- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TAMIANG, Menimbang : a. bahwa lampu penerangan jalan umum merupakan perlengkapan jalan yang berguna untuk menunjang ketertiban, kelancaran, keselamatan dan keamanan berlalulintas serta untuk memenuhi ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan Jalan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Qanun Kabupaten Aceh Tamiang tentang Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah untuk keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
- 2-6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 9. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5051); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 13. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tatacara Pembentukan Qanun (Lemberan Daerah Nenggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03 Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03); Dengan Persetujuan Bersama, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TAMIANG dan BUPATI ACEH TAMIANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Tamiang. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. 3. Bupati adalah Bupati Aceh Tamiang.
- 3-4. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 5. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disingkat PLN adalah Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara. 6. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten selanjutnya disingkat SKPK adalah SKPK yang membidangi lampu penerangan jalan. 15. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah mukim dan dipimpin oleh Datok Penghulu yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. 7. Kecamatan adalah suatu wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan. 8. Lampu Penerangan Jalan Umum yang selanjutnya disingkat LPJU adalah penggunaan tenaga listrik secara khusus yang dipasang di ruang terbuka atau di luar bangunan guna menerangi jalan umum Negara, Provinsi dan Kabupaten serta penghubung antar Kampung, memberi isyarat lalu lintas jalan umum, menerangi tempat fasilitas umum tertentu, menghias lokasi terbuka tertentu yang perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan serta biaya rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Kabupaten. 9. Lampu Penerangan Jalan Umum Perkampungan yang selanjutnya disingkat LPJU Perkampungan adalah penggunaan tenaga listrik secara khusus dipasang di ruang terbuka atau di luar bangunan guna menerangi jalan umum yang perencanaan, pengadaan dan pemasangan serta pembayaran rekening oleh Pemerintah Daerah, sedangkan pemeliharaan oleh Kampung; 10. Lampu Penerangan Jalan Umum Swadaya yang selanjutnya disingkat LPJU Swadaya adalah penggunaan tenaga listrik yang secara khusus dipasang di ruang terbuka atau di luar bangunan oleh perorangan/badan/kampung dan mulai dari tahap perencanaan, pemasangan perangkat elektronik, rekening serta pemeliharaannya dibiayai oleh perorangan/badan/kampung. 11. Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistemjaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota Provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol. 12. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer Kabupaten/Kota atau antar ibukota Kabupaten/Kota dan jalan strategis Provinsi. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota Kabupaten dengan ibukota Kecamatan, antar ibukota Kecamatan, ibukota Kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal serta jalan umum dalam jaringan jalan sekunder dalam wilayah Kabupaten dan jalan strategis Kabupaten. 13. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada dalam kota. 14. Jalan Kampung adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam Kampung serta jalan Dusun. 15. Program Proporsional yaitu besar maksimal penggunaan tenaga listrik oleh suatu Kampung. 16. Kuota adalah alokasi pemerataan pelayanan pemasangan dan/atau penggunaan tenaga listrik suatu wilayah Kecamatan sesuai kemampuan Kampung. 17. Non Kuota adalah alokasi pemerataan pelayanan pemasangan dan/atau penggunaan tenaga listrik sesuai standar yang dibutuhkan di suatu lokasi tertentu yang dianggap perlu. 18. Pengelolaan LPJU adalah kegiatan perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan pembayaran rekening listrik PLN.
- 4-19. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang Tindak Pidana pelanggaran Qanun serta menemukan tersangkanya. BAB II LOKASI DAN BENTUK PELAYANAN Pasal 2 (1) Pada setiap Kampung dapat dilakukan pemasangan LPJU. (2) Lokasi pemasangan LPJU meliputi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan tempat fasilitas umum di luar bangunan gedung dan halamannya. Pasal 3 Kampung yang dapat dilakukan pemasangan LPJU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan Kampung yang dilalui oleh sistem jaringan tenaga listrik PLN tegangan rendah 220 volt. Pasal 4 (1) Pelayanan LPJU dapat diberikan dalam bentuk bantuan konsultasi teknik, pengadaan dan pemasangan unit baru LPJU serta pembayaran rekening pemakaian daya listrik PLN. (2) Bentuk pelayanan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kelas dan status jalan. (3) Bentuk pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan sebagai berikut : a. pelayanan menyeluruh, mulai dari tahap perencanaan, pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan serta pembayaran rekening listrik; b. pelayanan sebagian, mulai dari tahap perencanaan, pemasangan dan pengoperasian dengan memperhatikan perhitungan besar program proporsional, diluar biaya pemeliharaan dan pembayaran rekening listrik. Pasal 5 (1) Pelayanan menyeluruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a diberikan untuk jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan tempat fasilitas umum. (2) Pelayanan menyeluruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan kebutuhan teknis dan tidak dibatasi Kuota maupun proporsinya. Pasal 6 (1) Pelayanan sebagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b diberikan pada jalan kampung (2) Pelayanan sebagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibatasi Kuota maupun proporsinya. (3) Dikecualikan dari jalan kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan dusun, lorong dan gang baik dalam wilayah perkampungan maupun perkotaan. BAB III ASAS PENGELOLAAN LPJU Pasal 7 Pengelolaan LPJU berdasarkan pada azas manfaat, pemerataan, efektif dan efisien.
