Bernat Panjaitan ISSN Nomor

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI SISTEM OUTSOURCING DALAM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEKERJA OUTSOURCING. Perlindungan hukum timbul karena adanya suatu hubungan hukum.

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

BEBERAPA PERMASALAHAN PERLINDUNGAN PEKERJA OUTSOURCING BERDASARKAN PERMENAKERTRANS NOMOR 19 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam

Pengembangan Sistem Informasi dengan menggunakan pendekatan Incourcing dan Outsourcing pada Perusahaan. Erichson M.H Silitonga P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu solusinya adalah dengan sistem

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan jasa penyedia tenaga kerja menjadi tren di tengah. perkembangan persaingan bisnis yang semakin kompetitif.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING (Alih Daya) PADAA PT. SUCOFINDO CABANG PADANG SKRIPSI

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Indra Kumalasari Munthe ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB II STATUS HUKUM TENAGA KERJA OUTSOURCING. A. Latar Belakang dan Pelaksanaan Outsourcing dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERJANJIAN OUTSOURCING/ALIH DAYA ANTARA TENAGA KERJA DENGAN PT. PRAMUDITA PUTRA KARYA SEMARANG

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA OUTSOURCING

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Miftakhul Huda, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

BAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. jasa tenaga kerja atau sering disebut dengan perusahaan outsourcing.

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

Hubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PUU-IX/2011 TENTANG HAK-HAK PEKERJA OUTSOURCING DI INDONESIA PENULISAN HUKUM

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja alih daya (outsourcing) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang giat dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan sistim outsourcing.

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

BAB III PENUTUP. Upaya hukum yang dilakukan pekerja outsourcing dalam. negosiasi terhadap atasan atau pengusaha PT. Vidya Rejeki Tama.

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum O L E H AMELIA SILVANNY NIM :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelanjutan paket Undang-undang Ketenagakerjaan disahkan juga UU no 2

Outsourcing pada hakikatnya adalah suatu kegiatan pembelian, yaitu kegiatan pembelian jasa dengan tujuan strategis berjangka panjang.

ANALISIS YURIDIS PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN MELALUI PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA DI PT.

BAB II OUTSOURCING PADA INDUSTRI JASA PERBANKAN. suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing).

KOMPETENSI dan INDIKATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Setelah kemerdekaan, Bangsa Indonesia telah menyadari bahwa

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa outsourcing atau penyedia tenaga kerja. 1. Meningkatkan konsentrasi bisnis. Kegiatan operasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ekonomi global dan perkembangan teknologi yang demikian cepat

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP SISTEM OUTSOURCHING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 27/PUU-X/2011

Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

BAB II PENGATURAN HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA PEKERJA OUTSOURCING PT. ISS INDONESIA DAN PERUSAHAAN PENGGUNA JASA OUTSOURCING PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peran Dinas Tenaga Kerja Dan

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dan Rumusan Masalah

Transkripsi:

OUTSOURCING (ALIH DAYA) DAN PENGELOLAAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN (Tinjauan Yuridis terhadap Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan) Oleh : Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai dasar hukum diberlakukannya outsourcing (Alih Daya) di Indonesia, membagi outsourcing (Alih Daya) menjadi dua bagian, yaitu: pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh. Pada perkembangannya dalam draft revisi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan outsourcing (Alih Daya) mengenai pemborongan pekerjaan dihapuskan, karena lebih condong ke arah sub contracting pekerjaan dibandingkan dengan tenaga kerja. Karyawan outsourcing selama ditempatkan diperusahaan pengguna jasa outsourcing wajib mentaati ketentuan kerja yang berlaku pada perusahaan outsourcing, dimana hal itu harus dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. Mekanisme Penyelesaian perselisihan ketenagakerjaan diselesaikan secara internal antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing, dimana perusahaan outsourcing seharusnya mengadakan pertemuan berkala dengan karyawannya untuk membahas masalah-masalah ketenagakerjaan yang terjadi dalam pelaksanaan outsourcing. Kata Kunci : outsourcing, Pengelolaan tenaga kerja, UU No 13 Tahun 2003 I. PENDAHULUAN Persaingan dalam dunia bisnis antar perusahaan membuat perusahaan harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi terhadap kompetensi utama dari perusahaan, akan dihasilkan sejumlah produk dan jasa memiliki kualitas yang memiliki daya saing di pasaran. Dalam iklim persaingan usaha yang makin ketat, perusahaan berusaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi (cost of production) Salah satu solusinya adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak. Outsourcing (Alih Daya) dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai pemborongan pekerjaan 12

