ANALISIS PERSEBARAN DAN RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN FASILITAS SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN PADAMARA

Transformasi Wilayah Di Koridor Purwokerto-Purbalingga Dalam Perspektif Geospatial

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

ANALISIS PERSEBARAN MASJID SARANA PENGAJIAN AHAD PAGI MUHAMMADIYAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

KAJIAN KEMISKINAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DALAM PERSPEKTIF GEOSPATIAL

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta

BAB I PENDAHULUAN I-1

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN.

ANALISIS INFRASTRUKTUR UNGGULAN DALAM PERKEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN PURBALINGGA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI SLAMET BAGI SISWA MI MUHAMMADIYAH SINGASARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksploratif,

PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

BAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.

III. METODE PENELITIAN. ilmu geografi, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar (Widoyo Alfandi,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POTENSI SMA/SMK BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kabupaten Kebumen)

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PEDAHULUAN. geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

III. METODOLOGI PENELITIAN. prosedur (tata kerja) ilmiah geografi, untuk mencapai tujuan penelitian, di bidang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

PEMETAAN DIGITAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM ANALISIS KERUANGAN SERTIFIKASI GURU SEKOLAH DASAR

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi SIG Untuk Mengetahui Data Pencari Kerja dan Pengangguran di Kabupaten Klaten

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

PEMETAAN BASIS DATA SMA/SMK/MA DI KABUPATEN BOALEMO BERBASIS WEB

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang semakin pesat membuat banyak bangunan didirikan dimana-mana dan tentunya akan merubah tata ruang yang telah ada.

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

I. PENDAHULUAN. di wilayah Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jaringan jalan yang terdapat di

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

SILABUS. Print to PDF without this message by purchasing novapdf (

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MONITORING KKN POSDAYA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN BERBASIS GOOGLE MAPS API

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

REVIEW JURNAL. Disusun Oleh : Istikomah K Yuliana Ariyanti K

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi) : Mahasiswa memahami gambaran umum perkuliahan dan silabus pemetaan resort

Analisis Dampak Konversi Lahan Terhadap Produksi Pertanian Lahan Basah Di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) ANALISIS SPASIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BREBES BAGIAN TENGAH

Gambar 7. Lokasi Penelitian

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang seluruh kegiatan yang ada didalamnya, informasi yang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN JARINGAN PIPA DAN TITIK PROPERTI PELANGGAN DI PT AETRA AIR TANGERANG

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUMAS BERBASIS ANDROID

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

UNBK.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blank Spot 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah

KAJIAN SEBARAN SPASIAL SEKOLAH SMP/MTs DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (Suatu Studi Kasus Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan)

PEMETAAN RESORT (MR 207) PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IV. TATA CARA PENELITIAN. Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul dan Desa Banaran, Kecamatan

Transkripsi:

ANALISIS PERSEBARAN DAN RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA Sakinah Fathrunnadi Shalihati 1, Anang Widhi Nirwansyah 2 1 Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Laboratorium Geologi dan Penginderaan Jauh FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Dukuh waluh PO BOX. 202 Kembaran Banyumas 53182 Telp. (0281) 636751, Email: queen.geo85@gmail.com 1, anang.gisser@gmail.com 2 ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah adanya layanan pendidikan sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga yang belum maksimal, terkait dengan kebutuhan fasilitas sekolah dasar. Namun dalam menentukan lokasi pendirian sekolah dasar, terdapat hal penting yang perlu dianalisis terlebih dahulu yaitu persebaran dan radius keruangan pencapaian maksimal. Metode penelitian bersifat diskriptif kualitatif. Melakukan pemetaan terhadap persebaran fasilitas sekolah dasar yang diperoleh dengan observasi beserta pengambilan titik kordinat menggunakan alat bantu GPS (Global Positioning Sistem). Menggunakan analisis buffer pada software ArcGis 10. Hasil penelitian adalah fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga sejumlah 40 sekolah dasar, dengan rincian 4 Sekolah Dasar Swasta dan 36 Sekolah Dasar Negeri. Desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar terbanyak di Desa Bukateja sejumlah 5 dan terkecil di Desa Tidu sejumlah 1 Sekolah Dasar. Pola persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga menyebar merata disetiap desadesa mengikuti pola jalan. Sedangkan radius keruangan pencapaian maksimal ¼ dari radius 1 km atau 250 meter, terdapat 14 sekolah dasar yang mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya. Radius keruangan pencapaian maksimal ½ dari radius 1 km atau 500 meter, hanya 5 sekolah dasar saja yang tidak mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya, dan pada radius keruangan pencapaian maksimal 1 km, seluruh sekolah dasar mengalami overlay radius dengan sekolah dasar terdekatnya. Kata Kunci : Persebaran, Radius Keruangan Pencapaian Maksimal, Sekolah Dasar PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam keberlanjutan generasi bangsa, penghapusan keterbelakangan suatu negara, dan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembangunan Indonesia, salah satu keperdulian pemeratan pendidikan adalah munculnya program Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang menjamin 100% semua anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan jenjang pendidikan dasar, yaitu sekolah dasar dan sekolah menengah (BAPPENAS, 2005). Pemerataan dan keberhasilan pendidikan tentunya didukung pula dengan keberadaan fasilitas pelayanan pendidikan berupa gedung sekolah, tidak hanya didaerah perkotaan namun diperlukan pula untuk daerah pedesaan, yang diharapkan tidak terjadi ketimpangan dalam hal mendapatkan pelayanan pendidikan, fasilitas pelayanan pendidikan merupakan bagian dari fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 52

