e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN SLEMAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

DETERMINASI SUPERVISI PENGAWAS, GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP DI KECAMATAN TEMBUKU

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinasi disiplin belajar, ekspektasi karir,

PENGARUH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA SMKN 1 MARTAPURA

PENGARUH PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI

Kontribusi Pengalaman Diklat, Motivasi Kerja, Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru SMPN di Kabupaten Morowali.

KONTRIBUSI SIKAP PROFESIONAL GURU, IKLIM KERJA SEKOLAH DAN PENGALAMAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN BADUNG

PENGARUH SERTIFIKASI, MOTIVASI, DAN PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PADA GURU SMP NEGERI

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DAN ETOS KERJA TERHADAP KUALITAS LAYANAN PROSES PEMBELAJARAN PADA SMK NEGERI DI GIANYAR

DETERMINASI KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH, IKLIM KERJA DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI 3 BANGLI

DETERMINASI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, IKLIM KERJA SEKOLAH, DAN SEMANGAT KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU PADA SMP PGRI DI DENPASAR UTARA

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2013)

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN SIKAP SISWA, MELALUI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR. (Artikel) Oleh: SIS SUBAGYO SAMPUR PRASETYO ( )

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

PENGARUH PELAKSANAAN MGMP IPA TERPADU DAN SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA SMP/MTS SE-KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang ikut menentukan kemajuan suatu negara. Pendidikan juga

Oleh I Ketut Ardiatmika Adnyana

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BANTUL. Artikel Jurnal

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, IKLIM KERJA, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 1 MENGWI

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

Oleh : Ridwan Prayogo A

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU. Oleh Ida Efiana

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi:

DETERMINASI LINGKUNGAN KERJA, IKLIM ORGANISASI, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS VI KECAMATAN GEROKGAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

TINGKAT PRESTISE DAN PERSEPSI SISWA PADA CITRA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Artikel Jurnal. Oleh : Diaz Wiryawan NIM

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. INDYFERYTO GROUP YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA 2013/2014

Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

KONTRIBUSI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK, SEMANGAT KERJA, DAN KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN TEGALLALANG

HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, ETOS KERJA GURU DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

ABSTRAK PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA KERJA DAN KOMITMEN KERJA TERHADAP PROFESIONALISME GURU. Oleh. Suwandi

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS DETERMINASI KUALITAS PERENCANAAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMK PGRI 4 DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI SE-KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR

Economic Education Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2013)

EDUFORTECH 2 (1) EDUFORTECH.

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI PENGAJARAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SANANWETAN KOTA BLITAR

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

STUDI HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI PROFESIONAL, DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI 1 BANGLI

PENGARUH JENJANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PENEMPATAN KERJA DI PT. TIGA SERANGKAI JURNAL PUBLIKASI

Economic Education Analysis Journal

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI I PURWANTORO TAHUN JARAN 2013/2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PADA SMP NEGERI 1 PANEI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU (JURNAL) Oleh : Endri Saputra

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU (Pada SMAN Se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Akuntasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UNIVERSITAS RIAU

PENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMA N) KOTA SAWAHLUNTO

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN ABUNG TINGGI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

ABSTRAK. Kata kunci : Gaya kepemimpinan, kompensasi, dan motivasi. vii. Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. TELKOM INDONESIA SEMARANG

PENGARUH GAYA KOMUNIKASI ATASAN DAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN

BAB II TELAAH PUSTAKA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN SKRIPSI

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PADANG TIMUR

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

KONTRIBUSI MINAT KERJA DAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN DISIPLIN KERJA GURU SMA

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI, IKLIM ORGANISASI, DAN KEDISIPLINAN KERJA GURU SEKOLAH SE-KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

PENGARUH KEPRIBADIAN GURU DAN KONFLIK ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KABUPATEN PRINGSEWU.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 1. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KORESPONDENSI

Transkripsi:

DETERMINASI BUDAYA SEKOLAH, KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK NEGERI 1 SUKAWATI D.M. Meranggi, Made Yudana, Made Candiasa 1, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: made.meranggi@pasca.undiksha.ac.id, made.yudana@pasca.undiksha.ac.id, made.candiasa@pasca.undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim SMK Negeri 1 Sukawati baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru di SMK Negeri 1 Sukawati, dengan jumlah anggota populasi 100 orang guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan, ukuran sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang guru. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan metode regresi sederhana, regresi ganda, korelasi ganda, dan korelasi parsial. Berdasarkan analisis data ditemukan: (1) terdapat determinasi budaya sekolah terhadap terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati dengan determinasi sebesar 24,9%, (2) terdapat determinasi kemampuan manajerial kepala SMK Negeri 1 Sukawati dengan determinasi sebesar 23,8%, (3) terdapat determinasi iklim sekolah terhadap Sukawati dengan determinasi sebesar 45,7%, dan (4) Terdapat determinasi budaya sekolah,, dan iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati dengan determinasi sebesar 58,2%. Berdasarkan temuan penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat determinasi budaya sekolah,, dan iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati. Kata kunci: budaya sekolah,, iklim sekolah, dan motivasi kerja guru Abstract This study aimed to finding out the determination of school culture, principal s managerial competency, and school climate towards teacher s work motivation at SMK Negeri 1 Sukawati partially and simultaneously. This study used the ex post facto research approach. The population of this study were the whole teacher at SMK Negeri 1 Sukawati with total amount 100 teacher. The sampling technique is done by using simple random sampling. Based on Krejcie and Morgan s table, 80 teachers used as sample. The data obtained analyzed by simple regression, multiple regression, and partial correlation. The results of this study showed that: (1) there is a determination of school culture towards teacher s work motivation at SMK Negeri 1 Sukawati with the value 24.9%, (2) there is a determination of principal s managerial competency towards teacher s work motivation at SMK Negeri 1 Sukawati with the value 23.8%, (3) there is a determination of school climate towards teacher s work motivation at SMK Negeri 1 Sukawati with the value 45.7%, and (4) there are simultaneous determination of school culture, principal s managerial competency, and school climate towards teacher s work motivation at SMK Negeri 1 Sukawati with the value 58.2%. Based on the findings it could be concluded that there is a determination of school culture, principal s managerial competency, and school climate towards teacher s work motivation at SMK Negeri 1 Sukawati. 1

Keywords: school culture, principal s managerial competency, school climate, and teacher s work motivation PENDAHULUAN Salah satu sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar, dan bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik. Karena itu, untuk menghasilkan mutu pendidikan berkualitas yang dicerminkan dengan menghasilkan peserta didik yang berprestasi maksimal, diperlukan guru yang bermutu. Guru yang bermutu dituntut menguasai wawasan ilmu yang mendalam dan luas. Selain itu, guru yang mendapatkan kondisi-kondisi yang memadai seperti: prestasi kerja yang tinggi, gaji yang tinggi, mempunyai tanggung jawab yang tinggi, mempunyai dedikasi yang tinggi, menyenangi profesinya, bekerja karena panggilan hati nurani, mendapatkan penghargaan dari kepala sekolahnya, dipercayai oleh kepala sekolahnya, dan terjadi hubungan yang hangat antara kepala sekolah dengan guru diperkirakan akan dapat meningkatkan motivasi kerjanya. Motivasi kerja guru sangat penting dalam menunjang keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Danim (2002) mengatakan motivasi diartikan sebagai dorongan, kekuatan, kebutuhan, semangat, teladan, atau mekanisme psikologis yang mendorong individu atau kelompok orang untuk mencapai hasil tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Motivasi merupakan upaya untuk membangkitkan potensi seseorang mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat yang didorong oleh ransangan datangnya dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu, motivasi merupakan hal yang esensial bagi para guru. Sehubungan dengan upaya meningkatkan motivasi kerja guru, beberapa hal terkait juga sangat menentukan, yaitu diantaranya pengembangan budaya sekolah, kemampuan manajerial, dan iklim sekolah. Berbagai upaya dapat ditempuh untuk meningkatkan motivasi kerja guru, salah satunya dengan menerapkan pengembangan budaya sekolah yang baik. Sebuah sekolah harus memiliki misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, aktif, kreatif, integratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi, dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan. Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun komponen yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Komponen yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guruguru, staf, peserta didik atau siswa dan orang tua siswa. Budaya organisasi merupakan nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi, falsafah yang menuntut kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan diperlakukan di tempat itu dan asumsi atau kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggora organisasi (Robbins, 1996). Organisasi di sini dimaksudkan adalah sebuah sekolah. Sekolah yang merupakan organisasi berlomba-lomba untuk memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang di dalamnya. Pengembangan budaya sekolah secara umum terbentuk atas dasar visi dan misi seseorang yang dikembangkan sebagai adaptasi terhadap tuntutan lingkungan (masyarakat) baik internal maupun eksternal. Setiap sekolah harus menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Wahjosumidjo (2002) mengatakan organisasi adalah satu kebersamaan dan interaksi serta saling ketergantungan individu-individu yang bekerja kearah tujuan yang bersifat umum dan hubungan kerjasama telah sesuai dengan struktur 2