dan penyediaan jasa tenaga kerja bisnis sehingga dapat berkompetisi dalam pengaturan hukum outsourcing (Alih pasar, dimana hal-hal intern perusahaan Daya) di Indonesia diatur dalam Undang- yang bersifat penunjang (supporting) Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun dialihkan kepada pihak lain yang lebih 2003 (pasal 64, 65 dan 66) dan Keputusan profesional. Pada pelaksanaannya, Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi pengalihan ini juga menimbulkan Republik Indonesia beberapa permasalahan terutama masalah No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan ketenagakerjaan. Problematika mengenai Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Kepmen outsourcing (Alih Daya) memang cukup 101/2004). Pengaturan tentang bervariasi. Hal ini dikarenakan outsourcing (Alih Daya) ini sendiri masih dianggap pemerintah kurang lengkap. penggunaan outsourcing (Alih Daya) dalam dunia usaha di Indonesia kini Dalam Inpres No. 3 Tahun 2006 semakin marak dan telah menjadi tentang paket Kebijakan Iklim Investasi kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda disebutkan bahwa outsourcing (Alih oleh pelaku usaha, sementara regulasi Daya) sebagai salah satu faktor yang harus diperhatikan dengan serius dalam menarik iklim investasi ke Indonesia. Bentuk keseriusan pemerintah tersebut dengan menugaskan menteri tenaga kerja untuk membuat draft revisi terhadap yang ada belum terlalu memadai untuk mengatur tentang outsourcing yang telah berjalan tersebut. Secara garis besar permasalahan hukum yang terkait dengan penerapan outsourcing (Alih Daya) di Indonesia sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 1. Bagaimana perusahaan melakukan Tentang Ketenagakerjaan. klasifikasi terhadap pekerjaan utama Outsourcing tidak dapat dipandang (core business) dan pekerjaan secara jangka pendek saja, dengan penunjang perusahaan (non core menggunakan outsourcing perusahaan bussiness) yang merupakan dasar dari pasti akan mengeluarkan dana lebih pelaksanaan outsourcing (Alih Daya) sebagai management fee perusahaan? outsourcing. Outsourcing harus dipandang 2. Bagaimana hubungan hukum antara secara jangka panjang, mulai dari karyawan outsourcing (Alih Daya) pengembangan karir karyawan, efisiensi den perusahaan pengguna jasa dalam bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya. Perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya dalam outsourcing? 3. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa bila ada karyawan outsource 13

yang melanggar aturan kerja pada lokasi perusahaan pemberi kerja? II. DEFINISI OUTSOURCING Dalam pengertian umum, istilah outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai contract (work) out seperti yang tercantum dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak itu sendiri diartikan sebagai berikut: Contract to enter into or make a contract. From the latin contractus, the past participle of contrahere, to draw together, bring about or enter into an agreement. (Webster s English Dictionary) Pengertian outsourcing (Alih Daya) secara khusus didefinisikan oleh Maurice F Greaver II, pada bukunya Strategic Outsourcing, A Structured Approach to Outsourcing: Decisions and Initiatives, dijabarkan sebagai berikut : Strategic use of outside parties to perform activities, traditionally handled by internal staff and respurces. Menurut definisi Maurice Greaver, Outsourcing (Alih Daya) dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside provider), dimana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerjasama. Beberapa pakar serta praktisi outsourcing (Alih Daya) dari Indonesia juga memberikan definisi mengenai outsourcing, antara lain menyebutkan bahwa outsourcing (Alih Tentang Ketenagakerjaan outsourcing 14 Daya) dalam bahasa Indonesia disebut sebagai alih daya, adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan jasa outsourcing). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Muzni Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mendefinisikan pengertian outsourcing (Alih Daya) sebagai memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, terdapat persamaan dalam memandang outsourcing (Alih Daya) yaitu terdapat penyerahan sebagian kegiatan perusahaan pada pihak lain. III. PENGATURAN OUTSOURCING (ALIH DAYA) DALAM UNDANG- UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai dasar hukum diberlakukannya outsourcing (Alih Daya) di Indonesia, membagi outsourcing (Alih Daya) menjadi dua bagian, yaitu: pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh. Pada perkembangannya dalam draft revisi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