Pembangunan fasilitas pelayanan sosial ekonomi, salah satunya dalam hal ini adalah gedung sekolah merupakan hal penting terutama bagi penduduk di daerah pedesaan, dengan adanya pembangunan fasilitas tersebut dimaksudkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pelayanan penduduk pedesaan untuk persatuan desa dan kota sebagai bentuk sistem pusat dengan daerah belakangnya (hinterland) secara efisien sesuai dengan fungsi serta mobilitas penduduk untuk memperoleh fasilitas jasa dan kesempatan sosial ekonomi (Tjahyati, 2005 dalam Sianturi (2012)) Kecamatan Bukateja merupakan salah satu kecamatan terluar yang berada dibagian timur Kabupaten Purbalingga berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, kecamatan ini memiliki jarak 24 kilometer dari timur pusat kota Purbalingga, sehingga untuk mendapatkan aksesibilitas pendidikan dasar menjadi tidak efektif jika melakukan perjalanan jauh ke pusat kota. Pendidikan dasar merupakan 9 tahun pertama dari seseorang mendapatkan fasilitas layanan pendidikan yaitu sekolah dasar selama 6 tahun dan sekolah menengah pertama selama 3 tahun. Dalam penelitian ini hanya mengkaji fasilitas pendidikan pada sekolah dasar, dan usulan ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Shalihati dan Esti (2012) terkait dengan layanan pendidikan dasar Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga, sebagian hasil penelitian sebelumnya menggambarkan sebagian besar desa belum mencapai tingkat layanan yang optimal, masih diperlukan pendirian fasilitas sekolah dasar. Namun dalam menentukan lokasi pendirian sekolah dasar, terdapat hal penting yang perlu dianalisis terlebih dahulu yaitu persebaran dan radius keruangan pencapaian maksimal dari masing-masing fasilitas sekolah dasar secara spasial, ini berkaitan dengan analisis lokasi untuk rekomendasi pembangunan fasilitas sekolah dasar agar tidak terjadi overlap dengan radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar yang tersedia saat ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mendiskripsikan persebaran secara keruangan (spasial) fasilitas sekolah dasar Kecamatan Bukateja. Serta mengidentifikasi dan mendiskripsikan radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar Kecamatan Bukateja. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan Penelitian dilakukan dalam kurun waktu enam bulan diawali dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian, mulai dari bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015. Penelitian ini melakukan pemetaan terhadap persebaran fasilitas sekolah dasar yang diperoleh dengan observasi beserta pengambilan titik kordinat menggunakan alat bantu GPS (Global Positioning Sistem). Informasi jumlah fasilitas sekolah dasar diperoleh dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bukateja. Selanjutnya koordinat fasilitas sekolah dasar yang diperoleh, dilakukan analisis buffer dengan software ArcGis 10 untuk memperoleh informasi radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar. Maka metode penelitian ini dapat dikatakan bersifat diskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran situasi secara faktual mengenai faktor-faktor yang saling terkait, dengan didasarkan pada pemanfaatan data primer dan data sekunder. A. Sumber dan Teknik Penentuan Data 53

