NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Eti Dwi Setyaningrum NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMA N I PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP BERPACARAN SISWA KELAS XI DI SMK N I SEWON BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMK N 2 SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MUJIASIH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PADA SISWA DI SMK PUTRA SAMODERA YOGYAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SYAMSUR RIJAL

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

Nuzulia Rahayu 1, Yusniwarti Yusad 2, Ria Masniari Lubis 2 ABSTRACT

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

: THERESYA GATRA STERI

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKS PRANIKAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA N 2 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

SUYANI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Disusun Oleh PUTRI AROM

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA N 1 KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS X DI SMK N 1 SEWON KABUPATEN BANTUL DIY

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN.

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

PENGARUH PENYULUHAN KANKER PAYUDARA TERHADAP SIKAP PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI SISWI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Transkripsi:

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMK N 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh: Eti Dwi Setyaningrum NIM : 201310104196 PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2014 i

ii

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMK N 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014¹ Eti Dwi Setyaningrum 2, Herlin Fitriana Kurniawati 3 INTISARI Latar Belakang : Salah satu penyebab terjadinya seks pranikah remaja diantaranya karakteristik demografi, pengetahuan, sikap, dan faktor perilaku. Penyuluhan seks pranikah berfungsi untuk mencegah terjadinya seks pranikah pada remaja. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan seks pranikah di SMK N 1 Sewon Bantul Yogyakarta Tahun 2014. Kata Kunci : Penyuluhan, Pengetahun, Sikap, Seks Pranikah EFFECT OF PREMARITAL SEX TO THE EXTENSION OF THE KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF TEEN PREMARITAL SEX IN THE PREVENTION IN SMK N 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA 2014ˡ ABSTRACT Eti Dwi Setyaningrum², Herlin Fitriana Kurniawati³ Background: one of the causes of the occurrence of premarital sex among teens demographic characteristics, knowledge, attitudes, and behavioral factors. Premarital sex counseling serves to prevent the occurrence of premarital sex. Objectives: to know the influence of education on premarital sex to knowledge about and attitude in preventing premarital sex in SMK N 1 Sewon Bantul Yogyakarta 2014. Keyword : Education,Knowledge, Attitude, Premartial Sex iii

PENDAHULUAN Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan dua kemungkinan yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan penyakit hubungan seksual yang mengarah ke penyakit radang panggul (PRP) atau pelvic infammatory disease (PID) (Manuaba, 2009). World Health Organization (WHO), ditahun 2010 mengatakan bahwa setiap tahun terdapat 210 juta remaja yang hamil diseluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta di antaranya melakukan aborsi diakibatkan karena nafsu yang tak terkontrol selama pacaran. Akibatnya terdapat 70.000 kematian remaja akibat melakukan aborsi tidak aman sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan dan kecacatan. Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan dan lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan: Perokok aktif hingga saat ini, Perempuan 0,7%, sedangkan laki-laki 47,0%. Peminum alkohol aktif perempuan 3,7%, lelaki 15,5 %.Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun 5,5%, pada usia 12-14 tahun 22,6%, usia 15-17 tahun 39,5%, usia 18-19 tahun 3,2%. Melakukan petting pada saat pacaran 6,5%. Laki-laki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun 5,0%, usia 12-14 tahun 18,6%, usia 15-17 tahun 36,9%, usia 18-19 tahun 3,2%. Melakukan petting saat pacaran 19,2%.Pengalaman seksual pada perempuan 1,3%, laki-laki yang memiliki pengalaman seks pada usia <15 tahun 1,0%, usia 16 tahun 0,8%, usia 17 tahun 1,2%, usia 18 tahun 0,5%, usia 19 tahun 0,1%. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja berusia 15-24 tahun ialah untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja 38,4%, dipaksa oleh pasangannya 21,2%. Sedangkan pada laki-laki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu 51,3%, karena terjadi begitu saja 25,8%. 84 orang (1%) dari responden pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD), 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi (IDAI, 2013). Selain itu dampak yang ditimbulkan dari seks pranikah yang dilakukan oleh remaja ialah infeksi menular seksual. Di Amerika Serikat, remaja usia 15 17 tahun dan dewasa muda 18 24 tahun merupakan kelompok usia penderita IMS yang tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain. Metaanalisis dari berbagai publikasi di Medline yang dikerjakan oleh Chacko, dkk. 2004, mengemukakan bahwa prevalensi klamidia pada wanita usia 15 24 tahun di klinik keluarga berencana (KB) adalah: 3,0-14,2% dan gonore 0,1% 2,8%. Di Thailand, pada 2010 Paz-Bailey, dkk. melakukan penelitian di tiga sekolah kejuruan di Propinsi Chiang Rai. Mereka melaporkan bahwa dari 359 remaja wanita usia 15 21 tahun yang telah melakukan hubungan seksual, dengan pemeriksaan laboratorium polymerase chain reaction (PCR), 22 orang (6,1%) positif terinfeksi klamidia dan 3 orang (0,3%) terinfeksi gonore (IDAI, 2013) 1