(Alih Daya) mengenai pemborongan pekerjaan dihapuskan, karena lebih condong ke arah sub contracting pekerjaan dibandingkan dengan tenaga kerja. Untuk mengkaji hubungan hukum antara karyawan outsourcing (Alih Daya) dengan perusahaan pemberi pekerjaan, akan diuraikan terlebih dahulu secara garis besar pengaturan outsourcing (Alih Daya) dalam UU No.13 tahun 2003. Dalam UU No.13/2003, yang menyangkut outsourcing (Alih Daya) adalah pasal 64, pasal 65 (terdiri dari 9 ayat), dan pasal 66 (terdiri dari 4 ayat). Pasal 64 adalah dasar dibolehkannya outsourcing. Dalam pasal 64 dinyatakan bahwa: Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Pasal 65 memuat beberapa ketentuan diantaranya adalah: penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis (ayat 1); pekerjaan yang diserahkan pada pihak lain, seperti yang dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; - dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; - merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; - tidak menghambat proses produksi secara langsung. (ayat 2) perusahaan lain (yang diserahkan pekerjaan) harus berbentuk badan hukum (ayat 3); perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan lain sama dengan perlindungan kerja dan syaratsyarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundangan (ayat 4); perubahan atau penambahan syaratsyarat tersebut diatas diatur lebih lanjut dalam keputusan menteri (ayat 5); hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan diatur dalam perjanjian tertulis antara perusahaan lain dan pekerja yang dipekerjakannya (ayat 6) hubungan kerja antara perusahaan lain dengan pekerja/buruh dapat didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu (ayat 7); bila beberapa syarat tidak terpenuhi, antara lain, syarat-syarat mengenai pekerjaan yang diserahkan pada pihak lain, dan syarat yang menentukan 15

bahwa perusahaan lain itu harus berbadan hukum, maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan (ayat 8). Pasal 66 UU Nomor 13 tahun 2003 mengatur bahwa pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa tenaga kerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Perusahaan penyedia jasa untuk tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi juga harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: adanya hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja; perjanjian kerja yang berlaku antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani kedua belah pihak; perlindungan upah, kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis. Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Dalam hal syarat-syarat diatas tidak terpenuhi (kecuali mengenai ketentuan perlindungan kesejahteraan), maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. IV. PENENTUAN PEKERJAAN UTAMA (CORE BUSINESS) DAN PEKERJAAN PENUNJANG (NON CORE BUSINESS) DALAM PERUSAHAAN SEBAGAI DASAR PELAKSANAAN OUTSOUCING. Berdasarkan pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 outsourcing (Alih Daya) dibolehkan hanya untuk kegiatan penunjang, dan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. R.Djokopranoto dalam materi seminarnya menyampaikan bahwa : Dalam teks UU no 13/2003 tersebut disebut dan dibedakan antara usaha atau kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Ada persamaan pokok antara bunyi UU 16

tersebut dengan praktek industri, yaitu bahwa yang di outsource umumnya (tidak semuanya) adalah kegiatan penunjang (non core business), sedangkan kegiatan pokok (core business) pada umumnya (tidak semuanya) tetap dilakukan oleh perusahaan sendiri. Namun ada potensi masalah yang timbul. Potensi masalah yang timbul adalah apakah pembuat dan penegak undang-undang di satu pihak dan para pengusaha dan industriawan di lain pihak mempunyai pengertian dan interpretasi yang sama mengenai istilahistilah tersebut. Kesamaan interpretasi ini penting karena berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan outsourcing (Alih Daya) hanya dibolehkan jika tidak menyangkut core business. Dalam penjelasan pasal 66 UU No.13 tahun 2003, disebutkan bahwa : Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan.kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh catering, usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh. Interpretasi yang diberikan undang-undang masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha saat ini dimana penggunaan outsourcing (Alih Daya) semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan. Konsep dan pengertian usaha pokok atau core business dan kegiatan penunjang atau non core business adalah konsep yang berubah dan berkembang secara dinamis. Oleh karena itu tidak heran kalau Alexander dan Young (1996) mengatakan bahwa ada empat pengertian yang dihubungkan dengan core activity atau core business. Keempat pengertian itu ialah : Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan. Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis. Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun di waktu yang akan datang. Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang, inovasi, atau peremajaan kembali. Interpretasi kegiatan penunjang yang tercantum dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003 condong pada definisi yang pertama, dimana outsourcing (Alih Daya) dicontohkan dengan aktivitas berupa pengontrakan biasa untuk memudahkan pekerjaan dan menghindarkan masalah tenaga kerja. Outsourcing (Alih Daya) pada dunia 17

