Kedua, pengaruh sosial. Selain budaya, pengaruh sosial yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Guna mewujudkan itu semua, nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang butuh akan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Bab Lima Penutup Kesimpulan Geliat meningkatkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan hati dan pikiran sebagaimana diperjuangkan pemerintah rupanya belum bergema sampai ke level masyarakat desa secara khusus yang ada di desa Hiripau Kabupaten Mimika. Penemuan dalam penelitian menegaskan hal ini, yakni kebanyakan masyarakat di desa Hiripau belum sepenuhnya menyadari pentingnya pendidikan (sekolah) dalam rangka melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki sumber daya manusia berkualitas. Kekurang-sadaran ini lebih disebabkan oleh latar belakang pendidikan masyarakat yang kurang. Walaupun secara nasional, bahkan dalam Undang-Undang Pendidikan, Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, namun tujuan mulia ini rupanya kurang mendarat dalam alam pikiran atau pemahaman masyarakat di desa Hiripau. Ketidakpahaman akan tujuan pendidikan yang sangat mulia ini sangat berdampak pada lemahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan (sekolah). Tentu, selain kondisi ketidak-pahaman, kondisi-kondisi lain yang juga mempengaruhi lemahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan (sekolah) adalah sebagai berikut. Pertama, budaya. Ditemukan bahwa budaya yang dianut masyarakat sangat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan mereka dalam pendidikan (sekolah). Yang dimaksudkan dengan budaya di sini adalah praktek hidup yang dianut masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya, yakni hidp bergantung pada alam. Ketergantungan dengan alam membuat irama hidup mereka menjadi unik dan khas. Alam telah mengajarkan kepada 91

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan mereka sebuah irama hidup yang seringkali berbeda dengan irama hidup masyarakat kebanyakan, yakni hidup bebas di sebuah ruang terbuka, tanpa sebuah irama yang disertai dengan aturan-aturan yang kaku dan penuh dengan kedisiplinan. Keunikan irama hidup ini seringkali membuat mereka sulit terlibat dalam proses pendidikan (sekolah) yang tentu sangat jauh berbeda dengan irama hidup masyarakat. Kedua, pengaruh sosial. Selain budaya, pengaruh sosial yang disebabkan akulturasi budaya juga menjadi kondisi yang memberikan sumbangan bagi lemahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan (sekolah). Pengaruh sosial (akulturasi) pada prinsipnya membawa serta dua kemungkinan sekaligus. Ada pengaruh sosial yang bersifat positif, ada juga yang bersifat negatif. Pengaruh positif biasanya sangat diharapkan demi perubahan sebuah masyarakat, sedangkan pengaruh negatif seringkali tidak diharapkan bahkan cenderung dihindari. Akan tetapi, bagi masyarakat di desa Hiripau, pengaruh sosial yang bersifat negatif inilah yang justru mendominasi kehidupan mereka dan bahkan berdampak pada lemahnya partisipasi masayarat dalam pendidikan (sekolah). Pengaruh sosial yang sangat berdampak pada lemahnya tingkat partispasi masyarakat dalam pendidikan adalah minumminuman keras sampai mabuk-mabukan, pergaulan bebas, lemahnya penghormatan terhadap orang tua atau yang dituakan, sumbangan yang diberikan, baik pemerintah maupun PT. Freeport Indonesia yang terkesan melemahkan semangat juang masyarakat dalam rangka mendapatkan sesuatu dan seterusnya. Pengaruh-pengaruh negatif ini, entah besar maupun kecil telah memberikan sumbangan berarti bagi lemahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan (sekolah). Ketiga, keluarga. Keluarga seringkali dianggap kunci awal keberhasilan seseorang. Mengapa? Sebab berhasil dan tidaknya seseorang sangat besar dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Seseorang yang berhasil, besar kemungkinan karena didukung oleh keluarga; begitu juga sebaliknya, seseorang yang kurang didukung oleh keluarga besar kemungkinan kurang atau sulit berhasil dalam usahanya. Lemahnya partispasi masyarakat di desa Hiripau dalam pendidikan 92

