacana. 4. Analisis Data Data yang diperoleh yakni bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan untuk kemudian dianalisis secara kaulitatit: yaitu analisis dengan mengidentiftkasikan aturan hukumnya, perkembangan hukum dan fakta sosial sehingga diperoleh gambaran mengenai masalah yang diteliti. 5. Proses Berpikir Dalam penarikan kesimpulan, proses berpikir yang digunakan adalah secara deduktif. Proses berpikir deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari proposisi umum yang telah diyakini kebenarannya yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat khusus. H. Sistematiksa Skripsi Sistematika skripsi meliputi: L BABIPENDAHULUAN Bab ini berisi lataf belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian dan sistematika skripsl BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisi konseplvariabel pertam~ yakni: disparitas penerapan hukum, sebab akibat disparitas penerapan hukum. Konsep/variabel

17 kedua, yakni: pengertian prostitusi~ sejarah prostitusi, prostitusi sebagai industri seks, prostitusi dan perdagangan orang. Hasil penelitian, yakni: pertimbangan yuridis terhadap disparitas penerapan hukum dalam penanggulangan kasus-kasus prostitusi. BAB PENUTUP Bah tentang simpulan didapat melalui proses me:n2e~nal permasalahan diangkat disertai saran dari penulis.