modern dilakukan untuk alasan-alasan Pengaturan lebih lanjut untuk hal-hal yang strategis, yaitu memperoleh semacam ini belum diakomodir oleh keunggulan kompetitif untuk menghadapi peraturan ketenagakerjaan di Indonesia. persaingan dalam rangka Perusahaan dalam melakukan mempertahankan pangsa pasar, menjamin perencanaan untuk melakukan kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Outsourcing (Alih Daya) untuk outsourcing terhadap tenaga kerjanya, mengklasifikasikan pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang ke dalam suatu meraih keunggulan kompetitif ini dapat dokumen tertulis dan kemudian dilihat pada industri-industri mobil besar melaporkannya kepada instansi di dunia seperti Nissan, Toyota dan ketenagakerjaan setempat. Honda. Pada awalnya dalam proses Pembuatan dokumen tertulis produksi mobil, core business nya terdiri dari pembuatan desain, pembuatan suku cadang dan perakitan. Pada akhirnya yang penting bagi penerapan outsourcing di perusahaan, karena alasan-alasan sebagai berikut : menjadi core business hanyalah 1. Sebagai bentuk kepatuhan perusahaan pembuatan desain mobil sementara terhadap ketentuan tentang pembuatan suku cadang dan perakitan diserahkan pada perusahaan lain yang lebih kompeten, sehingga perusahaan mobil tersebut bisa meraih keunggulan kompetitif. ketenagakerjaan dengan melakukan pelaporan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat; 2. Sebagai pedoman bagi manajemen dalam melaksanakan outsourcing pada Dalam hal outsourcing (Alih bagian-bagian tertentu di perusahaan; Daya) yang berupa penyediaan pekerja, dapat dilihat pada perkembangannya saat 3. Sebagai sarana sosialisasi kepada pihak pekerja tentang bagian-bagian ini di Indonesia, perusahaan besar seperti mana saja di perusahaan yang Citibank banyak melakukan outsource dilakukan outsourcing terhadap untuk tenaga-tenaga ahli, sehingga pekerjanya; interpretasi outsource tidak lagi hanya 4. Meminimalkan risiko perselisihan sekadar untuk melakukan aktivitasaktivitas dengan pekerja, serikat pekerja, penunjang seperti yang pemerintah serta pemegang saham didefinisikan dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003. Untuk itu batasan pengertian mengenai keabsahan dan pengaturan tentang outsourcing di Perusahaan. core business perlu disamakan lagi interpretasinya oleh berbagai kalangan. 18

V. PERJANJIAN DALAM pekerjaan atau perjanjian penyediaan OUTSOURCING jasa pekerja yang dibuat secara Hubungan kerjasama antara tertulis. Pekerjaan yang dapat Perusahaan outsourcing dengan diserahkan kepada perusahaan lain perusahaan pengguna jasa outsourcing tentunya diikat dengan suatu perjanjian tertulis. Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) dapat berbentuk perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; pemborongan pekerjaan atau perjanjian b. Dilakukan dengan perintah penyediaan jasa pekerja/buruh. Perjanjianperjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang tercantum dalam pasal 1320 langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c. Merupakakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; KUH Perdata, yaitu: d. Tidak menghambat proses 1. Sepakat, bagi para pihak; produksi secara langsung. 2. Kecakapan para pihak untuk membuat e. Dalam hal penempatan suatu perikatan; pekerja/buruh maka perusahaan 3. Suatu hal tertentu; pengguna jasa pekerja akan 4. Sebab yang halal. membayar sejumlah dana Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) juga tidak semata-mata hanya (management fee) pada perusahaan penyedia pekerja/buruh. mendasarkan pada asas kebebasan 2. Perjanjian perusahaan penyedia berkontrak sesuai pasal 1338 KUH pekerja/buruh dengan karyawan; Perdata, namun juga harus memenuhi Penyediaan jasa pekerja atau buruh ketentuan ketenagakerjaan, yaitu UU untuk kegiatan penunjang perusahaan No.13 Tahun 2003 tentang hatus memenuhi syarat sebagai Ketenagakerjaan. Dalam penyediaan jasa pekerja, ada 2 tahapan perjanjian yang dilalui yaitu: 1. Perjanjian antara perusahaan pemberi berikut: a. Adanya hubungan kerja antara pekerja atau buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja atau buruh; pekerjaan dengan perusahaan b. Perjanjian kerja yang berlaku penyedia pekerja/buruh; dalam hubungan kerja adalah Perusahaan dapat menyerahkan perjanjian kerja untuk waktu sebagian pekerjaan kepada perusahaan tertentu yang memenuhi lain melalui perjanjian pemborongan persyaratan dan atau perjanjian 19