1. Data Primer Data primer diperoleh berdasarkan observasi persebaran 40 sekolah dasar Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga dan pengambilan titik koordinat lokasinya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari dokumen instansi terkait. Data sekunder penelitian ini adalah: Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2014, dan data statistik jumlah sekolah dasar yang dapat di peroleh dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. B. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Sekaligus pengambilan titik koordinat lokasi fasilitas sekolah dasar dengan menggunakan GPS, hasil titik koordinat sekolah dasar tersebut digunakan untuk plotting pada Citra Satelit QuickBird akuisisi Google Earth Tahun 2014. 2. Pembuatan Dokumentasi Pembuatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data visual kondisi bangunan sekolah dengan pemotretan. Data ini bersifat sebagai pelengkap atau pendukung informasi dari data primer. C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data SIG dengan kemampuan komputasinya, memberikan ilustrasi keterhubungan antara satu data dengan data yang lain (koneksi), dan kemampuan analisis spasialnya dapat mempresentasikan persebaran sekolah dasar dengan menggunakan peta dan grafik secara terintegrasi, sehingga diharapkan informasi hasil persebaran menjadi lebih komunikatif dan mudah dipahami. Pada tahap penggambaran dan analisis peta dengan SIG, dibutuhkan peta tentatif atau peta sementara sebagai hasil dari observasi atau survey di lapangan secara langsung, kemudian di proses dengan menggunakan software ArcGis 10. Penelitian ini dalam analisisnya menggunakan teknik analisis yang dimiliki pada software ArcGis 10 yaitu analisis buffer untuk mengetahui radius keruangan pencapaian maksimal 1000 m fasilitas sekolah dasar Kecamatan Bukateja dari hasil pemetaan persebaran sekolah dasar Kecamatan Bukateja, sedangkan radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar didasarkan dari ketentuan dari pengukuran variabel pelayanan dalam teknik perencanaan pengembangan wilayah menurut Muta ali (2000:14) yaitu 1000 meter. 54

Pemetaan dengan bantuan GPS dan Citra Satelit QuickBird akuisisi Google Earth Tahun 2014 Kebutuhan informasi spasial/ruang akan lokasi strategis untuk fasilitas sekolah dasar baru di Kecamatan Bukateja Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar di Kecamatan Bukateja Radius Keruangan Pencapaian Maksimal 1000 m Fasilitas Sekolah Dasar di Kecamatan Bukateja Analisis Buffer dengan menggunakan ArcGis 10 Terdapat Ruang Pencapaian Maksimal 1000 m Overlay Terdapat Ruang Pencapaian Maksimal 1000 m Tidak Overlay Dapat direkomendasi sebagai lokasi pendirian sekolah dasar baru di Kecamatan Bukateja Diagram. Alur Pelaksanaan Penelitian A. Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar HASIL DAN PEMBAHASAN Fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga tersedia sejumlah 40 sekolah dasar, dengan rincian 4 Sekolah Dasar Swasta dan 36 Sekolah Dasar Negeri. Desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar terbanyak di Desa Bukateja sejumlah 5 dan terkecil di Desa Tidu sejumlah 1 Sekolah Dasar, persebaran secara spasial dapat dilihat pada Gambar 1. persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga menyebar merata disetiap desa-desa mengikuti pola jalan. Namun tampak persebaran fasilitas sekolah dasar terlihat memusat berada di Desa Bukateja, Desa Majasari dan Desa Kebutuh. 55

