BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengetahuan, pertimbangan, dan kebijaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepeda Tuhan Yang Maha Esa, Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, penyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar siswa sehingga, sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, bertanggung jawab serta produktif. Pendidikan pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. dari berbagai komponen, diantaranya: guru, siswa, strategi pembelajaran,

Judul BAB I PENDAHULUAN

WIDA YULIA WARDANI,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari manusia dan tidak terbatas oleh usia. Pendidikan tidak hanya didapat dari pendidikan formal saja, tetapi dapat juga diperoleh dari pendidikan informal, tingkah laku maupun dari lingkungan sekitar. Suatu Negara dikatakan maju apabila mempunyai mutu pendidikan yang tinggi. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak seperti di atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III pasal 5 yang berbunyi Setiap warga Negara mempuyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi: Setiap warga Negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan Pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan tamatan Pendidikan Dasar. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan 1

2 oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi. (www.wikipedia.com) Menurut Djumali, dkk (2004:21), Pendidikan adalah seni mengajar karena dengan mengajarkan ilmu, keterampilan dan pengalaman tertentu, orang akan melakukan perbuatan kreatif. Mendidik tidak semata mata teknik, metodis dan mekanis mengoperkan skill kepada anak tetapi merupakan kegiatan yang berdimensi tinggi dan berunsur seni yang bernuansa dedikasi, emosional kasih sayang dalam upaya membangun dan membentuk kepribadian. Dinamakan seni karena kegiatan pendidikan dilandasi oleh rasa kemanusiaan, simpati dan kecintaan. Setiap Negara di dunia pasti memiliki sistem pendidikan dan pelaksanaan model pembelajaran yang berbeda beda, maka terdapat berbagai macam sistem pendidikan Nasional. Realisasi di Indonesia sistem pendidikan yang berbeda dengan Negara lain, meskipun ada kesamaan misalkan kurikulum, model pendidikan yang berbeda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah tujuan pendidikan, karena Indonesia mempunyai cita cita tersendiri untuk mencapai terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

3 Realisasi dari tujuan pendidikan tersebut tidak terlepas dari pengaruh politik ekonomi ataupun hukum yang berlaku, disebabkan oleh dinanika tujuan pendidikan yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Melalui pendidikan diharapkan mampu menghasilkan output yang berkualitas. Kegiatan belajar di sekolah pada dasarnya ingin memenuhi kebutuhan harga diri, kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan aktualisasi pada diri siswa. Sekolah hendaknya memberikan layanan yang sebaik-baiknya demi terpenuhinya kebutuhan para siswa serta memberikan bantuan yang optimal bagi perkembangan siswa. Dunia pendidikan seolah dapat memperluas lahannya dengan adanya kewirausahaan. Pada abad ke-21, pembelajaran kewirausahaan sudah meramabah kesatuan sekolahan walaupun belum begitu familiar. Lembaga non formal seperti kursus, kewirausahaan diterima sebagai mata pelajaran yang memiliki nilai lebih. Depdiknas RI tahun 2006 meluncurkan program kursus kewirausahaan. Umpan balik yang kurang diinginkan dari lingkungan makro, misalnya: masih banyak yang menganggap kewirausahaan kan menghasilkan tukang dagang berskala UKM, sehingga masyarakat lebih menghargai pegawai daripada seorang wirausaha. Personal lembaga pendidikan maupun siswa masih banyak yang menganggap mata pelajaran kewirausahaan sebagai mata pelajaran tambahan, sehingga proses pembelajarannya tidak dilakukan

4 secara sungguh sungguh seperti mata pelajaran lainnya, seperti matematika, bahasa inggris, bahasa Indonesia. Secara rinci Eman Suherman (2010:3) mengemukakan bahwa: Menggunakan teori teori ekonomi maka dalam pembelajaran kewirausahaan akan memunculkan peluang. Dengan peluang yang tercipta tersebut, peserta didik akan bergairah baik mempelajari kewirausahaan maupun mempraktekkan atau mengimplementasi hasil belajar kewirausahaan yang dipeolehnya. Proses pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa secara menyeluruh dan terpadu. Pendukung untuk mewujudkan proses pembelajaran sebagai pendorong potensi, bakat dan kreafivitas siswa, guru harus memiliki wawasan dan kerangka berfikir yang luas tentang dunia wirausaha. Guru sebagai fasilitator yang berfungsi memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa harus aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kewirausahaan bagi siswa SMK atau sederajat membutuhkan keaktifan siswa. Pembelajarannya pasif, akan menghambat kreatifitas pola berfikir dan pengetahuan siswa dalam memahami konsep yang dipelajarinya. Maka siswa dituntut untuk benar benar aktif dalam proses pembelajaran kewirausahaan. Sehingga daya ingat dan keaktifan belajar siswa dapat optimal. Guru juga dituntut untuk kreatif dalam penggunaan metode metode pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dan semakin tertarik mengikuti proses pembelajaran. Kenyataannya para guru pada umumnya masih banyak yang menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan suatu materi pelajaran. Hal tersebut menyebabkan masalah

