BAB IV ANALISIS Dari studi pengolahan data yang telah dilakukan pada tugas akhir ini, dapat dianalisis dari beberapa segi, yaitu: 1. Analisis data. 2. Analisis kombinasi penggunaan band-x dan band-p. 3. Analisis perbandingan area A dan area B. 4. Prospek implementasi multiband di Indonesia. IV.1 Analisis Data Data yang digunakan untuk studi pada tugas akhir ini merupakan hasil dari band- X dan band-p dan sudah berbentuk SLC. Data-data tersebut kemudian diolah secara interferometri dengan menggunakan perangkat lunak (software) yang bernama Interferometric Subsystem of the OrbiSAR Processor di OrbiSAR San Jose dos Campos, Brasilia. Model permukaan digital dan model tinggi digital yang digunakan kali ini mempunyai resolusi spasial sebesar 2,5 m. Dengan resolusi seperti ini, maka dapat dibuat peta garis sampai skala 1:25000 dengan asumsi kehalusan grafis peta kertas yang akan dihasilkan adalah 0,1 mm. Titik-titik yang diamati pada area A dan area B mempunyai interval jarak sebesar 25 m. Penulis memutuskan untuk menggunakan interval sebesar itu karena 25 m merupakan nilai interval yang paling kecil yang mampu dimunculkan oleh perangkat keras (hardware) yang digunakan penulis. Resolusi spasial yang cukup tinggi pada data citra model tinggi digital dan model permukaan digital ini sangat dipengaruhi oleh nilai koherensi yang dicapai pada 39
proses pengolahan yang berkaitan dengan tinggi terbang dan waktu pencitraan. Untuk wahana pesawat terbang yang digunakan pada studi pengolahan data kali ini, pada umumnya nilai koherensi dua citra yang dicocokkan dapat mencapai 0,9. Lain halnya dengan wahana satelit yang sulit untuk mencapai nilai koherensi tinggi. Hal ini disebabkan karena untuk pemanfaatan band yang berbeda pada INSAR di wahana pesawat udara, tidak akan bermasalah dalam hal dekorelasi temporal karena pengambilan data dilakukan pada waktu yang sama. IV.2 Analisis Kombinasi Penggunaan Band-X dan Band-P Band X merupakan salah satu band yang digunakan pada sistem SAR yang dapat digunakan untuk pemetaan. Studi ini lebih menekankan penggunaan band-x untuk memetakan permukaan kanopi pohon pada Hutan Amazon karena memang pada kenyataannya kemampuan penetrasi band-x hanya sampai pada kanopi pohon saja. Hasil dari pemetaan kanopi pohon ini dapat juga dikatakan sebagai model permukaan digital. Tinggi (Z) model permukaan digital ini berfungsi sebagai tinggi kedua untuk proses penghitungan volume hutan atau biomass. Di sisi lain, penggunaan band-p sangat bermanfaat untuk pembuatan model tinggi digital. Kemampuan band-p untuk melakukan penetrasi sampai permukaan tanah memungkinkan untuk melakukan penghitungan volume hutan bila dikombinasikan dengan kemampuan penetrasi dari band-x. Perbedaan tinggi antara model permukaan digital dan model tinggi digital dinamakan tinggi interferometri dan tinggi ini digunakan untuk mengukur tinggi vegetasi. Dari studi penghitungan volume biomass yang telah dilakukan, selain volume, penulis juga dapat mengestimasi jumlah (secara kasar) pohon yang terdapat pada area yang bersangkutan. Diameter pohon-pohon yang terdapat di Hutan Amazon, menurut www.amazon-rainforest.org ± 3,3 m. Penulis mengasumsikan jarak antar pohon adalah sejauh 25 m. Potongan area yang penulis gunakan sebagai studi kali ini adalah sebesar 16 km². Jadi dapat diperkirakan, pada area 16 km² terdapat sekitar 19881 pohon. 40
IV.3 Perbandingan Area A dan Area B Karakteristik area A terlihat mempunyai vegetasi yang seragam dan hanya dilalui oleh sedikit aliran sungai. Karakterisitik ini menyebabkan persebaran titik koreksi beda tinggi terdistribusi normal. Gambar IV.1 Grafik Sebaran Titik Koreksi Beda Tinggi untuk Area A Lain halnya dengan area B yang mayoritas terdiri dari perairan (sungai) ataupun berupa hutan bakau, pada gambar IV.2 terlihat ada nilai koreksi yang mempunyai frekuensi tinggi (spike), hal ini bukan karena titik tersebut bersifat blunder atau outlier, tapi karena titik tersebut merupakan koordinat perairan yang menyebabkan tinggi (Z) model permukaan digital dan model tinggi digital menjadi sama (selisihnya menjadi nol) atau yang bernilai kecil (kurang dari 3 m). Dikarenakan ini merupakan data citra yang sebenarnya, maka spike pada kurva ini tidak boleh dihilangkan. Selain itu juga proses perataan ini hanya untuk menghitung volume hutan, jadi data yang dihitung pun hanya pada daerah bervegetasi padat saja. Gambar IV.2 Grafik Sebaran Titik Koreksi Beda Tinggi untuk Area B 41
Yang dapat dilakukan untuk mendapatkan beda tinggi yang terbaik hanya dengan cara tidak mengikutkan beda tinggi yang bernilai 0 sampai 3 m (yang terletak pada daerah perairan) saat proses perataan, jadi hanya daerah yang bervegetasi padat saja. Setelah dilakukan proses perataan kembali dengan menghilangkan selisih model permukaan digital dan model tinggi digital yang kurang dari 3 m, maka hasilnya menjadi: Gambar IV.3 Plotting Tanpa Beda Tinggi yang 3 m Menurut sumber yang ada, jenis pohon yang terdapat pada Hutan Amazon ini bermacam-macam, tapi sebagian besar adalah sejenis pohon kapuk. Pohon kapuk ini dapat tumbuh sampai setinggi 50 m. IV.4 Prospek Implementasi Multiband di Indonesia Penggunaan band yang berbeda pada INSAR seperti band-x dan band-p ini sangat memungkinkan untuk diimplementasikan di Indonesia karena mengingat sumber daya hutan yang sangat melimpah terutama pada sebagian Pulau Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Kondisi Indonesia yang selalu tertutup awan juga dapat dijadikan alasan yang paling utama akan penggunaan INSAR di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia memang belum menggunakan sistem multiband SAR. Negara-negara yang sudah mengimplementasikan sistem ini diantaranya adalah seperti Kanada, Brazil, dan Amerika Serikat. Indonesia sebenarnya sudah 42
menggunakan metode airborne INSAR untuk pemetaan sebagian wilayah Indonesia, tetapi belum memanfaatkan sistem multiband ini. Prospek penggunaan multiband di Indonesia sangatlah memungkinkan untuk diimplementasikan, khususnya untuk mengetahui kondisi biomass, karena dengan sistem ini kita dapat mengestimasi perubahan ketebalan atau volume hutan dari tinggi interferometri yang didapatkan dari selisih anatra model permukaan digital dan model tinggi digital. 43