Modul 24 REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN (No. ICOPIM: 5-458)

dokumen-dokumen yang mirip
Modul 26 PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)

Modul 23 ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620)

Modul 26 DETORSI TESTIS DAN ORCHIDOPEXI (No. ICOPIM: 5-634)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 20 RESEKSI/ EKSISI ANEURISMA PERIFER (No. ICOPIM: 5-382)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 36. ( No. ICOPIM 5-545)

( No. ICOPIM : )

Modul 11. (No. ICOPIM: 5-467)

PADA PERFORASI USUS (No. ICOPIM: 5-454)

Modul 3. (No. ICOPIM: 5-530)

Modul 9. (No. ICOPIM: 5-461)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 13 OPERASI REPAIR HERNIA DIAFRAGMATIKA TRAUMATIKA (No. ICOPIM: 5-537)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 11 BEDAH TKV FIKSASI INTERNAL IGA ( KLIPING KOSTA ) (ICOPIM 5-790, 792)

(No. ICOPIM: 5-491, 5-884)

Modul 16 EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387)

Modul 1 BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 )

Modul 31. ( No. ICOPIM 5-485)

Modul 16. (No. ICOPIM: 5-537)

Modul 29 Bedah Digestif DRAINASE ABSES APENDIK ( No. ICOPIM 5-471)

Modul 18 Bedah TKV EKSISI HEMANGIOMA (ICOPIM 5-884)

Modul 1 EKSISI TUMOR JARINGAN LUNAK KEPALA LEHER (ICOPIM )

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

REPAIR PERFORASI SEDERHANA (No. ICOPIM: 5-467)

Modul 9. (No. ICOPIM: 5-894)

Modul 2 (ICOPIM 5-311)

EKSTRAKSI CORPUS ALIENUM DI KEPALA DAN LEHER (ICOPIM 5-119)

GASTROSTOMI TEMPORER ( No. ICOPIM 5-431)

Modul 3. (No. ICOPIM: 5-822)

Modul 19 Bedah Digestif GASTROENTEROSTOMI PINTAS (BY PASS) ( No. ICOPIM 5-442)

Modul 5. (No. ICOPIM: 5-530)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 2 (ICOPIM 8-835)

Modul 13. (No. ICOPIM: 5-520)

Modul 7 EKSKOKLEASI KISTA RAHANG (ICOPIM 5-243)

Modul 22 SIGMOIDEKTOMI, RESEKSI ANTERIOR, LOW RESEKSI ANTERIOR (No. ICOPIM: 5-455)

Modul 4. (No. ICOPIM: 5-493)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 12 EKSISI DAN MARSUPIALISASI RANULA (ICOPIM 5-501)

Modul 32. (No. ICOPIM: 5-511)

(Partial Gastrectomy dengan anastomosis jejujum) (No. ICOPIM 5-437)

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

Modul 17 BEDAH TKV DEBRIDEMENT DAN AMPUTASI EKTRIMITAS KARENA GANGRENE (ICOPIM 5-847)

Modul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550)

PERIKARDIOSENTESIS TERBUKA Bedah TKV (ICOPIM 5-371)

Modul 11. (No. ICOPIM: 5-871)

Modul 4 Bedah TKV PEMASANGAN PIPA INTRATORAKAL ATAU WATER SEAL DRAINASE ( WSD ) ( ICOPIM 8-740)

Modul 10 EKSISI KISTA BRANKIALIS (ICOPIM 5-291)

Modul 30 Bedah Digestif ABDOMINAL PERINEAL RESECTION OPERASI MILES ( No. ICOPIM 5-484)

Modul 9 REKONSTRUKSI VASKULAR PERIFER (TRAUMA) (ICOPIM 5-380)

MODUL 14 (ICOPIM 5-384)

Modul 18 DISEKSI SUBMANDIBULA (ICOPIM 5-262)

Modul 1 PEMASANGAN KATETER VENA SENTRAL (KTS) ( No. ICOPIM : )

Modul 33. (No. ICOPIM 5-511)

OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT

Modul 12. (No. ICOPIM: 5-505)

APENDEKTOMI TERBUKA (No. ICOPIM: 5-470)

Modul 17 (ICOPIM 5-251)

Modul 11 (ICOPIM 5-311)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APENDEKTOMI TERBUKA (No. ICOPIM: 5-470)

Modul 3 LOBEKTOMI TOTAL / SUBTOTAL KELENJAR TIROID (ICOPIM 5-061)

Modul 4 SISTOSTOMI & PUNKSI BULI-BULI (No. ICOPIM: 5-572)

Modul 25 EKSISI LUAS KANKER KULIT (KEPALA LEHER) (ICOPIM 5-899)

TERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.

