1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS DENGAN METODE EKSPERIMEN DI KELOMPOK A TK 01 NGLEBAK TAWANGMANGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini Disusun oleh SRIYANTI A 520091049 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
2 ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS DENGAN METODE EKSPERIMEN DI KELOMPOK A TK 01 NGLEBAK TAWANGMANGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SRIYANTI, A520091049, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013, 147 halaman Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sains pada anak dengan menerapkan metode eksperimen di Kelompok A TK 01 Nglebak Tawangmangu. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilaksanakan melalui tiga siklus dan tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah anak didik Kelompok A di TK 01 Nglebak Tawangmang tahun pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 18 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Prosedur penelitian dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data dianalisis dengan teknik komparatif. Kriteria ketuntasan atau KKM pada penelitian ini adalah jika jumlah nilai indikator yang dicapai anak 39. Hasil penelitian menunjukkan prosentase jumlah anak yang nilai kemampuan sainsnya sudah mencapai KKM pada setiap siklusnya, yaitu sebelum tindakan (prasiklus) prosentase jumlah anak yang sudah tuntas sebesar 44% (8 anak), kemudian setelah diberi tindakan menggunakan metode eksperimen pada siklus I meningkat menjadi 61% (11 anak), pada siklus II meningkat menjadi 72% (13 anak), dan pada siklus III meningkat menjadai 88% (16 anak). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan sains pada anak di TK 01 Nglebak Tawangmangu tahun ajaran 2012/2013. Kata Kunci: Kemampuan sains, Metode eksperimen. PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU No 20 tahun 2003) Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, pendidikan anak usia dini memiliki standar kompetensi yang merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini
3 dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, meliputi: perkembangan moral dan nilai-nilai agama, perkembangan sosial emosional dan kemandirian, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan fisik/motorik dan perkembangan seni. Salah satu lingkup perkembangan kognitif pada anak usia dini adalah sains. IPA merupakan salah satu bidang ilmu yang dapat memfasilitasi keingintahuan anak terhadap kehidupan ini, namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan ternyata sains juga penting untuk dikembangkan pada anak usia dini dengan tujuan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya. Leeper 1994 dalam Nugraha (2008: 14). Pelaksanaan pembelajaran sains hendaknya menempatkan aktifitas nyata bagi anak, memberi kesempatan kepada anak untuk bersentuhan langsung dengan obyek yang akan atau sedang dipelajarinya. Sri (2006) dalam Harianja (2011: 4) Kenyataan di lapangan, pembelajaran sains di kelompok A TK 01 Nglebak, Tawangmangu, Karanganyar menunjukkan adanya berbagai hambatan dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini diindikasikan dengan kurang aktifnya anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka tidak berpartisipasi secara aktif untuk ikut dalam proses belajar, dengan kata lain anak-anak pasif dan tidak terlibat secara langsung dalam proses belajar sains, sehingga kemampuan sains anak masih sangat rendah. Penyebab lain rendahnya kemampuan sains pada anak adalah faktor guru. Guru belum menemukan metode dalam melakukan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan sains anak yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Metode yang dimaksud diharapkan agar anak tidak tertekan dan terpaksa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu metode yang digunakan diharapkan agar anak tidak pasif dan ikut dilibatkan secara langsung, sehingga anak merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sains. Menurut Zachrias dalam Wijayanti (2011: 28) pembelajaran dengan
4 metode eksperimen adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran yang mana anak secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Dalam pembelajaran eksperimen anak secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan kemampuan sains pada kelompok A di TK 01 Nglebak Tawangmangu akan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sains dengan metode eksperiman. Dengan metode tersebut diharapkan dapat melibatkan anak aktif belajar, baik secara mental, intelektual, fisik maupun sosial, dengan harapan hasil belajar anak dalam hal kemampuan sains meningkat. Hal inilah yang menarik peneliti, untuk mengadakan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Sains Dengan Metode Eksperimen Di Kelompok A TK 01 Nglebak Tawangmangu Tahun Pelajaran 2012/2013 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan menggunakan jenis penelitian ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara profesional. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai ciri khusus yaitu adanya tindakan (action) yang nyata. Dimana tindakan itu dilaksanakan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis yang memang masalah tersebut benar-benar dihadapi oleh guru. Arikunto, ( 2007: 58). Rancangan penelitian yang digunakan pada tindakan kelas ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari 3 siklus. Siklus pada PTK berisi empat langkah yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam indikatorindikator yang diamati. Rancangan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan, hambatan, dan keberhasilan dalam upaya meningkatkan