Gambar 1. Peta Persebaran Fasilitas Sekolah Dasar Kecamatan Bukateja B. Radius Keruangan Pencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar Setelah diketahui persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja secara keruangan, dapat digunakan untuk mengetahui radius keruangan pencapaian maksimal fasilitas sekolah dasar. Radius keruangan pencapaian maksimal yang digunakan adalah 1000 meter atau 1 kilometer (km) menurut Muta ali (2000: 14), namun dimodelkan pula untuk radius ¼ dari 1 km (250 meter) dan ½ dari 1 km (500 meter). Hasil radius keruangan pencapaian maksimal ¼ dari radius 1 km atau 250 meter, terdapat 14 sekolah dasar yang mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya, meliputi a) SDN 5 Bukateja dengan SDN 1 Bukateja dengan SDN 3 Bukateja, b) SDN 2 Bukateja dengan MI Muhammadiyah Bukateja dengan SDN 3 Majasari, c) MI Ma arif NU Darrul Abror Kedungjati dengan SDN 1 Kedungjati dengan SDN 2 Kedungjati, d) SDN 1 Kembangan dengan SDN 2 Kembangan, dan e) SDN 2 Kebutuh dengan MI Muhammadiyah Kebutuh dengan SDN 1 Kebutuh. Sedangkan 26 sekolah dasar lainnya tidak mengalami overlay radius keruangan pencapaian maksimal 250 meter dengan sekolah dasar terdekatnya. Radius keruangan pencapaian maksimal ½ dari radius 1 km atau 500 meter, hanya 5 sekolah dasar saja yang tidak mengalami overlay dengan sekolah dasar terdekatnya, meliputi SDN 1 Tidu, SDN 1 Wirasaba, SDN 2 Wirasaba, SDN 1 Panaruban dan SDN 3 Kutawis. Sedangkan 35 sekolah dasar lainnya mengalami overlay radius keruangan pencapaian maksimal 500 meter dengan sekolah dasar terdekatnya. Sedangkan pada radius keruangan pencapaian maksimal 1 km, seluruh sekolah dasar mengalami overlay radius dengan sekolah dasar terdekatnya, hanya terdapat 2 sekolah dasar yang tampak radius keruangan pencapaian maksimal 1 km tidak teroverlay secara utuh yaitu SDN 1 Tidu dan SDN 2 Wirasaba. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Dengan demikian keberadaan fasilitas sekolah dasar secara keruangan yang ada di Kecamatan Bukateja tersebar merata dengan ditunjukkannya radius keruangan pencapaian maksimal 1 km telah memenuhi seluruh luasan wilayah Kecamatan Bukateja. 56

Maka dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini bahwa penambahan fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja tidak perlu dilakukan, namun lebih perlu melakukan optimalisasi sarana dan prasarana sekolah dasar yang telah ada, seperti penambahan ruang kelas dan guru sebagai fasilitator peserta didik. Gambar 2. Peta Radius Keruangan Pencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar Kecamatan Bukateja SDN 1 Bukateja SDN 3 Bukateja SDN 2 Kebutuh MI Muhammadiyah Kebutuh Gambar 3. Foto Kondisi Beberapa Fasilitas Sekolah Dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga (Sumber: Survey Lapangan Bulan Februari Tahun 2015) 57

A. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Persebaran fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga menyebar merata disetiap desa-desa mengikuti pola jalan. 2. Sedangkan pada radius keruangan pencapaian maksimal 1 km, seluruh sekolah dasar mengalami overlay radius dengan sekolah dasar terdekatnya. B. Saran Keberadaan fasilitas sekolah dasar di Kecamatan Bukateja secara keruangan telah terpenuhi secara merata, pembangunan fisik fasilitas sekolah dasar dianggap bukan pilihan urgent dalam mengatasi optimalisasi layanan spasial yang ada saat ini, namun hal yang diperlukan adalah monitoring sarana dan prasarana sekolah dasar yang telah ada secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS - ADB TA 4762-Ino: Pro-Poor Planning & Budgeting. 2005. Kartu Penilaian Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Purbalingga. Ilyani, Mariana. 2012. Reduksi Panjang Perjalanan Sebagai Implikasi Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar Terdekat dari Tempat Tinggal. Vol. 23 No. 3, Desember 2012, hlm. 209 224. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Muta ali, Lutfi. 2000. Teknik Analisis Regional, Handout untuk mata kuliah teknik perencanaan pengembangan wilayah. Jogyakarta: Fakultas Geografi. Pabundu Tika, Moh. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Bandung: Informatika. Sinaga, Maruli S. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Sinaga, Maruli. 1999. Pengetahuan Peta. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Shalihati, Sakinah Fathrunnadi. 2007. Analisis Kerusakan dan Penentuan Lokasi Rekonstruksi Bangunan Sekolah Dasar untuk Layanan Pendidikan Dasar Pasca Gempa 27 Mei 2006 Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Shalihati, Sakinah Fathrunnadi dan Esti Sarjanti. 2012. Analisis Layanan Pendidikan Sekolah Dasar Di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Purwokerto: LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 58