5 yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran kewirausahaan, yaitu: kurang perhatian siswa, siswa bosan, kelas kurang kondusif dan masih banyak lagi masalah yang berkaitan dengan usaha meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran kewirausahaan. Hasil observasi awal dan wawancara yang dikuatkan oleh guru, ketika penulis mengadakan kunjungan di SMK Negeri 7 Surakarta menemukan berbagai masalah siswa dalam pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan, yaitu: masih kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan, kurang aktifnya siswa dalam pemecahan masalah. Kemudian peneliti mengadakan wawancara dengan beberapa siswa kelas X Peksos 2 untuk mengetahui penyebab dari masalah kurangnya keaktifan belajar siswa. Dari informasi yang diperoleh dapat disebutkan bahwa penyebab siswa kurang aktif karena siswa menganggap sudah paham dengan materi tersebut, guru yang masih menggunakan metode konvensional yang membuat siswa bosan. Kurangnya keaktifan belajar harus segera diatasi, karena akan menimbulkan dampak yang sangat signifikan, yaitu prestasi belajar menurun dan dampak dampak yang lain akan terjadi. Seorang siswa dapat belajar secara efisien jika memiliki keaktifan dalam belajar dan didukung oleh sarana dan prasarana, apabila ditinjau dari segi kekuatan dan kemantapanya, maka keaktifan yang timbul dari dalam diri seorang siwa (internal) akan lebih stabil dan mantap dibandingkan dengan keaktifan yang timbul karena pengaruh lingkungan (eksternal). Hal ini

6 dikarenakan dengan berubahnya lingkungan yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga keaktifan belajar seseorang itu juga akan mengalami perubahan. Apabila lingkungan yang mempengaruhi siswa tersebut lenyap, maka dapat berakibat hilangnya keaktifan dalam belajar siswa yang bersangkutan. Banyak sekali model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru maupun fasilitator, sebagai alternatif tindakan sebagai obat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa. Guru atau fasilitator juga tidak boleh sembarangan dalam memilih alternatif tindakan. Alternatif tindakan harus sesuai dengan situasi dan kondisi serta materi pelajaran yang diajarkan. Guru maupun fasilitator dituntut untuk lebih professional, prespektif, inovatif dan produktif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Penulis memilih model pembelajaran kooperatif yaitu tipe cooperative script pada siswa kelas X PekSos 2 SMK Negeri 7 Surakarta. Penulis memilih tipe cooperative script karena siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian bagian dari materi yang dipelajari. Siswa dapat mengutarakan pendapatnya karena sebagai pembicara, dan dapat juga sebagai pendengar yang bertugas menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap serta membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

7 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script Agar Prestasi Meningkat Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X PekSos 2 SMK Negeri 7 Surakarta Tahun 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa kelas X PekSos 2 SMK Negeri 7 Surakarta mengalami penurunan, sebagai berikut : 1. Kesehatan siswa yang berasal dari dalam diri siswa. 2. Kebiasaan belajar yang kurang baik. 3. Intelegensi yang rendah. 4. Kurangnya sumber bacaan. 5. Kesulitan belajar dalam menangkap materi yang diberikan oleh guru pembimbing. 6. Fasilitas, kondisi dan letak gedung sekolah. 7. Metode pengajaran yang kurang tepat. 8. Lingkungan sekolah yang tidak nyaman. 9. Hubungan keluarga yang kurang harmonis. 10. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang.

8 C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah sangat diperlukan untuk menghindari kesalah pahaman dan agar tidak terjadi penyimpangan, karena permasalahan yang berkaitan dengan judul diatas sangat luas, sehingga tidak mungkin permasalahan yang ada dapat terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu, ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti dibatasi sebagai berikut: 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah aspek aspek dari subyek penelitian yang menjadi sasaran peneliti, meliputi: a. Model Pembelajaran yang digunakan, yaitu: cooperative script. b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kewirausahaan hanya dibatasi pada bertanya, menjawab, memecahkan masalah, mengutarakan pendapat. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X PekSos 2 SMK Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. D. Rumusan Masalah Perumusan masalah dimaksudkan untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas, sehingga masalah masalah tersebut nantinya menjadi terarah dan jelas. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

9 dan pembatasan masalah tersebut dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan keaktifan belajar kewirausahaan siswa kelas X PekSos2 SMK Negeri 7 Surakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan sehingga perumusannya jelas. Penelitian ini perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah pemecahannya. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan Umum a. Untuk meningkatkan keaktifan belajar bagi siswa kelas X PekSos SMK Negeri 7 Surakarta sehingga prestasi dapat meningkat. b. Untuk melatih siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. c. Untuk meningkatkan pemahaman siswa atas materi kewirausahaan. 2. Tujuan Khusus Untuk meningkatkan keaktifan belajar kewirausahaan dengan model pembelajaran cooperative script pada siswa kelas X PekSos 2 SMK Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.

10 F. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan kontribusi nilai guna berupa pengembangan teori pembelajaran. b. Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya meningkatkan keaktifan belajar menggunakan model pembelajaran cooperative script. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. 2) Untuk meningkatkan pemahaman siswa. 3) Untuk meningkatkan prestasi belajar. b. Manfaat bagi guru 1) Untuk pengembangan metode lebih sesuai dengan materi pelajaran. 2) Untuk mengembangkan ketrampilan guru. 3) Mendapatkan strategi baru dalam mengajar. c. Manfaat bagi sekolah 1) Untuk meningkatkan mutu sekolah. 2) Untuk meningkatkan profesionalisme guru.