kerja waktu tidak tertentu yang kerja antara karyawan dengan perusahaan dibuat secara tertulis dan outsource. Bentuk perjanjian kerja yang ditandatangani oleh kedua pihak; lazim digunakan dalam outsourcing c. Perlindungan usaha dan adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu kesejahteraan, syarat-syarat kerja (PKWT). Bentuk perjanjian kerja ini maupun perselisihan yang timbul dipandang cukup fleksibel bagi menjadi tanggung jawab perusahaan pengguna jasa outsourcing, perusahaan penyedia jasa karena lingkup pekerjaannya yang pekerja/buruh. berubah-ubah sesuai dengan Dengan adanya 2 (dua) perjanjian tersebut maka walaupun karyawan seharihari perkembangan perusahaan. Karyawan outsourcing walaupun bekerja di perusahaan pemberi secara organisasi berada di bawah pekerjaan namun ia tetap berstatus sebagai karyawan perusahaan penyedia pekerja. perusahaan outsourcing, namun pada saat rekruitment, karyawan tersebut harus Pemenuhan hak-hak karyawan seperti mendapatkan persetujuan dari pihak perlindungan upah dan kesejahteraan, perusahaan pengguna outsourcing. syarat-syarat kerja serta perselisihan yang Apabila perjanjian kerjasama antara timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan outsourcing dengan perusahaan penyedia jasa pekerja. perusahaan pengguna jasa outsourcing Perjanjian kerja antara karyawan dengan berakhir, maka berakhir juga perjanjian perusahaan outsourcing (Alih Daya) dapat kerja antara perusahaan outsourcing berupa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dengan karyawannya. (PKWT) maupun Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). VI. HUBUNGAN HUKUM ANTARA Perjanjian kerja antara karyawan KARYAWAN OUTSOURCING (ALIH outsourcing dengan perusahaan DAYA) DENGAN PERUSAHAAN outsourcing biasanya mengikuti jangka PENGGUNA OUTSOURCING waktu perjanjian kerjasama antara Hubungan hukum Perusahaan perusahaan outsourcing dengan Outsourcing (Alih Daya) dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing. perusahaan pengguna outsourcing (Alih Hal ini dimaksudkan apabila perusahaan Daya) diikat dengan menggunakan pengguna jasa outsourcing hendak Perjanjian Kerjasama, dalam hal mengakhiri kerjasamanya dengan penyediaan dan pengelolaan pekerja pada perusahaan outsourcing, maka pada waktu yang bersamaan berakhir pula kontrak bidang-bidang tertentu yang ditempatkan dan bekerja pada perusahaan pengguna 20