Penutup (sekolah) juga dipengaruhi oleh lemahnya dukungan keluarga atau orang tua. Keluarga (orang tua) seringkali sulit mengorientasikan anakanaknya pada pendidikan (sekolah), entah karena budaya yang telah mengakar dalam pandangan dan praktek hidup mereka, atau pun karena ketidakrelaan orang tua untuk berpisah dengan anak-anak (terlalu sayang anak). Selain itu, cara pandang terhadap anak sebagai yang bertanggung jawab secara ekonomi terhadap kelangsungan keluarga juga menjadi kondisi yang melemahkan partisipasi ini. Keempat, politik kurikulum. Selain budaya, pengaruh sosial dan keluarga, politik juga sangat berperan dalam melemahkan partisipasi masyarakat desa Hiripau dalam pendidikan. Yang dimaksudkan politik di sini adalah penerapan kurikulum yang terkesan dipaksakan kepada sekolah-sekolah di daerah. Dampak dari pemaksaan penggunaan kurikulum ini adalah terjadinya benturan antara kurikulum yang diterapkan dengan realitas hidup dan budaya masayarakat di desa Hiripau. Benturan ini kemudian menimbulkan perasaan tidak senang dan tidak suka dengan pendidikan (sekolah). Akibatnya, masyarakat menjadi tidak peduli dengan proses pendidikan (sekolah) yang berjalan. Mereka merasa pendidikan (sekolah) bukanlah milik mereka dan dengan sendirinya melahirkan sikap acuh tak acuh terhadap seluruh pelaksanaan pendidikan yang ada. Kelima, stakeholders. Pendidikan (sekolah) hanya bisa berjalan dengan baik ketika semua pihak yang berkepentingan terlibat dan bekerjasama di dalamnya. Di desa Hiripau, kerjasama dari semua komponen yang berkepetingan ini sangat lemah bahkan kadangkadang tidak ada. Ketiadaan kerjasama ini menimbulkan kepincangankepincangan dalam proses pendidikan (sekolah). Pemerintah dengan kekuasaan yang dimiliki menentukan kebijakan-kebijakannya tanpa peduli bagaimana agar kebijakannya ini bisa diterapkan dalam pendidikan (sekolah) yang nota bene ada di tengah masyarakat. Begitu juga sebaliknya, masyarakat berjalan sendiri-sendiri tanpa merasakan bahwa partisipasinya dalam pendidikan (sekolah) sangat dibutuhkan bagi berhasilnya pendidikan yang dijalankan, dan seterusnya. Tiadanya 93

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan kerjasama ini melahirkan sikap ketidakpedulian dan lemahnya keterlibatan masyarakat dalam pendidikan (sekolah). Di tengah lemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan (sekolah) yang kemudian berdampak pada tingkat partisipasi mereka yang lemah, ada beberapa kerinduan dan harapan mereka tentang pendidikan; Pertama, pendidikan keterampilan. Mengingat bahwa masyarakat suku Kamoro pada umumnya dan masyarakat di desa Hiripau khususnya memiliki kemampuan alami dalam bidang seni ukir dan seni tari, sangat relevanlah apabila pendidikan yang diterapkan dalam masyarakat seperti ini adalah pendidikan (sekolah) keterampilan. Relasi mereka dengan alam yang sangat intim dengan sendirinya membentuk mereka menjadi pribadi yang terampil dalam bidang-bidang sesuai dengan konteks hidup mereka. Kedua, dalam rangka pendidikan keterampilan ini, perlu diadakan pelatihan para guru. Tujuan dari hal ini adalah agar para guru sanggup menciptakan sebuah pendidikan (sekolah) yang menyenangkan dan menarik bagi masyarakat. Melalui pelatihan ini, para guru dilatih menjadi trampil dan kreatif, baik dalam pendidikan di dalam sekolah maupun pendidikan (sekolah) di luar sekolah. Ketiga, sekolah alam. Alam bagi masyarakat Kamoro pada umumnya dan secara khusus yang ada di desa Hiripau adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka. Alam tidak saja memberikan makanan demi kelangsungan hidup mereka, tetapi juga sumber pengetahuan dan inspirasi. Mengingat peran alam yang begitu penting bagi masyarakat, sekolah juga diharapkan bisa memperhitungkan nilai alam ini bagi pendidikan masyarakat suku Kamoro pada umumnya dan secara khusus di desa Hiripau. Rekomendasi Berpijak pada hasil penemuan penulis dalam penelitian di desa Hiripau, di sini disampaikan beberapa rekomendasi, baik kepada 94

