BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta terletak di Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas terdiri dari kelas A, B, C dan D. Penelitian ini sampel kelas dipilih secara acak yaitu kelas 3 D yang berjumlah 36 siswa. Kelas 3 D dibersamai oleh 2 guru kelas. Siswa yang memenuhi sebagai subyek penelitian berjumlah 32 siswa. Kegiatan belajar mengajar di SDIT berlangsung dari pukul 07.15 14.00 WIB setiap senin jum at sedangkan di hari sabtu diisi kegiatan ekstrakulikuler. Jam pelajaran olahraga dalam seminggu berjumlah 2 jam. 2. Karakteristik Subyek Penelitian Tabel 9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin F Persentase (%) 1. Laki laki 17 53 2. Perempuan 15 47 Jumlah 32 100
Frekuensi Subyek dalam penelitian ini memiliki persentase jumlah siswa laki-laki yang lebih banyak daripada siswa perempuan dengan jumlah keseluruhan 32 siswa. Jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 anak atau bernilai 53% dan jumlah siswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 anak atau bernilai 47%. Data berat badan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di berikut ini 15 10 5 0 Lebih Kurang Cukup Berat badan Gambar 2 Diagram Data Berat Badan Subyek penelitian yang memiliki berat badan kategori lebih ditunjukan dengan persentase paling tinggi yaitu 43,75% atau sebanyak 14 anak, dan yang memiliki berat badan kategori cukup memiliki persentase paling kecil yaitu 15,625% atau sebanyak 5 anak. Kita dapat mengatakan bahwa siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim mayoritas memiliki berat badan kategori lebih. Data tinggi badan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Frekuensi 30 25 20 15 10 5 0 Lebih Kurang Cukup Tinggi badan Gambar 3 Diagram Tinggi Badan Berdasarkan tinggi badan, siswa dengan tinggi badan kategori lebih memiliki persentase terbesar yaitu 93,75% atau sebanyak 30 anak, sedangkan tinggi badan kategori cukup memiliki persentase terendah yaitu 6,25% atau sebanyak 2 anak, dan tidak ada siswa yang memiliki tinggi badan kategori cukup. Kita dapat mengatakan bahwa siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim mayoritas memiliki tinggi badan kategori lebih. Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Indeks Kebugaran No Frekuensi Persentase (%) Jumlah Nilai Kategori 1 0 0 22 25 Baik Sekali 2 5 16 18 21 Baik 3 17 53 14 17 Sedang 4 9 28 10 13 Kurang 5 1 3 5 9 Kurang Sekali Jumlah 32 100
Tabel indeks kebugaran menunjukan bahwa siswa dengan indeks kebugaran kategori sedang memiliki persentase tertinggi yaitu 53% atau sebanyak 17 anak, sedangkan persentase paling rendah didapat pada kategori kurang sekali yaitu 3% atau sebanyak 1 anak. Tidak ada siswa yang memiliki indeks kebugaran dengan kategori baik sekali. Siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim memiliki indeks kebugaran bervariasi meliputi baik, sedang, kurang dan kurang sekali. Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Konsentrasi No. Kategori F Persentase (%) 1. Kurang 15 46,9 2. Sesuai 1 3,1 3. Lebih 16 50 Jumlah 32 100 Tabel tingkat konsentrasi menunjukan bahwa persentase siswa dengan kategori lebih memiliki persentase lebih tinggi yaitu 50% atau sebanyak 16 anak sedangkan persentase paling rendah didapat pada kategori sesuai yaitu 3,1% atau sebanyak 1 anak. Siswa kategori tingkat konsentrasi lebih berjumlah lebih banyak daripada kategori kurang, dan hanya terdapat satu siswa yang memiliki kategori sesuai. B. Analisis Data dengan Uji Normalitas dan Korelasi Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar siswa SD di
kelas III SDIT Luqman Al Hakim Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Uji normalitas dan homogenitas sebagai uji prasyarat dilakukan sebelum uji korelasi. Hasil analisis data dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Kriteria yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu sebaran adalah jika p > 0,05 (5 %) sebaran dinyatakan normal, dan jika p < 0,05 (5 %) sebaran dikatakan tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Berdasarkan output dari uji normalitas, diperoleh signifikasi untuk indeks kebugaran adalah 0,509. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa indeks kebugaran terdistribusi normal. Signifikasi untuk tingkat konsentrasi belajar adalah 0,013. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa tingkat konsentrasi belajar terdistribusi tidak normal. Hasil pengujian yang menunjukkan adanya salah satu data yang tidak terdistribusi normal sehingga tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas.