outsourcing. Karyawan outsourcing (Alih Daya) menandatandatangani perjanjian kerja dengan perusahaan outsourcing dalam hal yang menyangkut normanorma kerja, waktu kerja dan aturan kerja. Untuk benefit dan tunjangan (Alih Daya) sebagai dasar hubungan biasanya menginduk perusahaan ketenagakerjaannya. Dalam perjanjian outsource. kerja tersebut disebutkan bahwa karyawan ditempatkan dan bekerja di perusahaan pengguna outsourcing. Dari hubungan kerja ini timbul Dalam hal terjadi pelanggaran yang dilakukan pekerja, dalam hal ini tidak ada kewenangan dari perusahaan pengguna jasa pekerja untuk melakukan suatu permasalahan hukum, karyawan penyelesaian sengketa karena antara outsourcing (Alih Daya) dalam perusahaan pengguna jasa pekerja (user) penempatannya pada perusahaan dengan karyawan outsource secara hukum pengguna outsourcing (Alih Daya) harus tidak mempunyai hubungan kerja, tunduk pada Peraturan Perusahaan (PP) sehingga yang berwenang untuk atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) menyelesaikan perselisihan tersebut yang berlaku pada perusahaan pengguna oustourcing tersebut, sementara secara adalah perusahaan penyedia jasa pekerja, walaupun peraturan yang dilanggar adalah hukum tidak ada hubungan kerja antara peraturan perusahaan pengguna jasa keduanya. Hal yang mendasari mengapa karyawan outsourcing (Alih Daya) harus pekerja (user). Peraturan perusahaan berisi tunduk pada peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban antara pemberi kerja adalah : perusahaan dengan karyawan outsourcing. 1. Karyawan tersebut bekerja di Hak dan kewajiban menggambarkan suatu tempat/lokasi perusahaan pemberi hubungan hukum antara pekerja dengan kerja; perusahaan, dimana kedua pihak tersebut 2. Standard Operational Procedures sama-sama terikat perjanjian kerja yang (SOP) atau aturan kerja perusahaan pemberi kerja harus dilaksanakan oleh disepakati bersama. Sedangkan hubungan hukum yang ada adalah antara perusahaan karyawan, dimana semua hal itu Outsourcing (Alih Daya) dengan tercantum dalam peraturan perusahaan perusahaan pengguna jasa, berupa pemberi kerja; 3. Bukti tunduknya karyawan adalah pada Memorandum of Understanding (MoU) antara perusahaan outsource perjanjian penyediaan pekerja. Perusahaan pengguna jasa pekerja dengan karyawan tidak memiliki hubungan kerja secara langsung, baik dalam bentuk perjanjian dengan perusahaan pemberi kerja, 21

kerja waktu tertentu maupun perjanjian outsourcing dengan karyawan pada kerja waktu tidak tertentu. perusahaan pengguna outsourcing. Halhal Apabila ditinjau dari terminologi yang terdapat pada Peraturan hakikat pelaksanaan Peraturan Perusahaan yang disepakati untuk ditaati, Perusahaan, maka peraturan perusahaan disosialisasikan kepada karyawan dari perusahaan pengguna jasa tidak dapat outsourcing oleh perusahaan outsourcing. diterapkan untuk karyawan outsourcing Sosialisasi ini penting untuk (Alih Daya) karena tidak adanya meminimalkan tuntutan dari karyawan hubungan kerja. Hubungan kerja yang outsourcing yang menuntut dijadikan terjadi adalah hubungan kerja antara karyawan tetap pada perusahaan karyawan outsourcing (Alih Daya) dengan pengguna jasa outsourcing, dikarenakan perusahaan outsourcing, sehingga kurangnya informasi tentang hubungan seharusnya karyawan outsourcing (Alih hukum antara karyawan dengan Daya) menggunakan peraturan perusahaan perusahaan pengguna outsourcing. outsourcing, bukan peraturan perusahaan Perbedaan pemahaman tesebut pengguna jasa pekerja. pernah terjadi pada PT Toyota Astra Karyawan outsourcing yang Motor, salah satu produsen mobil di ditempatkan di perusahaan pengguna Indonesia. Dimana karyawan outsourcing outsourcing tentunya secara aturan kerja khusus pembuat jok mobil Toyota dan disiplin kerja harus mengikuti melakukan unjuk rasa serta mogok kerja ketentuan yang berlaku pada perusahaan pengguna outsourcing. Dalam perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna outsourcing harus jelas di awal, tentang ketentuan apa saja yang harus ditaati oleh karyawan untuk menuntut dijadikan karyawan PT Toyota Astra Motor. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai status hubungan hukum mereka dengan PT Toyota Astra Motor selaku perusahaan pengguna outsourcing. outsourcing selama ditempatkan pada perusahaan pengguna outsourcing. Halhal VII. PENYELESAIAN PERSELISIHAN yang tercantum dalam peraturan DALAM OUTSOURCING (ALIH perusahaan pengguna outsourcing DAya) sebaiknya tidak diasumsikan untuk Dalam pelaksanaan outsourcing dilaksanakan secara total oleh karyawan (Alih Daya) berbagai potensi perselisihan outsourcing. mungkin timbul, misalnya berupa Misalkan masalah benefit, pelanggaran peraturan perusahaan oleh tentunya ada perbedaan antara karyawan karyawan maupun adanya perselisihan 22