Penutup pemerintah, pihak Gereja, masyarakat, sekolah maupun kepada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). Pertama, perlu memikirkan sebuah pendidikan yang khas untuk masyarakat Kamoro pada umumnya. Pendidikan keterampilan kiranya sangat tepat untuk di praktekkan, mengingat masayarakat Kamoro memiliki modal untuk itu. Selain itu, pendidikan keterampilan yang diterapkan hendaknya tidak memisahkan mereka dari alam yang merupakan sumber makanan dan pengetahuan bagi mereka bahkan diusahakan agar pendidikan keterampilan yang diberikan lebih banyak terarah pada keterampilan-keterampilan lokal. Untuk pendidikan model ini, perlu kiranya dipikirkan sebuah motode pendidikan yang bernuansa alam. Artinya, alam harus menjadi tempat di mana mereka mempraktekan dan menerapkan keterampilan yang mereka miliki. Kedua, dalam rangka ini, kerjasama dari semua stakeholders menjadi sangat dibutuhkan dan bahkan penentu keberhasilan. Dari banyak hasil penelitian, telah memperlihatkan bahwa betapa kerjasama menjadi kunci utama dalam rangka mendapatkan keberhasilan yang diharapkan. Ketiga, perlu ada perhatian yang serius dari pemerintah sebagai penanggungjawab utama kesejahteraan masyarakat. Perhatian ini dapat berupa Peraturan Daerah (PERDA) yang berisi tentang proteksi terhadap kearifan dan budaya lokal. Hal ini sangat penting di era modernisasi yang ditandai oleh laju pergerakan masayarakat dari tempat yang satu ke tempat yang lain atau dari budaya yang satu ke budaya yang lain. Dengan memiliki Peraturan khusus ini, masyarakat lokal tidak menjadi pihak yang tereliminasi dari persaingan merebut kekayaan alam yang semestinya merupakan milik mereka. Keempat, perlu dipikirkan sebuah bentuk kurikulum alternatif yang mengakomodir semua dimensi kehidupan masyarakat; misalnya, kurikulum yang berbasis budaya. Hal ini sangat penting mengingat bahwa pendidikan ala negara hadir dalam sebuah habitus 1 yang 1 Pierre Bourdieu mengartikan habitus sebagai the mental structures through which they apprehend the social world, are essentially the product of an internalization of the 95

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan kebanyakan tidak sejalan dengan habitus yang ditawarkan pendidikan modern. Masyarakat suku Kamoro di desa Hiripau memiliki habitusnya sendiri. Begitu juga dengan pendidikan ala negara. Perbedaan habitus ini sangat berpengaruh pada tanggapan masyarakat terhadap pendidikan yang dijalankan saat ini. Perbedaan habitus ini jika tidak dicari titik temunya justru akan membuat masyarakat menjadi terasing dari pendidikan ala negara saat ini. structures of social world. Atau bila dipahami secara dialektis-relasional, habitus merupakan hasil internalisasi struktur social, atau struktur sosial yang dibatinkan yang diwujudkan (Fauzi Fashri, 2014; Menyingkap Kuasa Simbol, hal. 99). 96