BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

dokumen-dokumen yang mirip
19 Oktober Ema Umilia

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN KAWASAN LINDUNG DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

Skoring Wilayah Rawan Bencana dan Daerah Perlindungan Bencana. Adipandang Y 11

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2005

BAB 5 RTRW KABUPATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 47 TAHUN 1997 (47/1997) TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak Penting

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

NOMOR 03 TAHUN 2OO4 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

TATA GUNA LAHAN DAN PERTUMBUHAN KAWASAN

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK,TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Laporan Akhir. Analisis Kawasan Lindung DAS Cisadane-Angke-Ciliwung

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

BAB II LANDASAN TEORI. kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

lainnya Lahan yang sebagian besar ditutupi oleh tumbuhan atau bentuk alami lainnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TERHADAP KEBERADAAN KAWASAN LINDUNG TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Disampaikan Pada Acara :

LAMPIRAN. I. Surat Survey

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

Oleh: Tarsoen Waryono **)

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

Transkripsi:

PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG DI DAERAH, Ruang dapat dibagi dalam berbagai kawasan, tetapi dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu : a. Kawasan Lindung b. Kawasan budidaya Kawasan Lindung : merupakan kawasan yang fungsi utamanya adalah melindungi kelestarian fungsi sumber daya alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa, seperti kawasan hutan lindung, hutan bakau dan sebagainya. Kawasan ini harus dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat mengurangi/merusak fungsi lingkungan Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. (UU 26/2007) Kawasan Budidaya : merupakan kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (termasuk permukiman) dan pembangunan. Kawasan budidaya antara lain terdiri dari kawasan pertanian, perindustrian dan kawasan hutan produksi. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. (UU 26/2007) 1 Bahan kuliah ini hanya untuk lingkungan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul Mohon ma af apabila terdapat sumber yang tidak tercantum dalam materi ini 1

7.1 Kriteria Kawasan Lindung I. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya 1. Kawasan hutan lindung (HL) 2. Kawasan bergambut 3. Kawasan resapan air II. Kawasan perlindungan setempat 1. Sempadan pantai 2. Sempadan sungai 3. Kawasan sekitar danau /waduk 4. Kawasan sekitar mata air III. Kawasan suaka alam dan cagar budaya 1. Kawasan suaka alam 2. Pantai berhutan bakau (mangrove) 3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya 4. Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam 5. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan IV. Kawasan rawan bencana 2

7.2 Kriteria Kawasan Budidaya 1. Kawasan hutan produksi a. Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) b. Kawasan hutan produksi tetap (HP) c. Kawasan hutan produksi konversi (HPK) 2. Kawasan pertanian a. Kawasan tanaman pangan lahan basah b. Kawasan tanaman pangan lahan kering c. Kawasan tanaman tahunan/perkebunan d. Kawasan peternakan e. Kawasan perikanan 3. Kawasan pertambangan 4. Kawasan perindustrian 5. Kawasan pariwisata 6. Kawasan permukiman 3

Tabel 7.1. Jenis, Definisi dan Kriteria Kawasan Lindung JENIS KAWASAN DEFINISI KRITERIA I. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya 1) Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. 2) Kawasan Bergambut Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama 3) Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (okuifer) yang berguna sebagai sumber air II. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175 dan atau Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih dan atau Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan air laut 2000 m atau lebih. Tanah Bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa 1) Sempadan Pantai Sempadan pantai adalah Daratan sepanjang tepian kawasan tertentu sepanjang yang lebarnya proporsional pantai yang mempunyai dengan bentuk dan kondisi manfaat penting untuk fisik minimal 100 meter dari mempertahankan kelestarian titik pasang tertinggi ke arah fungsi pantai darat. 2) Sempadan Sungai Sempadan Sungai adalah Sekurang-kurangnya 100 m 4

3) Kawasan Sekitar Danau/ Waduk 4) Kawasan Sekitar Mata Air kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer, mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air III. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya 1) Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi perkembangan flora fauna yang khas beraneka ragam di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan. Daratan sekeliling tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di sekitar mata air. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan satwa dan daerah pengungsian satwa. Kriteria cagar alam adalah : Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya. Memiliki formasi biodata tertentu dan/atau unit-unit penyusun Mempunyai kondisi alam, baik biodata maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia 5

Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelola yang efektif dengan daerah-daerah penyangga yang cukup luas Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi. Kriteria suaka margasatwa adalah : Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu upaya konservasi. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan Kriteria Hutan Wisata adalah : Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia. Memenuhi kebutuhan manusia dan rekreasi dan olahraga serta terletak dekat pusatpusat pemukiman 6

penduduk. Mengandung satwa buru yang dapat dikembang biakan sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi olahraga dan kelestarian satwa. 2) Pantai Berhutan Bakau Pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kriteria daerah pengungsian adalah : - Areal yang ditunjuk merupakan wilayah kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut. - Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup dan kehidupan baru bagi satwa tersebut. Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan di ukur dari garis air surut terendah ke arah darat. 3) Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya 4) Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Suaka alam laut dan perairan lainnya adalah daerah berupa perairan laut, perairan darat, wilayah, muara sungai, pesisir gugusan atol dan karang yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan ekosistem a. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, parawisata, rekreasi dan pendidikan. b. Taman Hutan Raya adalah Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan ekosistem. Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata. 7

kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan rekreasi. c. Taman Wisata alam adalah kawasan pelestarian di darat maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. 5) Kawasan Cagar Alam dan Ilmu Pengetahuan Kawasan Cagar Alam Budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alam yang khas berada. Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan IV. Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Daerah yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor. Sumber : Keppres No. 57 Tahun 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 8

Tabel 7.2. Jenis, Definisi dan Kriteria Kawasan Budidaya JENIS KAWASAN FUNGSI PEMANFAATAN I. Kawasan Pengembangan Budidaya Pertanian 1) Kawasan Hutan Produksi Terbatas Hutan yang dapat dieksploitasi dengan metode tebang pilih dan tanam Kawasan hutan dengan faktorfaktor lereng, jenis tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 125-175, diluar hutan konversi lainnya (SK Mentan No: 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/II/1980) 2) Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi tetap dimana eksploitasi dapat dengan tebang habis dan tanam Kawasan hutan dengan faktorfaktor lereng, jenis tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 125 atau kurang, diluar suaka alam, hutan produksi terbatas, hutan wisata, hutan konversi lainnya (SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/II/1980) 3) Kawasan Hutan Produksi Konversi Hutan yang bilaman perlu dapat dialihgunakan Kawasan hutan dengan faktorfaktor lereng, jenis tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 124 atau kurang, diluar suaka alam, hutan produksi terbatas, hutan wisata, hutan produksi tetap (SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/II/1980) II. Kawasan Pertanian 1) Kawasan Tanaman Lahan Basah Kawasan yang diperuntukan untuk tanaman lahan basah, Kriteria kawasan ini adalah sesuai dengan tanaman lahan dengan pengairan dapat basah, mempunyai sistem dan diperoleh secara alamiah, atau potensi pengembangan maupun teknis perairan dan memiliki : * Ketinggian < 1000 dpi * Lereng < 40 % Kedalaman efektif lapisan tanah 9

2) Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kawasan yang diperuntukan untuk tanaman pangan lahan Kering kering, untuk tanaman palawija, hortikultura atau tanaman pangan 3) Kawasan Tanaman Kawasan yang diperuntukan Tahunan / untuk tanaman Perkebunan tahunan/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan maupun bahan baku industri 4) Kawasan Kawasan yang sesuai untuk Peternakan peternakan/penggembalaan hewan besar dan padang penggembalaan ternak 5) Kawasan Perikanan Kawasan yang diperuntukan bagi perikanan, atas > 30 cm Kriteria kawasan ini adalah tidak mempunyai sistem/potensi pengembangan pengairan dan memiliki : * Ketinggian < 1000 dpi * Lereng < 40% Kedalaman efektif lapisan tanah atas >Kriteria kawasan ini adalah sesuai dengan tanaman lahan basah, mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan perairan dan memiliki : * Ketinggian < 1000 dpi * Lereng < 40 % Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm 30 cm Kriteria kawasan ini sesuai dengan tanaman tahunan/perkebunan dengan mempertimbangkan faktor : * Ketinggian < 2000 dpi * Lereng < 40% Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm Kriterianya adalah kawasan tersebut sesuai untuk peternakan / penggembalaan hewan besar dengan mempertimbangkan faktor : * Ketinggian < 1000 dpi * Lereng < 15% Kedalaman tanah dan iklim sesuai untuk padang rumput alamiah Kriterianya adalah kawasan yang sesuai dengan 10

