BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

dokumen-dokumen yang mirip
, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winny Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

UNDERSTANDING OF UNDERACHIEVER STUDENTS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan setiap manusia. Apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi sedang berlangsung pada dekade ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan tersebut semakin terasa sangat mendesak. Untuk memenuhi semua itu, pendidikan berperan sebagai gerbang utama sekaligus sebagai filter terhadap buaian-buaian manis side effect akulturasi, globalisasi, dan modernisasi. Pendidikan berfungsi dan bertanggung jawab sebagai wahana untuk mengembangkan individu agar dapat mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan beserta cara mendapatkannya (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar mengembangkan diri (learning to be), dan belajar hidup berdampingan dengan yang lain secara harmonis (learning to live to gether). Pendidikan seyogianya ditujukan untuk mengembangkan individu-individu kreatif, yaitu individu yang dapat merumuskan ide-ide baru dan karya-karya orisinal yang lebih hidup serta fleksibel dalam berpikir dan bertindak untuk menyongsong perubahan-perubahan dalam lingkungan yang mengancam keberlangsungan hidup individu maupun masyarakat. Kesemua itu bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003.

2 Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan, dan kesempatan yang ada. Pendidikan bertujuan menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan harus memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud, 1992:149). Pernyataan tersebut menyiratkan arti pendidikan yang merupakan unsur penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa. Penegasan dari tujuan pendidikan, dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th 2003 ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Menurut Nurihsan (2006:3) pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan haruslah yang seimbang, yang tidak hanya mampu mengantarkan pesera didik pada pencapaian standar kemampuan profesional akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spritual, intelektual, emosional maupun sosial (Yusuf, 2005:95).

3 Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral pendidikan mempunyai peran penting dalam mendukung dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 3, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Salah satu kata kunci dari definisi pendidikan di atas adalah mengembangnya potensi siswa. Peran pendidikan adalah memfasilitasi menjadi prestasi. Fasilitas tersebut ditunjukkan agar individu mengenali, menemukan, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Usaha dalam mengembangkan potensi individu dalam pendidikan dapat dilakukan dengan mengacu pada dua komponen utama yaitu, kurikulum program pendidikan dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan usaha strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan, karena di dalamnya terdapat program dan aktivitas belajar untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai perkembangan yang optimal, yaitu situasi di mana siswa telah dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang terdapat di dalam dirinya. Salah satu indikator pencapaian keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari prestasi yang didapatkan, karena prestasi belajar siswa merupakan manifestasi dari perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Namun demikian, tidak semua siswa dapat mencapai prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki, banyak di antara siswa tidak menampilkan hasil optimal.

4 Proses belajar yang dilakukan siswa di sekolah pada kenyataannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga hasil belajar yang dicapai akan sangat tergantung pada interaksi dari berbagai faktor yang saling terkait antara satu dengan yang lainya. Inteligensi merupakan salah satu faktor yang diprediksikan sebagai penyebab utama dalam pencapaian prestasi belajar siswa oleh karena itu tingkat inteligensi sering digunakan untuk meramalkan kemampuan dalam belajar serta prestasi yang akan diraih siswa. Dalyono (Djamarah, 2002:160) menyebutkan secara tegas bahwa seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah dalam belajar dan hasilnya cenderung baik, sebaliknya orang yang inteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, dan prestasi yang rendah. Oleh karena itu, menurut Nasution (Djamrah, 2002:160) kecerdasan mempunyai peran penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Kenyataan di lapangan/di sekolah banyak dijumpai, diantaranya siswasiswa yang memiliki masalah kesulitan belajar, berupa nilai-nilai yang rendah, gagal ujian, kurang teliti dalam menyimpan perlengkapan pelajaran, kurang terbiasa membaca buku, sering terlambatan mengumpulkan tugas dan sebagainya. umumnya siswa-siswa tersebut mempunyai intelegensi yang tinggi, karena tidak didukung oleh faktor lainya siswa-siswa tersebut tidak mendapatkan hasil belajar