yang telah ditentukan. Organisasi adalah kumpulan orang-orang yang sedang bekerja bersama melalui pembagian tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang bersifat umum. Menurut pandangan penulis selama ini, budaya organisasi di SMK Negeri 1 Sukawati sudah mulai terbentuk namun belum maksimal. Sekolah belum memiliki program pengembangan budaya sekolah dengan target yang spesifik dan terukur sesuai dengan sistem standar yang berlaku. Sekolah belum sepenuhnya mengembangkan budaya sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah. Pengembangan budaya sekolah harus berkiblat pada visi dan misi yang tidak hanya menonjolkan kegiatan akademik saja, tetapi juga menonjolkan kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan budaya sekolah sangat ditentukan oleh lingkungan fisik, lingkungan sosial, nilai-nilai yang berkembang di sekolah dan keteladanan. Dalam kaitannya dengan penciptaan motivasi kerja guru yang tinggi, kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam mengelola sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks, sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi antara satu dengan yang lainnya yang sangat menentukan dan berkaitan. Karena sifatnya yang kompleks menjadikan sekolah sebagai organisasi memerlukan koordinasi yang tinggi. Namun keberhasilan sekolah juga merupakan keberhasilan kepala sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus memahami tugas pokok dan fungsinya agar dapat bekerja dan mengelola sekolah dengan baik dan benar. Peningkatan efektifitas di sekolah sangat ditentukan oleh kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah yang berkinerja baik diperlihatkan dalam kemampuan manajemen kepala sekolah yang mampu : (a) menjabarkan sumber daya yang ada untuk menyediakan dukungan yang memadai bagi guru, bahan pengajaran dan pemeliharaan fasilitas yang baik; (b) memberikan waktu yang cukup untuk pengelolaan dan koordinasi proses instruksional; (c) berkomunikasi secara teratur dengan staf, orang tua, siswa dan masyarakat terkait. Dengan kata lain, bahwa efektivitas sekolah ditentukan oleh kepemimpinan manajerial kepala sekolah. Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mempunyai tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan personal, kecerdasan profesional, dan kecerdasan manajerial. Kecerdasan personal adalah kemampuan, skil dan keterampilan untuk melakukan hubungan sosial dalam konteks tata hubungan profesional maupun sosial. Sedangkan, kecerdasan professional merupakan kecerdasan yang diperoleh melalui pendidikan yang berupa keahlian tertentu di bidangnya. Adapun kecerdasan manajerial adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan kerja sama dengan mengerjakan sesuatu melalui orang lain, baik kemampuan mencipta, membuat perencanaan, pengorganisasian, komunikasi, memberikan motivasi, maupun melakukan evaluasi (Sahertian, 2000). Faktor-faktor strategis yang turut menentukan kinerja kepala sekolah antara lain perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan, komunikasi, motivasi, pengarahan, pengendaliaan dan pengawasan. Kepemimpinan kepala sekolah dalam merencanaan, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengorganisasikan, kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi bawahan, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengarahkan/penggorganisasian atau kepemimpinan kepala sekolah dalam mengendalikan atau pengawasan. Dalam kaitannya dengan manajemen berarti menjalankan kepemimpinan fungsi manajemen atau sebagai manajer dalam menjalankan fungsi manajemen. Kepala sekolah pada umumnya memiliki otonomi terbatas dan mengelola sekolah dan mengalokasikan dana yang diperlukan. Disinyalir bahwa kepala sekolah yang diangkat tidak dilengkapi dan dibekali dengan kemampuan atau kompetensi kepemimpinan manjerial yang memadai, melainkan masih percaya penuh kepada unsur senioritas atau 3