Menurut Soetjiningsih, penelitian yang dilakukan terhadap 398 siswa SMA di kota Yogyakarta usia 15-18 tahun didapatkan hasil 84% responden menyatakan hubungan seks pranikah adalah salah, alasan terbanyak karena dosa, dilarang agama, 60% responden menyatakan tingkat perilaku seksual yang boleh dilakukan sebelum menikah adalah sebatas ciuman bibir sambil pelukan. Penelitian sebelumnya, Setyawati (2010) di 3 SMA Kabupaten Bantul didapatkan hasil 55,8% responden mempunyai perilaku seksual risiko rendah dan 44,2% responden memiliki perilaku seksual yang tinggi. Pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi masih relatif rendah. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKKRI) 2002-2003 menunjukkan bahwa 21% perempuan dan 28% laki-laki tidak mengetahui tanda perubahan fisik apapun dari lawan jenisnya. Demikian juga dengan pengetahuan masa subur dan resiko kehamilan, pengetahuan perempuan tentang resiko menjadi hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual lebih tinggi (50%) dibandingkan dengan laki-laki yaitu 46% (Pinem, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks antara lain pacaran, waktu usia dari pubertas sampai menikah diperpanjang, adanya kesempatan untuk melakukan perilaku seksual pranikah, paparan media massa tentang seks, kurangnya informasi/pengetahuan tentang seks, komunikasi yang kurang efektif dengan orang tua, mudah menemukan alat kontrasepsi yang tersedia bebas dan kurangnya pemahaman etika moral dan agama (Setiawan & Nurhidayah, 2008). Saat ini, pemerintah mulai memberikan perhatian terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui BKKBN dan membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rapenas) 2004-2009. Kesehatan reproduksi remaja telah menjadi salah satu program pokok BKKBN dan telah dialokasikan dana khusus di seluruh Indonesia. Arah kebijakan pembangunan Keluarga Berencana salah satunya diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja atau KRR (Pinem, 2009). Kegiatan penyuluhan juga merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi. Penyuluhan kesehatan yaitu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983; Machfoedz, Suryani, Sutrisno, & Santosa, 2005). Penyampaian informasi dengan penyuluhan yang benar dan jelas diharapkan dapat membantu remaja untuk memahami pentingnya masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 06 Februari 2014 di SMK N 1 Sewon Bantul dengan melakukan wawancara terhadap guru BK bahwa belum adanya program PIKRR yang bekerjasama dengan puskesmas setempat, didapatkan hasil bahwa di SMK Negeri I Sewon pernah terdapat 2 siswi kelas XI yang hamil di luar nikah pada bulan desember tahun 2013 dan bulan januari tahun 2014. Berdasarkan wawancara dengan 6 siswa kelas XI, 2

semua siswa menyatakan mendapat informasi tentang seks dari media internet dan tidak diberikan informasi oleh orang tua. Semua siswa menyatakan bahwa permasalahan kesehatan reproduksi dan seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Semua siswa menyatakan sikap positif terhadap pencegahan seks pranikah yaitu dengan menambah iman, menambah informasi dan memperbanyak kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penyuluhan Seks Pranikah Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Pencegahan Seks Pranikah di SMK Negeri 1 Sewon Bantul. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan eksperimen semu (Notoatmodjo, 2010). Desain yang digunakan adalah pretes posttest control group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Sewon yaitu sebanyak 372 responden. Sampel untuk penelitian ini adalah 25% dari populasi yang berjumlah 372 maka jumlah sampelnya 93 responden. Pengambilan anggota sampel dari populasi dengan teknik Simple Random Sampling yaitu secara acak. Pada penelitian ini pengukuran pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah menggunakan alat kuisioner tertutup dengan membagi 2 kelompok eksperimen dan kontrol. Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMK N 1 Bantul menggunakan Wilcoxon Paired test dan untuk membandingkan hasil kelompok eksperimen dan kontrol dengan Mann- Whitney test. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMK N I Sewon Bantul tahun 2014. 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat Tinggal, Pendidikan Orangtua, Pekerjaan Orangtua, Pendapatan Orangtua Karakteristik Eksperimen Kontrol Usia Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) 15 Tahun 1 2,2 0 0,0 16 Tahun 13 28,9 10 20,8 17 Tahun 24 53,3 29 48,4 18 Tahun 7 15,6 9 18,8 Jenis Kelamin Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) 3