antara karyawan outsource dengan suatu dokumen tertulis yang disusun oleh karyawan lainnya. Menurut pasal 66 ayat manajemen perusahaan. Dalam (2) huruf c UU No.13 Tahun 2003, melakukan outsourcing perusahaan penyelesaian perselisihan yang timbul pengguna jasa outsourcing bekerjasama menjadi tanggung jawab perusahaan dengan perusahaan outsourcing, dimana penyedia jasa pekerja. Jadi walaupun yang dilanggar oleh karyawan outsource adalah hubungan hukumnya diwujudkan dalam suatu perjanjian kerjasama yang memuat peraturan perusahaan pemberi pekerjaan, antara lain tentang jangka waktu yang berwenang menyelesaikan perjanjian serta bidang-bidang apa saja perselisihan tersebut adalah perusahaan yang merupakan bentuk kerjasama penyedia jasa pekerja. outsourcing. Karyawan outsourcing Dalam hal ini perusahaan menandatangani perjanjian kerja dengan outsource harus bisa menempatkan diri perusahaan outsourcing untuk dan bersikap bijaksana agar bisa ditempatkan di perusahaan pengguna mengakomodir kepentingan karyawan, outsourcing. maupun perusahaan pengguna jasa Karyawan outsourcing selama pekerja, mengingat perusahaan pengguna jasa pekerja sebenarnya adalah pihak yang lebih mengetahui keseharian performa ditempatkan diperusahaan pengguna jasa outsourcing wajib mentaati ketentuan kerja yang berlaku pada perusahaan karyawan, daripada perusahaan outsource outsourcing, dimana hal itu harus itu sendiri. Ada baiknya perusahaan dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. outsource secara berkala mengirim Mekanisme Penyelesaian perselisihan pewakilannya untuk memantau para ketenagakerjaan diselesaikan secara karyawannya di perusahaan pengguna jasa internal antara perusahaan outsourcing pekerja sehingga potensi konflik bisa dengan perusahaan pengguna jasa dihindari dan performa kerja karyawan outsourcing, dimana perusahaan bisa terpantau dengan baik. outsourcing seharusnya mengadakan pertemuan berkala dengan karyawannya VIII. KESIMPULAN untuk membahas masalah-masalah Outsourcing (Alih daya) sebagai ketenagakerjaan yang terjadi dalam suatu penyediaan tenaga kerja oleh pihak lain dilakukan dengan terlebih dahulu memisahkan antara pekerjaan utama (core business) dengan pekerjaan penunjang pelaksanaan outsourcing. Dewasa ini outsourcing sudah menjadi trend dan kebutuhan dalam dunia usaha, namun pengaturannya masih belum perusahaan (non core business) dalam memadai. Sedapat mungkin segala 23

kekurangan pengaturan outsourcing dapat termuat dalam revisi UU Ketenagakerjaan yang sedang dipersiapkan dan peraturan pelaksanaanya, sehingga dapat mengakomodir kepentingan pengusaha dan melindungi kepentingan pekerja. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Asri Wijayanti, Cetakan ke dua September 2010, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta. Iman Soepomo, 1986, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Paradnya Paramita, Jakarta. Imam soepomo penyunting Helena poerwanto, Suliati Rachmat, 2003, Pengantar Hukum Perburuhan, jakarta, Djambatan Oloan Sitorus dan Darwinsyah Minim, 2005, Membangun Teori Hukum Indonesia, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta. Siswanto Sastrohadiwiryo, Cetakan ke II 2003, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta. Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2. Peraturan perundangan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kitab Undang Hukum Perdata. Undang-undang No 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Republik Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Tramsmigrasi No. PER-01/MEN/1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-226/ME/2000 Tentang Upah Minimum. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Kep 49 / MEN / 2004 Tentang Struktur dan Skala Upah. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kep. No. 100 / MEN / 2004, Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Terrtentu. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.KEP 231/MEN/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. 3. Internet Henri. Teori-Teori Hukum, melalui, http://www.detik.com, Samsul Maarif, Teori-Teori Tujuan Sebuah Negara, melalui http://www.unjabisnis.net, Zen Zanibar. Kerangka Pemahaman Filsafat Hukum, melalui http://www.google.com, Teori Keadilan John Rawls Pemahaman Sederhana Buku A Theory of justice, melalui www.google.com 24