keterpenuhan dari sisi pangkat dan golongan. Dimana mereka sebelum melaksanakan jabatannya sebagai kepala sekolah hanya diberikan pelatihan tentang teori-teori administrasi, orientasi peraturan dan kebijakan pemerintah dalam pendidikan. Selain itu pengangkatan kepala sekolah juga belum didasarkan atas prestasi kerja, tetapi lebih banyak berdasarkan urutan jenjang kepangkatan. Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolahnya. Sejauh mana kepala sekolah mampu menampilkan gaya kepemimpinannya yang baik, berpengaruh langsung terhadap kinerja sekolah. Kepala sekolah harus memiliki fungsi pengendalian untuk mengukur dan mengkoreksi prestasi kerja bawahan guna memutuskan bahwa tujuan organisasi semua tingkatan dan rencana sedang dilaksanakan menuju kearah pencapaiaan sasaran yang telah ditetapkan. Usman (2006) mengatakan bahwa pengendalian adalah proses pemantauaan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaiaan tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Selanjutnya dijelaskan, beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari pengembang, kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali. Pengawasan sebagai tugas disebut supervise pendidikan yang dilakukan oleh pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi tugasnya. Dalam kenyataannya, menurut pandangan penulis selama ini, pihak otoritas sekolah sering berbicara tentang mutu pendidikan, tetapi mereka tidak paham pada konsep dan penerapan manajemen mutu terpadu, yang dapat dijadikan good will untuk mencapai mutu yang diharapkan. Akibatnya, ouput pendidikan yang dihasilkan oleh sekolahsekolah tetap tidak bermutu. Hal ini karena kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru-guru dan karyawan sekolah. Peranan kepala sekolah sangat besar dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas itu. Selain, budaya sekolah dan, faktor lainnya yang menentukan tinggi rendahnya motivasi kerja guru adalah iklim sekolah. Iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Kondisi fisik sosial atau iklim sekolah ikut menentukan kelancaran kegiatan pendidikan di sekolah demikian juga lingkungan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar ikut menentukan efisiensi dan efektivitas organisasi di sekolah. Lingkungan yang menyenangkan akan menambah semangat kerja seseorang, sebaliknya lingkungan yang tidak menyenangkan akan mengurangi semangat kerja seseorang. Iklim organisasi sekolah merupakan perasaan pribadi tentang pengalaman guru terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekolah baik fisik maupun non fisik. Perasaan tersebut berkaitan dengan lingkungan yang nyaman dan mendukung untuk kegiatan belajar dan mengajar dan bimbingan, keteraturan dan keamanan yang dirasakan oleh setiap personel sekolah. Iklim organisasi sekolah juga mencakup sejumlah variabel yang dipersepsikan oleh kepada siswa, teman-teman seprofesi, kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan personel lainnya serta kepedulian orang tua terhadap sekolah. Selain itu, iklim sekolah mencakup perasaan guru sebagai bagian dari sekolah dan perasaan memiliki memiliki sekolah. Iklim sekolah juga menyangkut norma-norma yang berlaku dan harapan yang dipegang dan dikomunikasikan oleh anggota sekolah. Iklim sekolah yang kondusif akan berdampak pada motivasi kerja guru. Iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-akademik merupakan 4

prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Iklim sekolah merupakan kewenangan sekolah, sehingga yang diperlukan adalah upayaupaya yang lebih intensif dan ekstensif (Depdiknas, 2000). Penciptaan iklim dan kultur sekolah yang menyenangkan ini akan merupakan katalisator dalam mempercepat dan menumbuhkan budaya kerja yang mampu menggairahkan semangat kerja guru-guru yang pada akhirnya meningkatkan mutu dan kualitas belajar mengajar. Sekolah dikatakan sehat bila terdapat dorongan yang kuat. Iklim sekolah yang baik akan dapat menambah kepuasan kerja guru. Sebaiknya iklim sekolah yang tidak kondusif akan menimbulkan sikap apatis dan frustasi pada tenaga pengajar. Iklim sekolah yang kondusif akan tercipta jika para guru merasakan adanya hubungan yang harmonis antara guru dengan guru yang lainnya, demikian juga antara guru dengan kepala sekolahnya. Selain itu, guru akan merasa puas jika para guru selalu diikutsertakan di dalam pengambilan keputusan sekolah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat determinasi budaya sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati?, 2) Apakah terdapat determinasi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap Sukawati?, 3) Apakah terdapat determinasi iklim sekolah terhadap Sukawati?, dan 4) Apakah terdapat determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap Sukawati? Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui determinasi budaya SMK Negeri 1 Sukawati, 2) Untuk mengetahui determinasi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap Sukawati, 3) Untuk mengetahui determinasi iklim sekolah terhadap Sukawati, dan 4) Untuk mengetahui determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap Sukawati. METODE Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan angket (kuesioner). Dalam penelitian ini metode observasi dan angket (kuesioner) merupakan hal yang pokok untuk mengumpulkan data dengan jalan menemui langsung sampel yang diteliti. Metode angket dipergunakan untuk memperoleh data tentang variabelvariabel yang diteliti baik variabel bebas maupun variabel terikat dengan jalan memberi serangkain pertanyaanpertanyaan/pernyataan melalui observasi dan angket (kuesioner) kepada responden semua data berbentuk data interval. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik penyebaran angket. Cara analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan korelasi parsial dan regresi linier berganda. Sebelum melakukan uji korelasi parsial dan regresi linier berganda, dilakukan uji prasyarat analisis berupa: 1) uji normalitas sebaran data, 2) uji linieritas garis regresi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas. HASIL DAN PEMBAHASAN Ada empat hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu: (1) terdapat determinasi yang positif dan signifikan budaya sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati, (2) terdapat determinasi yang positif dan signifikan kemampuan manajerial kepala SMK Negeri 1 Sukawati, (3) terdapat determinasi yang positif dan signifikan iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati, dan (4) terdapat determinasi yang positif dan signifikan secara bersama-sama budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah terhadap 5