Laki-laki 10 22,2 7 14,6 Perempuan 35 77,8 41 85,4 Agama Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Islam Kristen 37 7 84,4 15,6 48 0 100 0 Tempat Tinggal Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Bersama Orangtua Bersama Keluarga Kos/Kontrak 40 4 1 88,9 8,9 2,2 42 6 0 87,5 12,5 0 Pendidikan Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Orangtua SMP 9 20,0 4 8,3 SMA/SMK 21 46,7 36 75,0 PT 15 33,3 8 16,7 Pekerjaan Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Orangtua Petani 17 37,8 15 31,3 Buruh Harian 5 11,1 8 16,7 Swasta 6 13,3 10 20,8 Wiraswasta 9 20,0 9 18,8 Pedagang 3 6,7 3 6,3 PNS 4 8,9 3 6,3 ABRI 1 2,2 Pendapatan Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Orangtua < Rp. 1.000.000 20 44,4 24 50,0 Rp. 1.000.000-13 28,9 18 37,5 2.000.000 > Rp. 2.000.000 12 26,7 6 12,5 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencari Informasi, Frekuensi Mendapat Informasi, Sumber Informasi, Teman Dekat, dan Pacar Karakteristik Eksperimen Kontrol Kebiasaan Mencari Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) informasi Tidak 6 13,3 1 2,1 Ya, untuk menambah 12 26,7 19 39,6 informasi Ya, untuk pengetahuan 27 60,0 28 58,3 Mendapat informasi Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) 1 kali 2 4,4 2 4,2 > 2 kali 38 84,4 46 95,8 Tidak menjawab 5 11,2 0 0,0 4

Sumber informasi Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Internet 17 37,8 18 37,5 Internet, guru 10 22,2 10 20,8 Keluarga, teman, 4 8,9 7 14,6 internet Media cetak, guru, 10 22,2 13 27,1 keluarga Tidak menjawab 4 8,9 0 0,0 Teman dekat Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Laki-laki 10 22,2 21 43,8 Perempuan 25 55,6 18 37,5 Laki-laki dan 10 22,2 9 18,8 Perempuan Memiliki pacar Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Ya 16 35,6 12 25,0 Tidak 29 64,4 36 75,0 Total 45 100,0 48 100,0 Hasil di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini, dari kelompok eksperimen (53,3%) maupun kontrol (48,4%) memiliki usia 17 tahun dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan masing-masing kelas eksperimen (77,8%) dan kontrol (85,4%). Karena usia siswa kelas XI secara standar memang usia tersebut, selain itu penelitian ini dilakukan di SMK yang sebagian besar perempuan. Berdasarkan pendidikan, mayoritas orang tua responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini kelas eksperimen (46,7%) maupun kontrol (75,0%) adalah lulusan SMA/SMK dengan pekerjaan sebagai petani kelas eksperimen 37,8% dan kontrol 31,3%. Karena daerah penelitian Sewon Bantul masih area pertanian, sehingga sebagian besar pekerjaan orangtua siswa sebagai petani. Hal ini sesuai dengan pendapatan orangtua yang mayoritas kurang dari Rp. 1.000.000 di kelas eksperimen (44,4%) maupun kelas kontrol (50,0%). Distribusi frekuensi selanjutnya berdasarkan kebiasaan siswa mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan seks sebagian besar dengan alasan untuk menambah pengetahuan masing-masing kelas eksperimen 60,0% dan kontrol 58,3%. Terkait berapa kali siswa mendapatkan informasi tentang seks mayoritas siswa kelas eksperimen (84,4%) dan kontrol (95,8%) menjawab lebih dari dua kali. Sumber informasi yang paling sering siswa gunakan untuk mencari informasi kesehatan mayoritas menjawab dengan internet masing-masing jawaban kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, karena pada jaman serba modern ini internet lebih mudah diakses untuk menambah informasi. Selain itu juga jawab siswa mengenai sumber informasi yang diperoleh juga dari media cetak seperti buku, leaflet, pamflet, jurnal dan lain sebagainya, pengetahuan yang diperoleh dari guru, keluarga, teman, juga sebagai sumber memperoleh informasi mengenai seks pra nikah. 5

