BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahtraan bangsa (Husodo, 2009:23). Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Peran secara langsung antara lain berupa kontribusi dalam pembentukan PDB, penyediaan pangan dan pakan, penyediaan sumber devisa, penyediaan bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, perbaikan pendapatan masyarakat dan sumber bionergi. Sedangkan peran tidak langsung diperoleh dari efek pengganda aktifitas sektor pertanian melalui keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi (Deptan, 2009). Struktur perekonomian Sumatera Barat pada tahun 2012 masih didominasi oleh sektor pertanian, dimana kontribusi tersebut sebesar 23,00%, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 18,45%, Sedangkan sektor jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 16,45%, sektor pengangkutan dan komunikasi 15,89%, sektor industri pengolahan 11,15% dan sektor lainnya 15,05% (Badan Pusat Statistik, 2013 : 7). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dari subsektor tersebut, subsektor tanaman pangan dan hortikultura masih memberikan kontribusi yang terbesar terhadap pembentukan PDRB Sumatera Barat tahun 2012 yaitu sebesar 12,00%, kemudian diikuti subsektor tanaman perkebunan 4,91%,

2 subsektor perikanan 2,76%, subsektor peternakan 2,01% dan subsektor kehutanan 1,32%. Tingginya kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembentukan PDRB sektor pertanian menggambarkan bahwa pertanian tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan andalan utama bagi Provinsi Sumatera Barat (Badan Pusat Statistik, 2013:7) Salah satu subsektor pertanian yang memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap manusia dan lingkungan adalah subsektor pangan. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan distribusi persentase PDRB sub sektor pertanian di Sumatera Barat dari tahun ke tahun bahwa tanaman pangan dan hortikultura memberikan sumbangan terbesar ( Lampiran 1 ). Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah. Pangan diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minuman ( Purwono dan Purnamawati, 2007 : 6 ). Menurut Undang-Undang No 7 tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dengan demikian, ketahanan pangan merupakan salah satu pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Ketidaktahanan atau kerawanan pangan sangat berpotensi memicu kerawanan sosial, politik, dan keamanan. Kondisi demikian tidak menunjang pelaksanaan program pembangunan secara keseluruhan. Pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga merupakan suatu keharusan dan menjadi tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat untuk mewujudkannya. Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya pemenuhan pangan antara lain: (1) pemenuhan pangan merupakan hak azazi bagi setiap individu manusia, (2) kualitas pangan yang dikonsumsi berkontribusi terhadap upaya pembentukan kualitas manusia dan (3) ketahanan nasional akan mantap apabila kondisi ketahanan pangan pada masing-masing keluarga juga dapat diwujudkan. Salah satu tanaman pangan yang potensi untuk dikembangkan adalah tanaman jagung (Zea mays L). Jagung (Zea mays L) sangat bermanfaat sebagai

3 makanan bagi manusia dan hewan. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Sedangkan di Indonesia jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi (BPP Teknologi, 2011 : 2). Dewasa ini jagung tidak hanya untuk pangan tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk pakan ternak, terutama unggas. Kebutuhan akan jagung pada tahun 2013 untuk pakan meningkat cukup tinggi 7,7 juta ton. Data ini naik dari tahun lalu sebesar 12% sekitar 13,8 juta ton, sehingga impor jagung perlu dilakukan sebesar 2,95 juta ton ( Sudirman, 2014). Pengembangan komoditas jagung bertujuan agar Provinsi Sumatera Barat mampu memenuhi kebutuhan jagung sendiri serta akan mendorong pengembangan subsektor peternakan, terutama ternak ayam. Jagung berkembang pada beberapa kabupaten diantaranya Kabupaten Pasaman Barat, Pasaman, Agam, Limapuluh Kota, Tanah Datar, Solok Selatan dan Pesisir Selatan, sehingga pada ke 7 wilayah tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur sebagai kawasan-kawasan pengembangan jagung di Sumatera Barat (BPTP Sumatera Barat, 2011). Kebutuhan jagung di Sumatera Barat cukup besar karena permintaan untuk pakan terus meningkat sejalan dengan perkembangan peternakan ayam pedaging dan petelur (Lampiran 2). Terjadinya peningkatan permintaan jagung untuk pakan ternak tersebut maka untuk memenuhi kebutuhan itu perlu dilakukan pengembangan jagung agar kebutuhan jagung dalam negeri dapat terpenuhi terutama untuk pakan ternak. Secara total permintaan jagung dalam Provinsi Sumatera Barat belum mampu dipenuhi sendiri. Dua puluh tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari total kebutuhan nasional. Kebutuhan jagung untuk pakan Sumatera Barat di perkirakan 4.398, 6 ton oleh karena itu suplai jagung dari daerah lain terutama provinsi tetangga dan impor sangat membantu kelangsungan peternakan unggas (BPTP Sumatera Barat, 2011). Kabupaten Pasaman merupakan salah satu kawasan pengembangan jagung di Sumatra Barat dengan produksi 15.200 ton (Lampiran 4). Produksi jagung di Pasaman terus meningkat dari tahun ke tahun (Lampiran3). Melihat