- 5 - Pasal 8 (1) Pengelolaan LPJU diatur agar dapat bermanfaat bagi masyarakat. (2) Pemasangan LPJU dapat dilaksanakan atas usulan dari kampung. (3) Usulan pemasangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Bupati dalam melakukan analisa lokasi dan teknis. Pasal 9 (1) Pemasangan LPJU dapat diubah sesuai dengan analisa teknis dengan mempertimbangkan asas manfaat, pemerataan, efektif dan efisien. (2) Perubahan pemasangan LPJU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh SKPK yang membidangi Lampu Penerangan Jalan Umum. BAB IV PENGADAAN DAN PEMASANGAN LPJU Pasal 10 Pengadaan LPJU dilaksanakan oleh SKPK yang membidangi lampu penerangan jalan. Pasal 11 (1) Pemasangan LPJU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dibedakan antara LPJU program proporsional dengan LPJU program rutin yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten. (2) LPJU program proporsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah LPJU yang ditempatkan di jalan Kampung dengan menggunakan lampu SL 40 watt. (3) Dalam hal lampu SL 40 watt sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia, maka dapat menggunakan lampu SL maksimal 65 watt atau lampu jenis lain dengan pemakaian daya sekelas rumah lampu berstandar SNI. (4) LPJU program rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah LPJU yang ditempatkan di ruas jalan selain jalan kampung dengan menggunakan selain lampu SL 40 watt sesuai dengan kebutuhan teknik. Pasal 12 (1) Pemasangan LPJU dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten. (2) Dalam hal LPJU belum terpasang di wilayah kampung, kampung dapat mengajukan permohonan kepada Bupati melalui SKPK yang membidangi lampu penerangan jalan untuk pemasangan LPJU secara swadaya dengan jenis lampu SL 40 watt. (3) Dalam hal lampu SL 40 watt sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia, maka dapat menggunakan lampu SL maksimal 65 watt atau lampu jenis lain dengan pemakaian daya sekelas rumah lampu berstandar SNI. (4) Pemasangan secara swadaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Bupati melalui SKPK yang membidangi lampu penerangan jalan. (5) Tata cara permohonan pemasangan LPJU secara swadaya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
- 6 - Pasal 13 (1) LPJU yang telah dipasang dapat diadakan penggantian, pemindahan dan/atau pembongkaran apabila akan digunakan untuk kepentingan umum serta upaya teknis lainnya. (2) Penggantian, pemindahan dan/atau pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapat izin Bupati melalui SKPK yang membidangi lampu penerangan jalan. Pasal 14 LPJU yang berdekatan secara teknis dapat disatukan dengan kebutuhan daya maksimal mencapai 2200 volt ampere dan wajib diupayakan dengan KwH meter. BAB V PEMELIHARAAN LPJU Pasal 15 (1) Kampung yang mendapatkan penerangan dari LPJU berkewajiban mengawasi, menjaga, mengamankan dan melaporkan LPJU milik Pemerintah Kabupaten yang tidak berfungsi kepada Bupati. (2) LPJU milik Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah LPJU yang sepenuhnya dikelola Pemerintah Kabupaten yang berada di ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Pasal 16 (1) Kampung yang mendapatkan alokasi LPJU perkampungan berkewajiban menjaga, mengamankan dan memperbaiki serta mengganti suku cadang yang rusak dan/atau tidak berfungsi. (2) Perbaikan dan penggantian suku cadang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk lampu SL 40 watt yang berada di jalan kampung. (3) Dalam hal lampu SL 40 watt sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia, maka dapat menggunakan lampu neon maksimal 2x 40 watt atau lampu jenis lain dengan pemakaian daya sekelas rumah lampu berstandar SNI. BAB VI BEBAN BIAYA LPJU Pasal 17 (1) Biaya yang timbul akibat pemasangan dan/atau pemanfaatan LPJU program proposional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengadaan dan pemasangan LPJU baru oleh Pemerintah Kabupaten dan biaya pemakaian listrik akibat perubahan LPJU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. (3) Biaya pemakaian listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibayar oleh Pemerintah Kabupaten berdasarkan data teknik LPJU awal yang ditandatangani oleh kampung, SKPK yang membidangi lampu penerangan jalan umum dan PLN. (4) Biaya pemeliharaan, perbaikan dan penggantian suku cadang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3) menjadi tanggung jawab kampung yang mendapat alokasi LPJU.