5 yang sesuai dengan potensinya. Siswa-siswa tersebut tergolong pada siswa berprestasi kurang (dalam hal ini adalah siswa underachiever), yaitu siswa yang memperoleh hasil belajar di bawah standar nilai yang diukur berdasarkan kriteria IQ.intelegensi tertentu. Jumlah siswa yang tidak menampilkan prestasi sesuai dengan potensinya di setiap sekolah mungkin belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi hal yang cukup mengejutkan dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian berikut. Amerika Serikat diperkirakan jumlah siswa yang tidak menampilkan prestasi sesuai dengan potensinya berkisar antara 15 sampai 50 persen (Marland, dalam Sulistiana : 1999), sedangkan di Inggris jumlahnya mencapai 25 persen (Pringle, dalam Whitemore, 1999). Hasil penelitian Surya (1978:142) mengenai siswa berprestasi kurang menemukan bahwa dari 78 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan tinggi terdapat 32 orang atau sekitar (41%) siswa berprestasi kurang. Data hasil penelitian tersebut menggambarkan walaupun jumlah siswa berprestasi kurang sangat bervariasi, namun diyakini bahwa siswa yang mendapatkan prestasi akademik yang tidak sesuai dengan potensinya akan selalu tampak dalam setiap sekolah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya potensi siswa tidak memberikan jaminan siswa tersebut dapat mengaktualisasikannya dengan baik, dalam konteks psikologi dan bimbingan konseling fenomena tersebut dikenal dengan istilah underachiever. Surya (1983:73) mengemukakan bahwa underachiever adalah siswa yang memiliki potensi tergolong tinggi tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah atau dibawah rata-rata potensi yang dimilikinya.

6 Peters (1999) menyatakan bahwa underachievement dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah yang diukur dengan tingkatan kelas dan hasil evaluasi mengajar dari guru. Rimm (2000:218) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan underachiever adalah kemampuan anak dalam penelitian ini dijabarkan dengan skor IQ yang diperoleh siswa. Sedangkan prestasi sekolah dijabarkan dalam bentuk nilai tes hasil belajar. Untuk mengidentifikasi underachiever didasarkan kereteria perkembangan antara IQ dengan proses perbandingan dalam tiga mata pelajaran, tidak sesuai, mata pelajaran dibawah rata-rata kelompok (total/kelasnya masing-masing. Underachiever merupakan suatu masalah yang sangat kompleks dalam dunia pendidikan. Underachiever mengarah pada keterkaitan dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Natawidjaja (1999:1) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam belajar adalah faktor-faktor yang ada pada individu yang mencakup inteligensi atau kecerdasan, kepribadian, bakat, motivasi, metode belajar, serta kebiasaan belajar, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar pada individu yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kebiasaan belajar merupakan faktor yang dimungkinkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara teoritis dapat dinyatakan bahwa siswa yang mempunyai tingkat intelegensi normal bisa memperoleh hasil belajar yang baik jika ia mempunyai kebiasaan belajar yang baik dan lingkungan sekitarnya memberikan pengaruh

7 yang positif. Sebaliknya, jika siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi tidak didukung dengan kebiasaan belajar yang baik maka tidak menutup kemungkinan akan mendapat hasil belajar yang kurang memuaskan. Kebiasaan belajar yang baik akan menentukan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Menurut Nedi (2008) suatu tuntutan atau tekad serta citacita yang ingin dicapai dapat mendorong seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Berdasarkan penelitian San Francisco (Panji, 2008) mengatakan bahwa keberhasilan siswa dalam studinya, kebiasaan belajar menduduki ranking tertinggi di atas minat dan IQ. Banyak ditemukan siswa underachiever tidak mempunyai kebiasaan yang baik. Menurut Rahmi (2008) mengemukakan bahwa pada siswa underachiever dapat biasanya mereka tidak punya keinginan untuk sekolah dan berprestasi. Sekolah acapkali dijadikan prioritas terakhir dan selalu kalah dengan kegiatan lainnya yang disukainya, misalnya bolos hanya untuk bermain. Selain itu Preckle at al. (Tarmidi, 2008:9) mengemukakan bahwa siswa underachiever memiliki karakteristik antara lain buruknya keahlian dalam tugastugas sekolah, kebiasaan belajar yang buruk, memiliki masalah penerimaan oleh teman sebaya, konsentrasi yang buruk dalam aktivitas sekolah, tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di sekolah, mudah bosan, meninggalkan