4 perkembangan produksinya maka jagung dapat dijadikan suatu peluang untuk mengembangkan perekonomian masyarakat setempat, tetapi untuk mengembangkan suatu produk belum tentu berhasil hanya dengan meningkatkan produktivitas. Untuk hasil-hasil tersebut, perlu adanya pasar, serta harga yang cukup tinggi untuk membayar kembali biaya-biaya tunai dan upaya yang telah dikeluarkan petani pada saat memproduksinya. Untuk memudahkan petani dalam proses produksi sampai penjualan hasil produksi petani ada yang melakukan kerjasama dengan pedagang pengumpul dan ada dengan modal sendiri, dimana sistem kerjasama yang terjadi hanya dengan sistem kepercayaan, kerjasama yang dilakukan petani dengan pedagang pengumpul disini yaitu semua biaya saprodi usahatani dimodali oleh pedagang pengumpul dan nantinya petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul sedangkan petani jagung mandiri melakukan dengan modal sendiri. B. Rumusan Masalah Kabupaten Pasaman merupakan salah satu dari tujuh kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan-kawasan pengembangan jagung di Sumatera Barat. Berdasarkan data produksi jagung Provinsi Sumatera Barat tahun 2014. Kabupaten Pasaman berada pada urutan terakhir dari enam kabupaten lainnya (Lampiran 4). Walaupun demikian, produksi jagung di Kabupaten Pasaman terus meningkat setiap tahunnya (Lampiran 3). Pada era 90-an Kabupaten Pasaman terkenal sebagai sentra jagung khususnya Nagari Kinali. Kenyataan ini menarik minat para petani dan produsen bibit jagung hibrida untuk mempromosikan jagungnya di kabupaten yang dikenal dengan kesuburan tanahnya. Berawal dari kondisi tersebut maka pemerintah mulai melakukan program pengembangan usahatani jagung dan melakukan kerjasama dengan pedagang dalam permodalan. Kabupaten Pasaman memiliki beberapa kecamatan yang memproduksi jagung yang cukup tinggi seperti Kecamatan Tigo Nagari, Kecamatan Rao, Kecamatan Rao Selatan dan Kecamatan Panti. Kecamatan Rao merupakan kawasan jagung yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat

5 2013 serta daerah penghasil jagung tertinggi setelah Kecamatan Tigo Nagari di Kabupaten Pasaman (Lampiran 3). Peningkatan produksi jagung di Kecamatan Rao bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan tidur yang berpotensi untuk tanaman jagung tetapi belum digarap. Lahan tidur tersebut merupakan lahan perbukitan milik Negara yang mana petani bisa membuka lahan disana untuk berkebun tanpa harus membayar sewa, Lahan yang telah dibuka akan menjadi milik petani. Hal tersebut dapat memberikan kesempatan kepada petani untuk berusahatani jagung. Lahan tersebut sekitar 2000 Ha yang berpotensi untuk ditanami jagung yang tersebar di Kanagarian Tarung-tarung, Kampung Simaroken dan Partomuan. Di lahan tersebut petani mulai membuka lahan dan mulai melakukan usahatani. Usaha tani yang banyak dilakukan petani yaitu usahatani jagung dimana dalam melakukan usahatani tersebut ada petani jagung yang melakukan usahatani dengan bekerjasama dengan pedagang pengumpul dan secara mandiri atau dengan modal sendiri. Petani jagung yang bekerjasama melakukan usahatani secara konvensional dan pengadaan sarana produksinya seluruhnya dimodali oleh pedagang pengumpul. Setelah panen, hasil usahatani tersebut dijemput oleh pedagang yang bekerjasama dengan petani tersebut ke lahannya dan kemudian ditimbang. Jadi setelah panen petani dikenai biaya muat/angkut barang, biaya pipil, biaya jemur, dan biaya karung dimana semua proses dari awal usaha tani sampai kepada pemasarannya dikendalikan oleh pedagang pengumpul. Sedangkan usahatani mandiri pengadaan sarana produksinya dengan modal sendiri, jadi petani bebas ingin menjual hasil usahataninya kepada pedagang mana saja yang menawarkan harga yang lebih tinggi. Lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga jagung di Kecamatan Rao adalah petani, pedagang pengumpul, pengusaha ternak Payakumbuh dan pabrik Japfa Comfeed Padang. Peranan pedagang pengumpul sangat penting karena dalam kegiatan tataniaga petani tergantung kepada pedagang pengumpul melalui permodalan. Bentuk permodalan yang diberikan oleh pedagang pengumpul kepada petani jagung yaitu berupa saprodi yaitu benih, pupuk dan obat-obatan. Dalam kerjasama ini kewajiban pedagang pengumpul yaitu, menyediakan keperluan petani dalam melakukan usahataninya dan bersedia meminjamkan uang