- 7 - BAB VII LARANGAN Pasal 18 Setiap orang dilarang : a. memasang LPJU tanpa prosedur yang ditentukan; b. memindahkan posisi LPJU dan/atau merubah data awal nomor sambungan Pal PLN tanpa prosedur yang ditentukan; c. merubah dan/atau menambah daya LPJU yang mengakibatkan perubahan data dan biaya pemakaian listrik; d. memasang baru atau memindah LPJU di luar tempat yang telah ditentukan; BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 19 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana tertentu, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana; i. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Hukum Acara Pidana. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran.
- 8 - BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Ditetapkan di Karang Baru pada tanggal 7 Juni 2010 M 24 Jumadil Akhir 1431 H Diundangkan di Karang Baru pada tanggal 7 Juni 2010 M 24 Jumadil Akhir 1431 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG, BUPATI ACEH TAMIANG, DTO ABDUL LATIEF DTO SYAIFUL BAHRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2010 NOMOR 11
- 9 - PENJELASAN ATAS QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM I. UMUM Lampu penerangan jalan umum merupakan bangunan pelengkap jalan yang penting dan berguna untuk keamanan, keselamatan dan ketertiban bagi pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya terutama di waktu malam hari. Dengan adanya Lampu penerangan jalan umum di tempat-tempat tertentu, pemakai jalan dapat menggunakan jalan dengan tenang dan nyaman serta keadaan lingkungan sekitar dapat terpantau. Lampu penerangan jalan umum diutamakan dipasang di ruang-ruang terbuka atau di luar bangunan guna menerangi jalan Negara, Provinsi dan Kabupaten serta jalan penghubung antar Kampung, lampu isyarat lalu lintas jalan umum, tempat fasilitas umum tertentu, menghias lokasi terbuka tertentu yang perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaannya dikelola tepat guna serta memenuhi syarat standar teknis, keamanan dan bertahap di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3. Pasal 4 Pasal 5 ayat (1) ayat (2) Yang dimaksud dengan tidak dibatasi Kuota maupun proporsinya adalah diizinkan menggunakan daya listrik sesuai hasil perhitungan teknis untuk kebutuhan tertentu dengan tetap mempertimbangkan efisiensi dan manfaatnya. Pasal 6 ayat (1) ayat (2) Yang dimaksud dengan dibatasi kuota maupun proporsinya adalah apabila kampung menghendaki pemasangan LPJU lebih banyak dari yang sudah ditetapkan, maka seluruh biaya atas tambahan tersebut menjadi tanggungjawab Kampung yang bersangkutan termasuk biaya pemakaian listrik. Pasal 7 Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah pemasangan LPJU harus dapat memberikan manfaat untuk menunjang keamanan, keselamatan dan ketertiban bagi pemakai jalan dan masyarakat di sekitarnya.
- 10 - Yang dimaksud dengan asas pemerataan adalah dapat melayani kebutuhan masyarakat akan penerangan jalan di kampung-kampung secara merata. Yang dimaksud asas efektif dan efisien adalah penggunaan lampu listrik yang hemat energi namun kebutuhan penerangan jalan tercukupi. Pasal 8 ayat (1) ayat (2) usulan yang dimaksud berdasarkan pertimbangan keamanan pada lokasilokasi yang dianggap rawan. ayat (3) Pasal 9 ayat (1) Perubahan berkaitan dengan tempat dan/atau jenis lampu yang digunakan berikut perlengkapannya. ayat (2) Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 ayat (1) Yang dimaksud dengan : - penggantian adalah penggantian yang dilakukan pada LPJU yang secara teknis sudah tidak dapat diperbaiki dan/atau boros pemakaian daya listrik. - pemindahan adalah pemindahan yang dilakukan pada LPJU yang tidak sesuai dengan kelas jalan untuk ditempatkan di ruas jalan yang sesuai. - pembongkaran adalah pembongkaran yang dilakukan pada LPJU yang tidak memenuhi standar teknis, dipasang secara ilegal dan/atau membahayakan masyarakat dan lingkungan. - upaya teknis lain adalah upaya teknis berupa antara lain: penurunan daya, meterisasi, pengaturan waktu operasional LPJU, pengaturan arah posisi dan penggantian lampu sehingga dapat berfungsi optimal. ayat (2) Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18
- 11 - Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 24