Jawaban pada pernyataan selanjutnya mengenai siswa memiliki teman dekat mayoritas perempuan pada kelas eksperimen (55,6%) dan teman lakilaki pada kelas kontrol (43,8%). Siswa memiliki pacar sebagian besar siswa menjawab tidak punya pacar yaitu kelas eskperimen (64,4%) dan kontrol (75,0%). Karena siswa SMK merupakan sekolah kejuruan yang siswanya didominasi perempuan dan mayoritas juga belum memiliki pacar, maka wajar apabila teman deketnya masih kebayakan perempuan. Analisis Bivariat Uji statistik non paramtrik yang digunakan untuk mengetahuai perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh responden sebelum dan sesudah perlakuan adalah uji Wilcoxon Hasil pengujuan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 10. Tabel Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan Pengukuran Pengetahuan Rerata Z hitung Sig. Keterangan Pretest Kelas Eksperimen 18,53 5,601 0,000 Signifikan Posttest Kelas Eksperimen 21,71 Pre Test Kontrol 19,25 Tidak 0,724 0,469 Post Test Kontrol 19,17 Signifikan Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pretestposttest kelas eksperimen secara signifikan dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000<0,05), hal ini karena pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah. Hasil analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil variabel sikap adalan uji wilcoxon. Hasil analisis dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 11. Tabel Uji Wilcoxon Variabel Sikap Sikap Rerata Z hitung Sig. Keterangan Pretest Kelas Eksperimen 103,16 5,545 0,000 Signifikan Posttest Kelas Eksperimen 108,98 Pre Test Kontrol 102,25 Tidak 0,530 0,111 Post Test Kontrol 103,85 Signifikan Hasil di atas menunjukkan bahwa pengukurang pada kelas eksperimen diketahui ada peningkatan yang signifikan, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 (0,000<0,05). Sedangkan untuk kelas kontrol menunjukkan tidak ada peningkatan yang signifikan antara hasil pengukuran sikap pretest dan posttest. Hal ini didasarkan pada hasil nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan (0,111>0,05). Hasil berikut ini bertujuan untu mengetahui perbedaan hasil pengukuran antar kelas yang disimpulkan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah. Uji statistik yang digunakan uji Mann Whitney. Hasil dikatakan ada pengaruh yang signifikan jika nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari taraf signifikansi (0,05). 6