5 kemampuan interpersonal pada anak kelompok B di TK 01 Nglebak Tawangmangu melalui metode pembelajaran bermain peran yang dilakukan oleh guru. Rancangan penelitian yang digunakan tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam indikator-indikator yang diamati untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan sains anak kelompok A di TK 01 Nglebak Tawangmangu terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Tempat penelitia ini berlokasi di TK 01 Nglebak Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganayar. Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A TK 01 Nglebak Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganayar. Penelitian dilaksanakan secara bertahap, selama 5 bulan dimulai pada bulan September 2012 - Januari 2013. Dalam penelitian ini bertindak sebagai subjek adalah anak Kelompok A Taman Kanak-kanak 01 Nglebak, Tawangmangu tahun pelajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah peningkatan kemampuan sains melalui metode eksperimen pada anak kelompok A di TK 01 Nglebak Tawangmangu tahun pelajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Wawancara Observasi Langsung Dokumentasi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data. Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat atau mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah (1) Lembar observasi peningkatan kemampuan interpersonal yang berisi tentang catatan hasil pelaksanaan kegiatan anak yang sesuai dengan indikator yang akan dicapai.(2) Lembar observasi penerapan metode bermain peran berisi tentang catatan pelaksanaan metode bermain peran dalam upaya meningkatkan kemampuan interpersonal. Rencana
6 pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan kemampuan interpersonal berisi tentang pendahuluan (kegiatan awal), kegiatan inti, istirahat dan kegiatan akhir (penutup) yang dilakukan pada waktu pembelajaran berlangsung.(3) Lembar catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat semua kejadian yang terjadi di luar perencanaan atau pencatatan permasalahan-permasalahan yang muncul pada waktu di laksanakan kegiatan Analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan untuk membuktikan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini digunakan analisis berdasarkan observasi proses kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Teknik analsis yang digunakan adalah teknik komparasi (comparation) Analisis data dari observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran dilakukan untuk melakukan refleksi agar peneliti dapat menentukan tindakan yang akan di ambil pada siklus berikutnya. Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap sebgai berikut (1) Menjumlah skor yang dicapai setiap anak pada semua indikator. (2) Membuat tabulasi skor observasi peningkatan kemampuan interpersonal pada anak yang terdiri dari nomor, nama anak, indikator, jumlah skor, rata-rata individu, KKM, Ketuntasan. (3) Menghitung peningkatan kemampuan interpersonal anak melalui penggunaan metode bermain peran (4) Membandingkan jumlah skor indikator yang dapat dicapai pada setiap anak dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan peneliti. Penelitian pada setiap siklus akan berhasil jika anak sudah mencapai KKM ( KKM) yang telah ditentukan peneliti pada setiap siklusnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan sains anak kelompok A2 yang ditunjukkan pada setiap siklusnya melalui prosentase ketuntasan kemampuan sains anak tidak menunjukkan suatu kestabilan. Prosentase peningkatan ketuntasan kemampuan sains sebelum tindakan (prasiklus) sampai dengan siklus I peningkatannya mencapai 17%. Hal ini disebabkan karena pada awal pertemuan, ketertarikan anak terhadap penggunaan metode eksperimen masih sangat tinggi, yang sebelumnya jarang sekali diberikan
7 kegiatan menggunakan metode eksperimen. Akan tetapi tidak semua anak dapat berkembang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada siklus I peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ketuntasan kemampuan sains anak dalam satu kelas 60%. Hal ini sudah bisa dikatakan berhasil karena pencapaian prosentase ketuntasan kemampuan sains anak sudah bisa mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 61%. Pada siklus II peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ketuntasan kemampuan sains anak 70%, sedangkan pencapaian prosentase ketuntasan kemampuan sains anak mencapai 72%. Sehingga pencapain prosentase ketuntasan kemampuan sains pada siklus II bisa dikatakan sudah mencapai target yang diharapkan. Dari siklus I sampai dengan siklus II peningkatan prosentase pencapaian kemampuan sains anak hanya mencapai 11%. Hal ini disebabkan mulai adanya kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran karena metode eksperimen sudah pernah dilakukan dalam siklus I dan pelaksanaan kegiatan kurang bervariasi. Anak merasa bosan dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan eksperimen, pada siklus II. Selain itu terdapat beberapa indikator yang masih sulit dicapai anak dalam