pertambakan/kolam dan perairan darat lainnya III. Kawasan Pertambangan Kawasan Kawasan yang diperuntukan Pertambangan bagipertambangan baik wilayah sedang maupun akan segera dilakukan kegiatannya IV. Kawasan Perindustrian Kawasan Kawasan yang diperuntukan Perindustrian bagiindustri, berupa tempat pemusatan kegiatan industri V. Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata Kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata VI. Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman Kawasan yang diperuntukan bagi permukiman mempertimbangkan : * Ketinggian < 8 m Persediaan air cukup Kriteria kawasan ini adalah lokasi sesuai dengan ketetapan Departemen Pertambangan dan potensi bahan tambang bernilai tinggi Kawasan memenuhi persyaratan lokasi industri, tersedia sumber air baku cukup. Ada sistem pembuangan limbah, tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat. Tidak terletak dikawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan berpotensi untuk pengembangan irigasi. Kawasan yang memiliki : - Keindahan alam dan panorama - Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan - Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah yang tinggi Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada. Ketersediaan air terjamin, Lokasi terkait kawasan hunian yang telah ada/berkembang. Tidak terletak dikawasan tanaman pangan lahan basah 11

Sumber : Kepres No. 57 Tahun 1989 dan Kepres No. 32 Tahun 1990 Tabel 7.3. Fungsi dan Alternatif Pemanfaatan Kawasan Budidaya JENIS KAWASAN FUNGSI PEMANFAATAN Kawasan Hutan Kawasan Perkebunan Kawasan Pertanian tanaman pangan lahan basah Kawasan Pertanian tanaman pangan lahan kering Kawasan Peternakan Kawasan Perikanan Kawasan Pertambangan Kawasan Industri Kawasan Pariwisata Pemenuhan kebutuhan hasil Usaha perkebunan dan pengelolaan hasil perkebunan Pemenuhan kebutuhan pangan Pemenuhan kebutuhan pangan Pemenuhan kebutuhan produksi ternak Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan produksi perikanan Menghasilkan bahan tambang Menghasilkan barang industri Sebagai lokasi tempat tujuan wisata Tempat bermukim penduduk Kawasan Pemukiman Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan diolah Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Biasa Hutan Tanaman Industri PBSN Perkebunan Rakyat Usaha Perkebunan Negara/Daerah Sawah Tanaman hortikultura Peternakan skala besar Perikanan darat Tambak Keramba Jaring apung Kuasa pertambangan, penambangan rakyat Kegiatan Perindustrian Tempat rekreasi Akomodasi dan pariwisata Rumah, fasilitas umum dan fasilitas pendukung pemukiman Catatan : Pada buku panduan Zoning Regulation Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, untuk kawasan perkotaan, diharapkan idealnya 30% merupakan RTH (ruang terbuka hijau), sedang di wilayah kabupaten, tidak/belum ada ketentuannya, artinya bergantung kepada kondisi fisik wilayahnya. Makin luas kondisi fisik yang rawan (bencana) makin besar kawasan lindungnya. Berikut ini adalah skematik penentuan kawasan lindung dalam RTRW Provinsi Maluku pada tahun 2005 12

Cagar Alam Suaka Margasatwa Situs Taman Nasional Taman Hutan Raya Taman Wisata Alam Taman Budaya Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kemiringan Lereng No Kelas Skor 1 2 3 4 5 0-5% 5-15% 15-25% 25-40% > 40% 20 40 60 80 100 Curah Hujan No Kelas Skor 1 2 3 4 5 s/d 1,36 mm/hr 1,36-2,07 mm/hr 2,07-2,77 mm/hr 2,77-3,48 mm/hr > 3,48 mm/hr 10 20 30 40 50 Hutan Lindung (Memenuhi salah satu kriteria) dibawah ini : - skor > 175 - Kemiringan > 40% - Ketinggian > 2.000 m Kawasan Berfungsi Lindung Kepekaan Tanah No Kelas Skor 1 2 3 4 5 tidak peka kurang peka agak peka peka sangat peka 15 30 45 60 75 - Skor 125-174 - Litologi : Poros - Ketinggian > 1.000 m - Vegetasi Penutup > 75% - Curah Hujan > 3,48 mm/hr Kawasan Resapan Air Kawasan Bergambut Kondisi Geologi, Geografi, Daerah Banjir, Data Pantai, Data Sungai - Kawasan Perlindungan Setempat - Sempadan Pantai - Sempadan Sungai - Sempadan Danau - Sempadan Mata Air Kawasan Rawan Bencana Gambar 7.1 SKEMATIK PENENTUAN KAWASAN LINDUNG Sumber RTRW Provinsi Maluku 2005 13

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Tata Kota dan Daerah Departemen Pekerjaan Umum, Studi Tipologi Kabupaten, 1992. Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang di Daerah Shukla, A. Regional Planning and Sustainable Development. Kanishka Publishers, Distributors, New Delhi, 2000. Undang-Undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor :16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 14