Sukawati. Rangkuman hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Analisis Persamaan Regresi antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat Variabel Persamaan Regresi X 1 - Y Ŷ = 0,319X 1 + 144,332 X 2 Y Ŷ = 0,332X 2 + 143,361 X 3 Y Ŷ = 0,597X 3 + 87,384 X 1, X 2, Ŷ = 0,164X 1 + X 3 - Y 0,181X 2 + 0,424X 3 + 54,091 r xy r parsial Ry R 2 y Determinasi (%) F reg Signifikan 0,499 0,344 - - 24,9% - Signifikan 0,487 0,357 - - 23,8% - Signifikan 0,636 0,545 - - 45,7% - Signifikan - - 0,763 0,582 58,2% 35,316 Signifikan Hipotesis nihil yang diajukan berbunyi tidak terdapat determinasi budaya sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati. Untuk menguji hipotesis ini, dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi parsial dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.00. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Ringkasan Perhitungan Uji Signifikansi Variabel Budaya Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru Hubungan Variabel r hitung r parsial r 2 Koefisien Determinasi Keterangan X 1 dengan Y 0,499 0,344 0,249 24,9% Signifikan Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial didapat nilai korelasi (r 1y-23 ) sebesar 0,344 dan signifikansi sebesar 0,002. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (0,002 < 0,05), maka hipotesis nihil yang berbunyi tidak terdapat determinasi budaya sekolah terhadap Sukawati, ditolak. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat determinasi budaya sekolah terhadap Sukawati. Besaran determinasi budaya SMK Negeri 1 Sukawati sebesar 24,9%. Hipotesis nihil yang diajukan berbunyi tidak terdapat determinasi Negeri 1 Sukawati. Untuk menguji hipotesis ini, dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi parsial dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.00. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Uji Signifikansi Variabel Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru Hubungan Variabel r hitung r parsial r 2 Koefisien Determinasi Keterangan X 2 dengan Y 0,487 0,357 0,238 23,8% Signifikan Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial didapat nilai korelasi (r 2y-13 ) sebesar 0,357 dan signifikansi sebesar 0,001. Dengan menggunakan taraf 6