waktu yang singkat.indikator yang sulit dicapai anak tersebut adalah indikator 5, 6, dan 7 yaitu menjelaskan proses pertumbuhan tanaman, menerangkan penyebab tanaman mati, dan menceritakan terkjadinya gelap maupun terang. Pada siklus III pencapaian prosentase ketuntasan kemampuan sains anak sebesar 88%. Peningkatan prosentase jumlah anak dalam satu kelas yang pencapaian nilai kemampuan sainsnya mencapai KKM atau 39 dari siklus II ke siklus III sebesar 16%. Peningkatan ini lebih besar dibandingkan pada peningkatan dari siklus I ke siklus II yang hanya mencapai 11%. Hal tersebut dikarenakan pada siklus III ini pelaksanaan kegiatan eksperimen dilakukan dengan lebih variatif dan menarik, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan alat/media, anak diberi kebebasan memilih perannya sendiri dan dengan diberikannya hadiah/reward. Indikator yang sulit dicapai anak selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, II, maupun III adalah indikator pada nomor 5 dan 6, yaitu mejelaskan proses
8 pertumbuhan yanaman dan menerangkan penyaba tanaman mati. Mayoritas anak dapat melihat, mengetahui bahkan mengalami sendiri tentang pertumbuhan dan kematian pada tanaman, tetapai anak cenderungg ach dan tidak memperhatikan hal tersebut, sehingga anak mengalami kesulitan ketiak diminta untuk menjelaskan pertumbuhan tanaman dan penyebab kematian tyanaman. Kesulitan anak adalh dalam hal mengungkapkan hasil eksperimen secara sistematis sehingga mudah dipahami. Berdasarkan fakta di lapangan dengan adanya peningkatan-peningkatan prosentase ketuntasan kemampuan sains anak yang terjadi di setiap siklusnya, maka peneliti menyatakan bahwa selain metode dan media pembelajaran, guru juga sangat berpengaruh bagi perkembangan anak didik guna mewujudkan tujuan pembelajaran yang optimal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelompok A TK 01 Nglebak Tawangmangu, diketahui bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan sains anak di Kelompok A TK 01 Nglebak Tawangmangu Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan prosentase ketuntasan kemampuan sains anak yang sudah mencapai KKM yang ditentukan peneliti (sudah tuntas) pada setiap siklusnya. Prosentase ketuntasan kemampuan sains anak yang sudah mencapai KKM atau tuntas di Kelompok A TK 01 Nglebak Tawangmangu sebelum tindakan atau prasiklus adalah sebesar 44%, prosentase ketuntasan kemampuan sains anak yang sudah tuntas setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 61%, prosentase ketuntasan kemampuan sains anak yang sudah tuntas setelah tindakan pada siklus II meningkat menjadi 72%, sedangkan prosentase ketuntasan kemampuan sains anak yang sudah tuntas setelah tindakan pada siklus III meningkat menjadi 88%. Dengan demikian penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan sains anak di Kelompok A TK 01 Nglebak Tawangmangu tahun pelajaran 2012/2013. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.
9 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, suharsmi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Djamarah, Syaiful B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas.2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas. Harianja, Sri Indriani.2011. Upaya Peningkatan Kemampuan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Dalam Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Sains Melalui PenggunaanMetode Eksperimen (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Anak Kelompok B Tk Plus Tunas Bangsa Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Bandung: FIP UPI Hidayah, Noer Ratna. 2010. Upaya Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Sains Tinta Transparandi Play Group Aisyiyah 20 Pajang. Surakarta: UMS (Tidak diterbitkan) Jamaris, M. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo Moelong, Lexy, J. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda karya Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya Mumpuni, Rizki. 2010. Penerapan Metode Bermain Sains Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B TK Laboratorium. Malang: Universitas Negeri Malang (Tidak diterbitkan) Nugraha, Ali, 2008.Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti. Permendiknas. 2010. Kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK). Jakarta: Permendiknas Ramli. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Roestiyah, N.K. 2001. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Ronawati, Epon.2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Penggunaan Metode Discovery.
10 Bandung: FIP UPI Sagala, Saiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Masalah Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Premada Media Group Sari, Atikah.2006. Penggunaan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Anak SD. Bandung: FIP UPI Sudirman, 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV Bandung Sujiono, Yuliani N dkk. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Modul Edisi I. Bandung: Universitas Terbuka Suyanto, S. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo Yulianti, D. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Indeks Wijayanti, Adi Palupi.2011.Pengaruh Metode Pembelajaran Eksperimen Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak.(Studi Eksperimen di Taman Kanak-Kanak Kartika KPAD Gegerkalong Bandung). Bandung: FIP UPI