Tabel 12. Tabel Hasil Uji Mann-Whitney Variabel Pengetahuan Pengujian Kelas Rerata Sig. Keterangan Eksperimen 18,53 Tidak Pre Test Pengetahuan 0,486 Kontrol 19,25 Signifikan Eksperimen 21,71 Post Test Pengetahuan 0,002 Signifikan Kontrol 19,17 Eksperimen 3,17 Gainskor Pengetahun 0,000 Signifikan Kontrol -0,08 Hasil di atas menunjukkan bahwa pretest antar kelas tidak menunjukkan hasil yang signifikan karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal responden antar kelas setara. Sedangkan untuk pengukuran yang lain, diketahui perbedaan yang signifikan. selain itu, diketahuai pula bahwa rerata kelas eksperiman dari pengukuran yang berbeda signifikan tersebut selalu lebih tinggi, artinya pencapaian pengetahuan kelas eksperimen lebih baik, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap pengetahuan remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMK N I Sewon Bantul tahun 2014. Hasil pengujian untuk mengetahui pengaruh sikap dari tiap pengukuran antar kelas dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 13. Tabel Hasil Uji Mann-Whitney Variabel Sikap Pengujian Kelas Rerata Sig. Keterangan Eksperimen 103,16 Tidak Pre Test Sikap 0,712 Kontrol 102,25 Signifikan Eksperimen 108,98 Post Test Sikap 0,006 Signifikan Kontrol 103,85 Eksperimen 5,82 Gainskor Sikap 0,000 Signifikan Kontrol 1,60 Hasil di atas menunjukkan bahwa skor pretest tidak berbeda signifikan, artinya sikap responden antar kelas sebelum perlakuan sama. Hasil lainnya post test dan gainskor sikap menunjukkan perbedaan yang signifikan, dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, selain itu dapat dilihat dari nilai rerata setiap pengukuran dari kelas eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki hasil sikap yang lebih baik, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMK N I Sewon Bantul tahun 2014. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan remaja tentang seks pranikah sebelum dan setelah diberikan penyuluhan seks pranikah di SMK N 1 Sewon tahun 2014. 7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan tentang seks pranikah di kelas eksperimen. Perbedaan yang menujukkan peningkatan pengetahuan tersebut diuji menggunakan uji wilcoxon dan memperoleh hasil bahwa peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen signifikan. Sebelum dilakukan penyuluhan pengetahuan responden yang termasuk ketgori baik sebesar 14 siswa (31,1%) dan setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan responden yang termasuk kategori baik mencapai 20 siswa (44,4%). 2. Sikap remaja tentang seks pranikah sebelum dan setelah diberikan penyuluhan seks pranikah di SMK N 1 Sewon tahun 2014. Sikap siswa dalam kelas eksperimen antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan, pengukuran pada kelas eksperimen diketahui ada peningkatan yang signifikan, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 (0,000<0,05). Sesuai dengan karakteristik responden yaitu Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan dalam kelas eksperimen mempengaruhi sikap responden. 3. Perbedaan pengetahuan remaja tentang seks pranikah yang tidak diberikan penyuluhan namun diberikan leaflet seks pranikah pada kelompok kontrol. Hasil analisis pengetahuan kelas kontrol, yaitu tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara hasil pengukuran pretest-posttest dengan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan (0,469>0,05), karena kelas tidak memperoleh penyuluhan. 4. Perbedaan sikap remaja tentang seks pranikah yang tidak diberikan penyuluhan namun diberikan leaflet seks pranikah pada kelompok kontrol. Sikap kelas kontrol menunjukkan tidak ada peningkatan yang signifikan antara hasil pengukuran sikap pretest dan posttest. Hal ini didasarkan pada hasil nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan (0,111>0,05). Kelompok kontrol tidak meningkat skapnya dengan signifikan dikarenakan mereka tidak memperoleh informasi tambahan dari perlakuan yang diberikan. 5. Pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMK N I Sewon Bantul tahun 2014. Hasil pengujian pretest, posttest dan gain skor pada variabel pengetahuan menunjukkan adanya beberapa hasil yang perlu dicermati. Pretest pengetahuan antar kelompok tidak menunjukkan adanya perbedaan yang singifikan, artinya tingkat pengetahuan sebelum perlakuan adalah setara. Hal ini merupakan awal yang baik tidka ada perbedaan nyata antara kelas eskperimen dan kontrol, sehingga hasil posttest dapat dibandingkan dengan komprehensif. 8

Hasil pretest antar kelas eskperimen dan kontrol tidak menunjukkan hasil yang signifikan karena nilai sig lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal responden antar kelas setara. Sedangkan untuk pengukuran yang lain, diketahui perbedaan yang signifikan. selain itu, diketahuai pula bahwa rerata kelas eksperiman dari pengukuran yang berbeda signifikan tersebut selalu lebih tinggi, artinya pencapaian pengetahuan kelas eksperimen lebih baik, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penyuluhan tentang seks pranikah terhadap pengetahuan remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMK N I Sewon Bantul tahun 2014 DAFTAR PUSTAKA Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F & Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta : TIM. Wamala, R. 2012. Factors Associated With Onset Of Sexual Intercouse Among Never- Married Adolescent (10-19) in Uganda. ISSN 2274-0844 Vol.1, Issue 5, pp 139-145, August 2012. Available from: http://onlineresearchjournals.org. [accessed 10 February 2013]. Setiawan, R & Nurhidayah, S. 2008. Pengaruh Pacaran Terhadapa Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Soul, Vol.1, No 2, September 2008. Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. WHO. (2004). Adolescent-Friendly Health Service in The South-East Asia Region. Report of a Consultation 9-14 Februari 2004, Bali, Indonesia. New Delhi: World Health Organization Regional Office for South-East Asia. 9