2. Uji Korelasi Uji prasyarat yang menunjukkan data tidak terdistribusi normal membuat pemilihan uji selanjutnya adalah menggunakan uji korelasi non parametrik Spearman. Uji korelasi non parametrik Spearman digunakan untuk menguji hubungan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar yang hasilnya seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13. Hasil Uji Korelasi Spearman Hasil perhitungan menggunakan analisis statistik non parametrik Spearman s rho menggunakan SPSS 16.0 adalah diketahui bahwa data penelitian adalah 32 kemudian nilai sig. (2-tailed) atau r adalah 0,004 artinya P 0,05 Hasil tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar. Output koefisien korelasi (correlation coeficient) sebesar -0,494, maka menandakan pula ada hubungan moderat antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak SD usia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al Hakim. Intepretasi tabel koefisien korelasi menggunakan pedoman yang dikemukakan oleh D.A. de Vaus dalam (Seta Basri. 2012. Uji Korelasi Spearman dengan SPSS dan Manual. Diakses dari http://setabasri01.blogspot.co.id/2012/04/uji-korelasi-
spearman-dengan-spss-dan.html. pada tanggal 24 Desember 2017, pukul 16.30) di bawah ini Tabel 14. Intepretasi Koefisien korelasi C. Pembahasan Subyek penelitian berdasarkan tabel dan gambar terdiri dari 32 siswa terdiri dari 53 % siswa laki-laki dan 47% perempuan. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter pada awal pengambilan data penelitian, sejumlah anak sehat dan dapat mengikuti tes kebugaran jasmani. Berat badan subyek penelitian menunjukkan bahwa berat badan paling banyak adalah kategori lebih. Sebanyak 14 siswa berada dalam kategori tersebut. Tinggi badan subyek penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan paling banyak adalah kategori lebih. Sebanyak 30 siswa berada dalam kategori tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim memiliki perawakan yang tinggi dengan berat badan yang juga besar. Perawakan tersebut berhubungan dengan sifat keturunan dan asupan nutrisi yang diperoleh anak.
Frekuensi Data antropometri berat badan dan tinggi badan lebih paling tinggi dimungkinkan asupan gizi harian sejak balita sampai saat ini berlebihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Atmarita dan Robert Tilden (2002: 565) gizi lebih dilihat dari berat badan atau umur cenderung meningkat di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia, walaupun lebih banyak di daerah perkotaan. Bayi, anak-anak, dan remaja dalam masa pertumbuhan, menu seimbang akan menghasilkan pertumbuhan fisik (Tien Tirtawinata. 2006: 255). Data indeks kebugaran dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini 20 10 0 Baik sekali Baik Sedang Kurang Kurang sekali Indeks Kebugaran Gambar 4 Diagram Indeks Kebugaran Distribusi frekuensi indeks kebugaran menunjukkan bahwa indeks kebugaran paling tinggi adalah tingkat sedang. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa pengeluaran energi yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan (Sajoto, 1988 cit Herianto dan Chusla RD, 2012: 20). Menurut Sumintarsih (2007: 26) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang
melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Data kuesioner aktivitas olahraga siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim menunjukkan bahwa dari 32 siswa terdapat 31 siswa yang melakukan aktivitas olahraga baik di luar intrakulikuler pelajaran olahraga maupun ekstrakulikuler olahraga. Satu siswa tidak melakukan aktivitas olahraga karena tidak suka berolahraga. Aktivitas olahraga yang paling banyak dilakukan siswa adalah bersepeda dengan jumlah 10 siswa atau sebanyak 32%. Aktivitas olahraga yang paling sedikit dilakukan siswa adalah renang dengan jumlah 6 siswa atau sebanyak 19%. Siswa melakukan aktivitas olahraga baik di luar intrakulikuler pelajaran olahraga maupun ekstrakulikuler olahraga sebanyak satu kali dalam seminggu dengan kecenderungan durasi waktu selama 30 menit. Data kuesioner siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim juga menunjukkan bahwa dari 32 siswa terdapat 29 siswa yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga sedangkan 3 siswa tidak mengikuti ekstrakulikuler olahraga tersebut. Ekstrakulikuler yang paling banyak diikuti siswa adalah renang dengan jumlah 21 siswa atau sebanyak 72%, diikuti ekstrakulikuler futsal sebanyak 6 siswa atau sebanyak 21% dan terakhir ekstrakulikuler karate sebanyak 2 siswa atau sebanyak 7%. Berdasarkan data kuesioner di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim melakukan aktivitas olahraga yang cukup yaitu sebanyak tiga kali dengan rincian olahraga intrakulikuler sekali