6 apabila petani memerlukan untuk kebutuhan rumah tangganya. Sedangkan hak yang diterima pedagang yaitu membeli hasil dari usahatani yang dilakukan petani. Sedangkan kewajiban petani dalam kerjasama ini yaitu, menjual hasil usahataninya hanya kepada pedagang yang telah bekerjasama dengan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul. Hak yang diterima petani yaitu menerima pinjaman dari pedagang berupa sarana produksi (saprodi) yaitu benih, pupuk dan obat-obatan serta pinjaman uang untuk keperluan rumah tangga. Harga sarana produksi (saprodi) yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul lebih tinggi sekitar ± 5% - 30% dibandingkan dengan harga pasaran. Contohnya harga pupuk phonska di kios yaitu Rp. 150.000/karung sedangkan ditingkat pedagang pengumpul adalah Rp. 180.000/karung. Harga bibit jagung biasanya petani menggunakan benih pioneer 23 dengan harga Rp. 350.000/karung di kios sedangkan ditingkat pedagang pengumpul adalah Rp. 375.000/karung. Harga tersebut lebih tinggi di pedagang pengumpul karena petani berhutang ke pedagang pengumpul. Untuk penentuan harga jual produksi antara petani yang bekerjasama dengan petani yang mandiri sama saja yaitu dilihat berdasarkan kadar air jagung petani dimana kadar air yang rendah akan mendapatkan harga yang tinggi sedangkan kadar air yang tinggi harganya rendah. Hanya saja petani jagung mandiri bisa menjual produknya ke pedagang yang menawarkan harga yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan petani jagung yang bekerjasama terikat dengan pedagang pengumpul sehingga petani harus menjual hasil panen jagung tersebut ke pedagang pengumpul. Saat panen, jagung tersebut dijemput secara langsung oleh pedagang pengumpul ke lokasi. Penetapan harga ditentukan oleh pedagang pengumpul yang tidak terlalu rendah dari harga pasar, akan tetapi petani tidak dapat melakukan tawar menawar untuk kenaikan harga dengan pedagang pengumpul. Petani juga tidak bisa menjual hasil panennya tersebut ke pedagang lain walaupun pedagang lain menawarkan harga yang lebih tinggi. Kenyataannya yang sering terjadi petani selalu mendapatkan keuntungan terkecil dari usahatani yang telah dilakukan, sedangkan pedagang mendapatkan keuntungan besar. Selain kerjasama dalam permodalan, sistem pedagang

7 pengumpul di kecamatan ini akan mengusasai semua hasil usahatani petani yang berada di kecamatannya meskipun di kecamatan lain ada pedagang besar atau pedagang luar yang ingin membeli produk petani maka pedagang besar harus melewati pedagang pengumpul yang menguasai kecamatan tersebut. Hal ini sudah membudaya sehingga petani juga tidak dapat menjual langsung ke pedagang besar atau konsumen akhir hasil panennya. Berdasarkan penelitian terdahulu (Popi Purniati, 2014) dikatakan bahwa kegiatan usahatani jagung di Kecamatan Rao tidak efisien karena keuntungan yang diterima petani yang bekerjasama dengan pedagang pengumpul lebih kecil dari keuntungan proporsionalnya dimana petani tertekan oleh biaya tataniaga dan biaya produksi dan keuntungan yang diterima pedagang pengumpul lebih besar dari keuntungan proporsionalnya dimana pedagang mendapatkan penerimaan melalui penjualan saprodi kepada petani dan menjadi price maker. Jadi bagaimana yang terjadi terhadap petani yang melakukan usahatani secara mandiri atau dengan modal sendiri? Dari rumusan masalah di atas dapat disimpulkan beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya: 1. Bagaimana kondisi usahatani jagung yang dilakukan petani yang bekerjasama dengan pedagang pengumpul dan usahatani jagung mandiri di Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman? 2. Bagaimana tingkat pendapatan dan keuntungan usahatani jagung yang bekerjasama dengan pedagang pengumpul dan usahatani jagung mandiri? Untuk menjawab pertanyaan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Jagung yang Bekerjasama dan Usahatani Jagung Mandiri di Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman

8 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kondisi usahatani jagung yang bekerjasama dengan pedagang pengumpul dan usahatani jagung mandiri di Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. 2. Menganalisis pendapatan dan keuntungan usahatani jagung yang bekerjasama dengan pedagang pengumpul dan usahatani jagung mandiri di Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengambil keputusan untuk usahatani jagung yang dilakukan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan pemasaran jagung bagi pemerintah Kabupataen Pasaman. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan pengetahuan dan sebagai referensi dalam penelitian tataniaga dimasa yang akan datang.