signifikansi 0,05 (0,001 < 0,05), maka hipotesis nihil yang berbunyi tidak terdapat determinasi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati, ditolak. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat determinasi Negeri 1 Sukawati. Besaran determinasi Negeri 1 Sukawati sebesar 23,8%. Hipotesis nihil yang diajukan berbunyi tidak terdapat determinasi iklim SMK Negeri 1 Sukawati. Untuk menguji hipotesis ini, dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi parsial dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.00. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Uji Signifikansi Variabel Iklim Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru Hubungan Variabel r hitung r parsial r 2 Koefisien Determinasi Keterangan X 3 dengan Y 0,487 0,357 0,238 23,8% Signifikan Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial didapat nilai korelasi (r 3y-12 ) sebesar 0,545 dan signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (0,001 < 0,05), maka hipotesis nihil yang berbunyi tidak terdapat determinasi iklim sekolah terhadap Sukawati, ditolak. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat determinasi iklim sekolah terhadap Sukawati. Besaran determinasi iklim SMK Negeri 1 Sukawati sebesar 45,7%. Hipotesis nihil yang diajukan berbunyi tidak terdapat determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah Negeri 1 Sukawati. Untuk menguji hipotesis ini, dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi ganda dan regresi ganda dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.00. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Ringkasan Perhitungan Uji Signifikansi Variabel Budaya Sekolah, Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, dan Iklim Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru di SMK Negeri 1 Sukawati Sumber JK dk RJK F hitung F tabel Keterangan Variasi Regresi 876,063 3 292,021 35,316 2,76 Signifikan Sisa 628,425 76 8,269 Total 1504,487 79 Berdasarkan hasil analisis korelasi ganda didapat nilai (R) sebesar 0,763, F hitung sebesar 35,316, dan signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05), maka hipotesis nihil yang berbunyi tidak terdapat determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim SMK Negeri 1 Sukawati, ditolak. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat determinasi budaya sekolah,, dan iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati. Besaran determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim SMK Negeri 1 Sukawati sebesar 58,2%. Motivasi dapat dilihat sebagai bagian fundamental dari kegiatan manajemen, sehingga sesuatu dapat 7

ditujukan kepada pengarahan potensi dan daya manusia dengan jalan menimbulkan, menghidupkan dan menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi, kebersamaan dalam menjalankan tugas-tugas perorangan maupun kelompok dalam lembaga pendidikan. Dengan demikian, motivasi kerja guru yang tinggi dipengaruhi oleh budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah yang baik yang baik. Bekerja tanpa semangat kerja akan cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong. Bila tidak punya semangat kerja maka guru tidak akan berhasil untuk mendidik atau jika guru mengajar karena terpaksa saja karena tidak kemauan yang berasal dari dalam diri guru. Budaya organisasi yang baik berpengaruh terhadap motivasi kerja guru. Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam organisasi karena budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap motivasi kerja guru maka sudah menjadi kewajiban organisasi membangun arah dan strategi yang membentuk budaya yang kuat yang dipatuhi semua guru. Budaya sekolah yang baik akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasangagasan baru, dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Dengan demikian suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan motivasi kerja yang terbaik pada setiap guru. Oleh karena itu, budaya sekolah ini perlu dikembangkan. Dengan semangat dan motivasi guru yang tinggi tentu sangat menunjang terwujudnya tujuan organisasi sekolah. Untuk meningkatkan motivasi kerja guru, kepala sekolah tidak cukup dengan hanya memperbaiki perilaku kepemimpinan saja, tetapi juga berusaha untuk meningkatkan tingkat profesionalisme guru yang dipimpinnya. Dalam kaitan inilah, kepala sekolah hendaknya selalu mendorong para guru untuk meningkatkan pengetahuannya, lebih-lebih dalam era globalisasi ini, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat Dari hasil temuan seperti yang dipaparkan di atas, mengisyaratkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah memberikan determinasi yang berarti terhadap motivasi kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa keberhasilan suatu sekolah sangat tergantung pada dalam mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal yang tampak pada gaya kepemimpinan. Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan di sekolah adalah bagaimana kepala sekolah menjadi pendorong atau pelapor perubahan yang terjadi pada lembaga yang dipimpinnya untuk menciptakan sekolah yang efektif. Dengan adanya kemampuan manajerial kepala sekolah yang baik maka tampak pada suatu sekolah adalah terjalin hubungan yang sangat baik antara yang memimpin dan yang dipimpinnya. Dengan kata lain, yang baik akan meningkatkan motivasi kerja guru. Kemampuan manajerial kepala sekolah yang baik akan menciptakan motivasi kerja guru yang baik pula karena seorang kepala sekolah memiliki kecakapan manajerial yang berkaitan dengan proses merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan program tujuan yang jelas serta tindakan yang harus dilakukan. Kepala sekolah juga akan memiliki kualitas manajerial yang baik jika memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah. Temuan ini berarti bahwa semakin baik iklim sekolah akan semakin tinggi motivasi kerja guru, dan sebaliknya semakin jelek iklim sekolah, semakin rendah motivasi kerja guru. Hal ini sangat masuk akal karena setiap guru 8