Modul 6 OPERASI A-V SHUNT (BRECIA CIMINO) (ICOPIM 5-392)

1 Tumbuh Kembang Anak

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja

195 Batu Saluran Kemih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

Modul 15 Bedah KL TIROIDEKTOMI SUBTOTAL (ICOPIM 5-062)

15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum

Sem 9 G M Q 79.3 K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A Sem 3. Sem 5. Sem 4

16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis

PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY

68 Gagal Ginjal Kronik (GGK)

PENYAKIT HIRSCHSPRUNG

Modul 15 LAPAROTOMI DAN TORAKO-LAPAROTOMI ( No. ICOPIM 5-541)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

drh. Ahmad Fauzi M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

93 Meningitis Tuberkulosa

Modul 16 (ICOPIM 5-063)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

REPAIR HIPOSPADIA (KORDEKTOMI & URETHROPLASTI) (No. ICOPIM: 5-302)

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

SAKIT PERUT PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

Transkripsi:

Modul 24 BEDAH REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN (No. ICOPIM: 5-458) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti anatomi usus halus dan kolon, patogenesis dan patofisiologi obstruksi intestinal secara umum, manifestasi klinis dan cara diagnosis intususepsi, cara penanganan intussusepsi, dan perawatan perioperatif serta komplikasi. 1.2. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu menjelaskan anatomi usus halus dan kolon 2. Mampu menjelaskan etiologi dan patogenesis terjadinya intussusepsi 3. Mampu menjelaskan manifestasi klinik dan cara diagnosis intussusepsi 4. Mampu menjelaskan cara penanganan intussusepsi 5. Mampu melakukan persiapan praoperatif pada pasien intussusepsi 6. Mampu melakukan tindakan reduksi hidrostatik pada pasien intussusepsi 7. Mampu melakukan tindakan reduksi operatif pada pasien intussusepsi 8. Mampu melakukan perawatan peri operatif dan mengatasi komplikasi. 2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN 1. Anatomi usus halus dan kolon 2. Etiologi, patogenesis, manifestasi klinik dan cara diagnosis terjadinya intussusepsi. 3. Cara penanganan intussusepsi 4. Persiapan praoperatif, tindakan reduksi hidrostatik, reduksi operatif pada pasien intussusepsi. 5. Perawatan peri operatif dan mengatasi komplikasi pada pasien intussusepsi. 3. WAKTU METODE A. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode: 1) small group discussion 2) peer assisted learning (PAL) 3) bedside teaching 4) task-based medical education B. Peserta didik paling tidak sudah harus mempelajari: 1) bahan acuan (references) 2) ilmu dasar yang berkaitan dengan topik pembelajaran 3) ilmu klinis dasar C. Penuntun belajar (learning guide) terlampir D. Tempat belajar (training setting): bangsal bedah, kamar operasi, bangsal perawatan pasca operasi. 4. MEDIA 1. Workshop / Pelatihan 2. Belajar mandiri 3. Kuliah 4. Group diskusi 5. Visite, bed site teaching 6. Bimbingan Operasi dan asistensi 7. Kasus morbiditas dan mortalitas 8. Continuing Profesional Development = Pengembangan Profesi Bedah Berkelanjutan (P2B2) 5. ALAT BANTU PEMBELAJARAN Internet, telekonferens, dll. 1