pertemuan, ekstrakulikuler sekali pertemuan, dan sekali aktivitas olahraga diluar olahraga intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Hal ini membuat indeks kebugaran siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim lebih banyak berada dalam kategori sedang. Kondisi sedang banyak terjadi pada anak tersebut karena olahraga ratarata pada anak tersebut 3 kali per minggu dengan durasi olahraga rata-rata selama 30 menit. Pendapat ahli menyatakan bahwa untuk hidup sehat dan bugar olahraga dilakukan 3x per minggu (Sumaryanto, 1996: 32). Setiap sesi latihan terdiri dari (1) latihan pemanasan selama 5 sampai dengan 10 menit, (2) latihan inti selama 15 sampai 60 menit dan (3) pendinginan selama 5-10 menit. Pemanasan dirancang untuk meningkatkan tingkat metabolisme. Latihan inti dapat dilakukan secara kontinyu maupun diskontinyu yang meliputi aktivitas aerobik dan melibatkan otot-otot besar serta menaikkan frekuensi denyut jantung. Latihan pendinginan meliputi latihan yang membantu adaptasi tubuh dalam menurunkan kapasitas latihan sampai latihan dihentikan. Latihan ini baik untuk memulihkan sirkulasi tubuh secara perlahan-lahan. Aliran darah yang semula terutama didistribusikan pada otot secara perlahan dialihkan pula agar merata keseluruh bagian tubuh. Pendapat selanjutnya yang dikemukakan oleh Sumaryanto yang dikutip oleh Tutiek R. (2004: 47) menyatakan bahwa dalam berolahraga harus memperhatikan beberapa hal seperti :
a) Intensitas latihan : setiap latihan hendaknya mencapai training zone berupa 80% dari denyut nadi maksimal (DNM), sedangkan untuk mengetahui denyut nadi maksimal menggunakan rumus 220 umur ( dalam tahun). b) Lamanya latihan : lama atau durasi latihan yaitu selama 40 45 menit harus dipertahankan masuk training zone. c) Frekuensi latihan : setiap minggu idealnya latihan sebanyak 3 kali, namun lebih baik lagi jika latihan 4-5 kali perminggunya. Olahraga terdiri atas olahraga kesehatan dan olahraga prestasi. Olahraga kesehatan adalah olahraga bagi orang sehat agar dapat memelihara kesehatannya dan meningkatkan kebugaran jasmaninya (Tien Tirtawinata. 2006: 10). Jenis olahraga yang dilakukan oleh siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim adalah jenis olahraga kesehatan. Hal ini membuat kondisi fisik siswa menjadi sehat dan indeks kebugaran jasmani siswa tersebut dalam kondisi cukup. Tingkat kebugaran jasmani yang baik menyebabkan anak tidak akan cepat mengalami kelelahan, sehingga mendukung anak dalam melakukan aktivitas tambahan seperti belajar. Kondisi kebugaran tubuh yang baik akan sangat mendukung aktivitas belajar, siswa akan tetap konsentrasi. Kesegaran jasmani yang kurang menyebabkan anak akan cepat mengalami kelelahan dengan efek kondisi psikis anak menjadi malas dan mengantuk. Kebugaran jasmani yang baik siswa akan mampu membantu memaksimalkan pola pikir dalam memahami berbagai pengetahuan yang dipelajari, sehingga secara
tidak langsung akan menunjang konsentrasi belajar (Elyas S. 2013: 47). Hal tersebut sesuai dengan kondisi siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim yang tidak mudah mengalami kelelahan berupa gangguan psikis mengantuk atau malas. Siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim terlihat semangat ketika mengikuti pelajaran terutama saat proses pengambilan data. Menurut Harsuki yang dikutip oleh Emi Rachmawati (2005: 17) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan di antaranya daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi) dan kekuatan otot. Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan untuk mengambil dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan seseorang. Menurut Wahjoedi (2000: 59) daya tahan jantung adalah kapasitas sistem jantung-paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan kardiorespirasi yaitu kemampuan paru mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama (Djoko Pekik Irianto, 2004: 4). Permintaan oksigen di otot yang aktif meningkat membuat lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan serta menghasilkan sisa metabolisme selama latihan. Sistem kardiovaskuler harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan untuk memberikan lebih banyak nutrisi dan untuk menghilangkan sisa metabolisme