membutuhkan rasa nyaman dan aman di tempat kerjanya. Semakin nyaman tempat bekerjanya maka guru akan semakin senang tinggal di tempat kerjanya. Dengan senangnya guru tinggal di tempat kerja, maka guru tersebut semakin terdorong dan termotivasi bekerja semaksimal mungkin. Jika guru memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk bekerja. Di samping itu, hubungan antara guru dengan guru dan guru dengan kepala sekolah hendaknya harmonis, saling harga menghargai, saling menghormati sehingga menimbulkan iklim sekolah yang nyaman dan aman. Iklim sekolah memiliki determinasi terhadap motivasi kerja guru mengandung makna bahwa semakin kondusif suasana fisik dan psikis sekolah akan semakin senang guru berada di sekolah dan akan semakin sering mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakan di sekolah. Pada umumnya guru sangat membutuhkan kebersihan dan keindahan. Karena itu, kondisi fisik sekolah hendaknya ditata sedemikian rupa sebersih dan seindah mungkin. Jika sekolah bersih, indah, dan banyak perindang yang ditata rapi, cat temboknya bersih, suasana kelas sejuk tentu akan merangsang guru senang mengajar yang bermuara pada peningkatan motivasi kerja guru. Iklim sekolah juga menentukan tingi rendahnya motivasi kerja guru. Di samping keadaan fisik sekolah, keadaan piskis dan sosial sekolah juga besar kontribusinya terhadap pembentukan motivasi kerja guru. Kepala sekolah perlu menciptakan suasana yang kondusif di sekolah. Hubungan guru dengan guru hendaknya akrab dan mau bekerja sama antara guru satu dengan guru yang lainnya. Hubungan kepala sekolah dengan guru hendaknya menggunakan kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan kemanusiaan. Dengan demikian, guru akan merasa nyaman berada di sekolah dan merasa dipentingkan oleh orang lain termasuk kepala sekolah. Apabila keadaan sekolah atau iklim sekolah seperti itu, tentu akan dapat meningkatkan motivasi kerja guru. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Terdapat determinasi budaya sekolah terhadap terhadap Sukawati dengan determinasi sebesar 24,9%, (2) Terdapat determinasi Negeri 1 Sukawati dengan determinasi sebesar 23,8%, (3) Terdapat determinasi iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati dengan determinasi sebesar 45,7%, dan (4) Terdapat determinasi budaya sekolah,, dan iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Sukawati dengan determinasi sebesar 58,2%. Berdasarkan temuan-temuan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa terdapat determinasi budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah Negeri 1 Sukawati. Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, dapat disarankan beberapa hal berikut: (1) Kepada kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah hendaknya menciptakan budaya sekolah yang baik dengan mensinergikan apa yang diinginkan sekolah dengan warga sekolah sehingga tujuan yang telah ditetapkan sekolah akan tercapai. Dalam kaitannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah, kepala sekolah hendaknya meningkatkan beberapa indikator kemampuan manajerial kepala sekolah, dalam menjalankan tugas pemimpin memiliki tiga pola dasar gaya kepemimpinan yaitu yang mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai Dalam kaitannya dengan iklim sekolah, hendaknya kepala sekolah kepala sekolah perlu menicptakan suasana kerja yang aman, nyaman, dan penuh rasa kekeluargaan di sekolah dengan cara secara bersama-sama menciptakan budaya kerja yang kondusif dengan cara selalu menjalin kerjasama dan saling 9

menghargai satu sama lain, serta membina toleransi akan perbedaan masing-masing individu, (2) Kepada para guru yang merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya agar selalu menciptakan budaya organisasi yang kondusif di lingkungan kerjanya sehingga memungkinkan para guru untuk meningkatkan mutu kerja yang cemerlang dan akan menyumbang kepada keberhasilan sekolah dengan cara tetap patuh terhadap budaya organisasi yang telah ditetapkan di sekolah. Selain itu, guru juga menciptakan iklim sekolah yang baik dengan menghargai kepala sekolah, guru-guru lainnya, dan staf, dan (3) Bagi peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan variabel lain yang mempengaruhi motivasi kerja guru, karena variabel budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah secara bersama-sama dalam penelitian ini baru memberikan kontribusi sebesar 58,2%. Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya). Jakarta. Raja Grafindo Persada. DAFTAR RUJUKAN Danim, S. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Depdiknas. 2000. Indikator Keberhasilan kepala SMK/BLT. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Robbins, S.P. 1996. Prilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Terjemahan Handayana Puja Atmaka. Jakarta: PT Prenhallindo. Sahertian, P. 2000. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, H. 2006. Manajemen (Teori, dan Praktik, dan Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. 10