8 kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral yang baik tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi dan tidak sabaran, sibuk dengan pikirannya sendiri, kurang jujur, sering mengkritik diri sendiri, mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik, suka bercanda di kelas (membuat keributan), ramah terhadap orang yang lebih tua, dan berperilaku yang tidak biasa. Perilaku siswa underachiever perlu segera ditangani terutama dari segi kebiasaan belajarnya menurut Runikasari (2012:4) mengatakan bahwa gambaran perilaku siswa underachiever di sekolah adalah bersikap negatif terhadap sekolah, berkata kalau ia bosan belajar, tugas-tugasnya tidak selesai, tidak pernah puas dengan hasil kerjanya, mudah terganggu konsentrasinya, mempunyai masalah disiplin berkeliling kelas, terlambat, mengganggu kelas, dan menyalahkan guru atau teman kalau ada masalah. Berdasarkan hasil analisis dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat studi pendahuluan berdasarkan perbandingan IQ dengan hasil ulangan umum ditemukan 14 siswa underachiever (25%) dari 56 siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Siswa underachiever tersebut memiliki skor IQ dengan kategori di atas rata-rata, cerdas bahkan sangat cerdas. Namun sangat disayangkan siswa tersebut memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan yang seharusnya diperoleh berdasarkan skor IQ tersebut. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, guru pembimbing menyusun program bimbingan dan konseling untuk keseluruhan siswa secara umum, tidak ada program khusus untuk menangani siswa underachiever. Adapun untuk pelaksanaan konseling

9 diberikan kepada siswa yang diduga siswa underachiever dan memerlukan penanganan secepatnya Proses pendidikan khususnya di lingkungan sekolah hendaknya berfungsi memberikan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk senantiasa mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berkaitan dengan fungsi tersebut sekolah hendaknya dapat memberikan bantuan agar setiap individu dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan sekolah dalam pemberian bantuan pada siswa underachiever adalah dengan cara mengembangkan kemampuannya kebiasaan belajar yang positif adalah belajar seraca teratur, disiplin, dan penuh kosentrasi dalam mengikuti pelajaran, membaca buku-buku pelajaran, melatih diri, mendengarkan pelajaran, tidak pernah absen, dan menyimpan pelajaran serta memelihara peralatan yang diperlukan untuk menunjung kegiatan belajar. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan di lingkungan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam mengaktualisasikan potensinya. Dalam hal ini bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Supaya layanan dapat benar-benar mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa, maka pelaksanaannya harus berdasarkan pada kebutuhan dan permasalahan siswa yang dibimbing. Salah satu layanan yang dapat diberikan adalah bimbingan belajar yang biasanya melingkupi ranah akademik siswa.

10 Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Rumusan masalah secara umuma adalah: Bagaimana bentuk program bimbingan untuk mengembangkan kebiasaan belajar bagi siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Secara khusus rumusan masalah penelitian ini diturunkan menjadi tiga pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran umum kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013. 2. Bagaimanakah program bimbingan belajar yang diduga efektif untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013. 3. Bagaimana efektivitas program bimbingan belajar meningkatkan dalam kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui program bimbingan belajar efektif dalam membantu siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan

11 UPI Bandung. Untuk lebih spesifik tujuan penelitian ini mengungkap dan menganalisis hal-hal berikut. 1. Gambaran umum kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun 2012/2013. 2. Terumuskannya program bimbingan yang secara hipotetik dapat meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013. 3. Mengetahui seberapa besar keefektifan program bimbingan belajar alternatif dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah diperolehnya konsep-konsep tentang siswa underachiever serta program bimbingan belajar untuk meningkatkan kebiasaan belajar yang dapat dijadikan rujukan pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya pada bidang bimbingan belajar. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian dan pengembangan program ini memiliki beberapa manfaat adalah sebagai berikut. a. Bagi pihak sekolah. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah untuk lebih memperhatikan unsur-unsur pengembangan potensi yang dimiliki siswa.

12 b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling, program bimbingan yang secara hipotetik efektif untuk membantu siswa underachiever di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dalam pembuatan program bimbingan belajar untuk meningkatkan kebiasaan belajar yang positif untuk membantu siswa agar terhindar dari underachiever. c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai permasalahan tentang underachiever yang dikaji dalam konteks kebiasaan belajar yang dimilikinya yang secara signifikan dapat dikaji pada penelitian selanjutnya. E. Hipotesis Berdasarkan pengamatan data sementara, maka hipotesis yang disusun adalah terdapat peningkatan kebiasaan belajar siswa underachiever setelah dilakukan bimbingan belajar di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.