BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Situs Megalitikum Pagar Batu terdapat di Kecamatan Simanindo tepatnya

SARKOFAGUS SAMOSIR: KREATIVITAS LOKAL MASYARAKAT SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

VISUALISASI KUBUR SEKUNDER KOMUNAL DI PULAU SAMOSIR (Pendekatan Komunikasi Visual dalam Usaha Meningkatkan Kunjungan Wisata)

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan daerah-daerah atau bangsa-bangsa lain di luar Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

SITUS DUPLANG DI DESA KAMAL KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER : HISTORISITAS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

ARKENAS PERSEBARAN DAN BENTUK-BENTUK MEGALITIK INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN KAWASAN. Bagyo Prasetyo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

PEMANFAATAN OBJEK WISATA MAKAM RAJA SIDABUTAR SEBAGAI WISATA BUDAYA DI SAMOSIR, SUMATERA UTARA. Victricia Simorangkir

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. cukup banyak dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

WADAH DAN TANDA KUBUR, SEBUAH SIMBOL DALAM TRADISI MEGALITIK MASYARAKAT NIAS SELATAN

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU. M. Nendisa

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik dapat berupa artefak, ekofak, dan fitur, sedangkan tinggalan non-fisik dapat berupa falsafah, nilai, norma yang menjadi sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu (Ardika, 1998 dalam Setiawan, 2009: 94). Tinggalan budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan oleh generasi terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran kreatif, yang menjadi sumber daya unik bagi generasi penerusnya. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari masa paleolitikum serta berbagai proses yang melingkupinya kepercayaan manusia juga mengalami perkembangan. Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik (Susilowati, 2005:80). Kebudayaan megalitik didasari oleh konsep kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan setelah kematian, adanya hubungan timbal balik antara orang yang mati dan orang yang hidup, dan adanya tempat tinggal roh yaitu tempat-tempat yang tinggi/ gunung/ bukit, serta penghormatan kepada leluhur (Wiradnyana, 2005:24). Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Di beberapa daerah di Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh tetapi tetap menyisakan unsur-unsurnya. Wadah kubur tradisi megalithik

diantaranya adalah sarkofagus, kubur peti batu, batu tong dan/ tempayan batu, kubur dolmen dan lain-lain. Bentuk wadah kubur tersebut tidak selalu terdapat pada daerah yang memiliki tinggalan megalithik. Seperti halnya sarkofagus yang banyak ditemukan di daerah Bali, Nias, Nusa Tenggara Timur, Toraja dan Pulau Samosir di Sumatra Utara, sedangkan di daerah lainnya ditemukan sedikit. Adapun bangunan yang berupa peninggalan megalitikum juga dijumpai di Samosir, sebuah wilayah kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara yang didiami masyarakat Batak Toba. Monument dimaksud, disamping memiliki bentuk yang unik sekaligus memiliki persamaan dengan daerah lainnya mengindikasikan keterkaitannya dengan tradisi megalitik yang berkembang di Indonesia pada umumnya, di Sumatera pada khususnya. (Wiradnyana, 2005:21). Samosir sebagai satu kesatuan geografis yang dikelilingi oleh Danau Toba memiliki kekhasan tersendiri dalam tinggalan arkeologis. Berbagai tinggalan bercorak prasejarah, khususnya megalitik. Unsur-unsur yang paling menonjol adalah kubur batu berupa sarkofagus dan tempayan batu, disamping kursi-kursi dan meja batu. Kehadiran tinggalan-tinggalan ini diduga erat kaitannya dengan sejarah hunian masyarakat Batak Samosir yang percaya berasal dari Pusik Buhit yang secara mendasar berkaitan dengan konsepsi kepercayaan pemujaan terhadap arwah nenek monyang. Samosir sudah lama dikenal sebagai ranah tinggalan bercorak prasejarah, khususnya megalitik, yang kaya. Sejak zaman kolonial para peneliti asing telah tertarik pada unsur-unsur megalitik, khususnya di daerah Tomok dan Ambarita, yang hasil penelitiannya dituliskan dalam berbagai publikasi (Van

Heekeren, 1958; Schnitger, 1939). Suatu studi kelayakan yang dilakukan oleh tim Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sumatera Utara yang bertujuan menilai kelayakan situs di Samosir khususnya di daerah Tomok dan Ambarita untuk dipugar. Pendirian kubur megalitik di Desa Siallagan dilatarbelakangi konsepsi kepercayaan terhadap nenek moyang yang dimaksudkan sebagai wujud adanya hubungan antara si mati dengan keluarganya yang masih hidup. Unsur-unsur megalitik sangat menonjol seperti ditunjukkan pada kubur-kubur megalitik, yang pendiriannya dimaksud antara lain untuk membekali si mati dalam perjalanannya ke dunia arwah dan sebagai lambang hubungan yang harmonis antara si mati dan keluarganya. Disamping tinggalan megalitik yang bersifat sarana ritus seperti kursi, meja batu, arca batu, dan pahatan relief, tinggalan megalitik lain yang sangat menarik dari Pulau Samosir adalah yang berkaitan dengan penguburan, khususnya wadah kubur. Penelitian yang dilakukan oleh Tim peneliti Balai Arkeologi Medan pada tahun 1994 dan 1995 serta tim penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1996, banyak memberikan data yang diperoleh, karena penelitian belum mencakup semua wilayah Samosir, khususnya pemukiman di daerah-daerah perbukitan yang terpencil dan terisolir. Adapun jenis-jenis kubur megalitik yang di temukan di Samosir yaitu sarkofagus, tempayan batu, batu kubus, dan kubur palung batu. Oleh karena itu peneliti memilih objek penelitian peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir untuk melihat bentuk dan

perkembangan, fungsi, dan peranan masyarakat di daerah tersebut mengenai peninggalan megalitikum dengan acuan tulisan-tulisan para arkeolog dan sejarawan di atas. Peninggalan megalitikum masih merupakan indikasi bagian budaya megalitik di daerah Siallagan karena secara khusus objek arkeologis dimaksud telah pernah diteliti secara khusus dan mendalam. Fungsi dari peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan pada zaman megalitik sebenarnya adalah untuk melakukan musyawarah atau perundingan yang dipimpin oleh seorang raja dan dihadiri oleh ketua-ketua adat untuk membicaraka suatu keputusan yang akan diberikan kepada si penjahat yang melanggar aturan yang terdapat di daerah tersebut. Dan juga untuk melakukan eksekusi kepada si penjahat sebelum di jatuhkan hukuman mati. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan, maka peneliti mengangkat permasalahan di atas menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang Peninggalan Kebudayaan Megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah ini adalah: 1. Latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Siallagan 2. Mengidentifikasi benda-benda peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan.

3. Fungsi dan makna simbolik peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik. 4. Peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan. C. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang lahirnya kebudayan megalitikum di Desa Siallagan? 2. Benda-benda megalitik apa saja yang terdapat di Desa Siallagan? 3. Apakah fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik? 4. Bagaimana peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan? D. Tujuan Penelitian Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan. 2. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitik di Desa Siallagan.

3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan peninggalan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitikum. 4. Untuk mengetahui peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini adalah: 1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengenai peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata. 2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama. 3. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan, khususnya Universitas Negeri Medan. 4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam usaha pengembangan objek wisata.