6. EVALUASI 1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk essay dan oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas: Anatomi usus halus atau kolon Penegakan Diagnosis Terapi ( tehnik operasi ) Komplikasi dan penanganannya Follow up 2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama dengan fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian. 3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role-play dengan temantemannya (peer assisted learning) atau kepada SP (standardized patient). Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (peer assisted evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda bedside teaching di bawah pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar kepada nodel anatomik dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut: Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien) 4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan. 5. Self assessment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar 6. Pendidik/fasilitator : Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form (terlampir) Penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi Kriteria penilaian keseluruhan: cakap/ tidak cakap/ lalai. 7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education) 8. Pencapaian pembelajaran: Pre test Isi pre test Anatomi usus halus atau kolon Diagnosis Terapi (Tehnik operasi) Komplikasi dan penanggulangannya Follow up Bentuk pre test MCQ, Essay dan oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan Buku acuan untuk pre test 1. Buku teks ilmu bedah (diagnosis) Hamilton Bailey 2. Buku teks ilmu bedah Schwarzt 3. Buku teks ilmu bedah Norton 4. Buku teks ilmu bedah Pediatric surgery Keith T. Oldham 5. Buku teks ilmu bedah Pediatric surgery Keith W. Ashcraft 6. Buku ajar Ilmu Bedah Indonesia 7. Atlas of Surgical Technique Zollinger, McGraw Hill Inc 8. De Jong W, Sjamsuhidayat, Buku ajar Ilmu Bedah, EGC. 2005 Bentuk Ujian / test latihan 2

Ujian OSCA (K, P, A), dilakukan pada tahapan bedah dasar oleh Kolegium I. Bedah. Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja oleh masing-masing senter pendidikan. Ujian akhir kognitif nasional, dilakukan pada akhir tahapan bedah lanjut (jaga II) oleh Kolegium I. Bedah. Ujian akhir profesi nasional (kasus bedah), dilakukan pada akhir pendidikan oleh Kolegium I. Bedah 7. REFERENSI 1. Buku teks ilmu bedah (diagnosis) Hamilton Bailey 2. Buku teks ilmu bedah Schwarzt 3. Buku teks ilmu bedah Norton 4. Buku teks ilmu bedah Pediatric surgery Keith T. Oldham 5. Buku teks ilmu bedah Pediatric surgery Keith W. Ashcraft 6. Buku ajar Ilmu Bedah Indonesia 7. Atlas of Surgical Technique Zollinger, McGraw Hill Inc 8. De Jong W, Sjamsuhidayat, Buku ajar Ilmu Bedah, EGC. 2005 8. URAIAN: REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN 8.1. Introduksi a. Definisi Suatu tindakan pembedahan dengan cara melakukan massage manual dengan mendorong inavaginatum secara perlahan dan terus menerus tanpa tarikan dari distal usus yang mengalami invaginasi ke arah proksimal sampai terjadinya reduksi ke posisi normalnya. b. Ruang lingkup Invaginasi adalah masuknya usus bagian proksimal (intussuseptum) ke usus bagian distal (intussupien). > 80% kasus invaginasi adalah ileocolica. Selebihnya adalah ileoileal, cecocolic, colocolic, dan jejunojejunal. Identifikasi lesi dapat ditentukan dengan adanya suatu lead point, gambaran peristaltik usus proksimal ke dalam usus distal. Pada hampir setiap pasien yang diperiksa saat operasi, dijumpai hipertrofi jaringan limfoid dari dinding ileum yang masuk sebagai intussuseptum. Penderita datang dengan keluhan nyeri perut yang mulanya akut dengan tanda-tanda sangat tidak nyaman pada perut bayi yang pada mulanya tidak ada kelainan. Saat serangan anak mengangkat kedua tungkainya sampai ke abdomen, disertai hiperextensi dan penderita menahan nafasnya yang dapat disertai dengan muntah. Pada mulanya muntah yang keluar adalah makanan yang belum di absorbsi dan akhirnya muntah bilious. c. Indikasi Operasi - Perdarahan. - Nyeri - Obstruksi - Strangulasi - Kegagalan reduksi secara hidrostatik d. Kontra indikasi operasi - Umum - Khusus e. Diagnosis Banding - Prolaps rektum - Meckel s diverticulum - Polip pada ileum dan colon - Benign hamartoma - Submucosal hematoma - Inverted appendiceal stump f. Pemeriksaan Penunjang - Radiographic diagnostic : Supine and upright abdominal film Barium contrast enema - USG - CT scan 3

Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ahli bedah mempunyai kompetensi melakukan operasi reposisi invaginasi serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan. 8.2. Kompetensi terkait dengan modul/ List of skill Tahapan Bedah Dasar ( semester I III ) Persiapan pra operasi : o Anamnesis o Pemeriksaan Fisik o Pemeriksaan penunjang o Informed consent Assisten 2, assisten 1 pada saat operasi Follow up dan rehabilitasi Tahapan bedah lanjut (Smstr. IV-VII) dan Chief residen (Smstr VIII-IX ) Persiapan pra operasi : o Anamnesis o Pemeriksaan Fisik o Pemeriksaan penunjang o Informed consent Melakukan Operasi ( Bimbingan, Mandiri ) o Tindakan operasi o Penanganan komplikasi o Follow up dan rehabilitasi 8.3. Algoritma dan Prosedur Algoritma Imaginasi Peritonitis (-) Reposisi hidrostatik Gagal Berhasil Laparotomi Observasi Milking berhasil Milking gagal Reseksi usus 8.4. Tehnik Operasi Invaginasi bila mungkin di reduksi intraabdominal dengan melakukan milking mulai dari usus distal sampai ke usus bagian proksimal. Milking dilakukan secara perlahan terutama pada bagian proksimal usus yang invaginasi. 4

Bila reposisi berhasil, lakukan pemeriksaan viabilitas usus yang mengalami invaginasi, perubahan warna dan edema usus yang mengalami invaginasi pada mulanya dapat tidak tampak, basahi usus tersebut dengan NaCl 0,9 % hangat sehingga gambaran usus lebih jelas. Bila usus tampak nekrotik, biarkan sejenak dan lakukan penilaian ulang untuk menghindari dilakukannya reseksi usus yang mungkin tidak perlu dilakukan. Hal ini dapat terjadi pada < 5% kasus. Faktor etiologi seperti divertikel Meckel atau polip intestinal dapat terjadi pada 3-4% kasus invaginasi pada anak. Bila invaginasi tidak dapat di reduksi secara sempurna, segmen yang tidak dapat di reduksi dapat di reseksi dan dilakukan end-to-end anastomosis. Reseksi juga dilakukan pada usus yang nekrosis. 8.5. Komplikasi Operasi Invaginasi berulang Ileus berkepanjangan 8.6. Mortalitas Angka kematian pada invaginasi adalah sekitar 1% walaupun dengan kemajuan pengobatan dan meningkatnya kewaspadaan terhadap penyakit ini dapat menurunkan angka kematian. 8.7. Perawatan Pasca Bedah Pasang nasogastric tube sampai ada peristaltik usus atau sampai penderita buang air besar. Pemberian antibiotik dan koloid tidak diperlukan pada invaginasi tanpa komplikasi, kecuali pada kasus-kasus yang dilakukan reseksi usus. Pada reseksi usus invaginasi gangrenosa dapat dipertimbangkan pemberian koloid 5 mg/kg atau larutan albumin 25% setiap hari. 8.8. Follow-up Pasca pembedahan harus dilakukan pemeriksaan klinis dan penunjang untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya invaginasi berulang 8.9. Kata kunci: Invaginasi, viabel, milking 9. DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI No Daftar cek penuntun belajar prosedur operasi PERSIAPAN PRE OPERASI Sudah dikerjakan Belum dikerjakan 5

1 Informed consent 2 Laboratorium 3 Pemeriksaan tambahan 4 Antibiotik propilaksis / terapeutik 5 Cairan dan Darah 6 Peralatan dan instrumen operasi khusus ANASTESI 1 Narcose dengan general anesthesia PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI 1 Penderita diatur dalam posisi terlentang sesuai dengan letak kelainan 2 Lakukan desinfeksi dan tindakan asepsis / antisepsis pada daerah operasi. 3 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril. TINDAKAN OPERASI 1 Insisi kulit sesuai dengan indikasi operasi 2 Selanjutnya irisan diperdalam menurut jenis operasi tersebut diatas 3 Prosedur operasi sesuai kaidah bedah digestif PERAWATAN PASCA BEDAH 1 Komplikasi dan penanganannya 2 Pengawasan terhadap ABC 3 Perawatan luka operasi Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda 10. DAFTAR TILIK Berikan tanda dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan (1); tidak memuaskan (2) dan tidak diamati (3) 6

1. Memuaskan Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun 2. Tidak memuaskan Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur standar atau penuntun 3. Tidak diamati Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama penilaian oleh pelatih Nama peserta didik Nama pasien Tanggal No Rekam Medis No 1 Persiapan Pre-Operasi DAFTAR TILIK Kegiatan / langkah klinik Penilaian 1 2 3 2 Anestesi 3 Tindakan Medik/ Operasi 4 Perawatan Pasca Operasi & Follow-up Peserta dinyatakan : Layak Tidak layak melakukan prosedur Tanda tangan pelatih Tanda tangan dan nama terang 7