(Ahmad Syarif. Fisiologi Kesehatan Respirasi. Diakses dari http://ariittonk.blogspot.co.id/2014/12/fisiologi-olahraga-mengegenai-paruparu.html pada 14 Februari 2017 pukul 13.59). Latihan fisik juga akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Ahmad Syarif. Fisiologi Kesehatan Respirasi. Diakses dari http://ariittonk.blogspot.co.id/2014/12/fisiologi-olahraga-mengegenai-paruparu.html pada 14 Februari 2017 pukul 13.59). Kekuatan otot penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot dipengaruhi oleh: usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu otot (Depkes, 1996: 35). Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan po2 jaringan lokal dan peningkatan pco2. Latihan daya tahan mengakibatkan peningkatan aktivitas enzim mitokondria pada kedua serat lambat dan cepat tanpa mengubah kecepatan kontraksi serat. Latihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Kegiatan intensitas tinggi mengakibatkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi dan akan terjadi peningkatan ukuran otot-otot yang terlibat yaitu
Frekuensi hipertrofi setelah mengikuti latihan kekuatan. (Dewi S. Pengaruh Olahraga terhadap Sistem Kardiovaskuler. Diakses dari http://dewisitoresmi.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-olahraga-padasistem.html pada 14 Februari 14.06). Data tingkat konsentrasi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini 20 10 0 Kurang Sesuai Lebih Tingkat Konsentrasi Gambar 5. Diagram Tingkat Konsentrasi Konsentrasi siswa yang diukur dengan tes Bourdon Wiersma menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar paling banyak adalah tingkat lebih. Konsentrasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain faktor jasmaniah dan faktor rohaniah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh, artinya kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius, kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, cukup tidur dan istirahat, cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi untuk hidup sehat. Kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi halhal berikut untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif (a) kondisi
kehidupan sehari-hari cukup tenang, (b) memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten, (c) taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri, (d) tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat, (e) tidak emosional. Faktor eksternal adalah segala hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau lebih tepatnya segala hal yang berada di sekitar lingkungan. Hal-hal tersebut juga menjadi pendukung terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor eksternal yang mendukung konsentrasi efektif yaitu (a) lingkungan, (b) udara, (c) penerangan, (d) orangorang sekitar lingkungan, (e) suhu, (f) fasilitas. Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suara-suara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan ketenangan (Thursan Hakim. 2003: 6-9). Siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim paling banyak memiliki tingkat konsentrasi kategori lebih. Tingkat konsentrasi kategori lebih memiliki banyak manfaat diantaranya siswa tersebut menjadi lebih fokus dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan soal. Hal ini akan menunjang pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diikuti. Dampak jangka panjang yang terjadi pada siswa adalah dapat menaikan capaian hasil belajar berupa nilai yang baik. Hasil pengujian menggunakan uji korelasi non parametrik Spearman menunjukkan p = - 0,494 (p 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar. Indeks kebugaran siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim lebih banyak berada dalam kategori sedang. Konsentrasi siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim yang
diukur dengan tes Bourdon Wiersma menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar paling banyak adalah tingkat lebih. Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa konsentrasi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani. Faktor internal pada penelitian ini berupa kebugaran jasmani yang menentukan kesehatan jasmani seseorang. Tingkat konsentrasi siswa berada pada kategori tinggi walaupun indeks kebugaran berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mendukung tingginya konsentrasi belajar yang tidak diteliti pada kajian ini. Faktor tersebut meliputi faktor eksternal dan faktor internal rohani. Indeks kebugaran yang cukup tersebut membuat kerja sistem kardiovaskular untuk memompa darah kaya oksigen yang diperlukan sel sel tubuh menjadi lancar. Darah melalui pembuluh darah disalurkan menuju tubuh bagian bawah dan atas yang di tempat tersebut terdapat sel sel otak. Oksigen yang telah berada di sel tubuh digunakan untuk proses respirasi seluler aerob di dalam organel mitokondria. Proses respirasi aerobik meliputi tahap glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan transpot elektron. Hasil akhir dari respirasi selular aerobik maksimal 38 molekul ATP, energi yang dibutuhkan oleh sel untuk melakukan fungsi yang diperlukan yang memungkinkan kita untuk hidup. Proses kehidupan yang dimaksud dalam hal ini menghasilkan energi untuk memproses impuls syaraf sehingga tercipta konsentrasi yang baik.