BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
Prarancangan Pabrik Cellulose Murni dari Bagasse Ampas Tebu dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

(Pra <Rancangan <Pa6rik\,'Furfurat dariampas Tebu (Bagasse) Xapasitas ton pertahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

<Pra (Rancangan (pabri^ metil'klorida dari <MetanoCdan asam Florida ton/tafiun PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. menjadi salah satu tulang punggung perekonomian bangsa kita. Titik berat pembangunan saat ini adalah pembangunan dibidang ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

pembersih sepcrti pembersih Iantai, dan Iain-lain. (Kirk and Othmer, 1977;

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. tablet, karena tablet secara fisik lebih stabil, mudah diformulasikan, lebih

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Prarancangan Pabrik Natrium Difosfat Heptahidrat Dari Natrium Klorida dan Asam Fosfat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

1.2. Kapasitas Perancangan Penentuan kapasitas produksi pabrik hexamine, didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Agus Dwi Harjanto (D )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Disusun oleh: Ferlyna Sari ( ) Siti Nurhajijah ( ) Pembimbing : Ir. Budi Setiawan, M.T

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

PRARANCANGAN PABRIK MONOSODIUM GLUTAMAT DARI MOLASSES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam

Prarancangan Pabrik Tetrafluoroethylene dari Chlorodifluoromethane dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB I PENDAHULUAN. cukup luas seperti industri (Purified Terepthalic Acid) PTA, industri etil

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Furfural dari Tongkol Jagung dengan Kapasitas ton/tahun. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Sodium Tripolyphosphate dari Asam Fosfat dan Natrium Karbonat dengan Kapasitas 70.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan untuk pembuatan Asphalt Sealer, cetakan beton, adhesive, coating, filler tablet dan sealant. Selain itu, konversi selulosa menjadi biofuel seperti cellulosic ethanol sudah mulai dikembangkan sebagai sumber energi alternatif. Pengembangan pabrik penghasil selulosa dari bagasse telah dilakukan sejak tahun 1950. Penelitian awal dilakukan oleh Louisiana State University, Hawaiian Sugar Planter s Association serta Pandia Division of the Black Clawson Company (Atchison, 1990). Pada tahun 1954, William Nolan mengoptimalkan proses delignifikasi yang terjadi. Kemudian pada tahun 1960, Durant mengembangkan alat digester sebagai reaktor delignifikasi yang kini umum dipakai dalam pabrik selulosa dari bagasse. Kebutuhan selulosa total di Indonesia tidak terlalu besar. Untuk industri pulp, kebutuhannya sebesar 7.638 ton/tahun. Sebanyak 613 ton kebutuhan selulosa tiap tahunnya masih didapat dari luar negeri. (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia) Sebaliknya, kebutuhan selulosa di dunia, khususnya Jepang dan Asia Tenggara sangat besar. Terjadi peningkatan permintaan selulosa yang cukup besar antara tahun 1970-1990. Pada tahun 1970, permintaan selulosa sebagai bahan baku tekstil mencapai 220.000 ton. Sedangkan pada tahun 1990, kebutuhan selulosa untuk industri tekstil meningkat menjadi 420.000 ton. Kebutuhan selulosa total sendiri mencapai 3,2 juta ton pada tahun 2000. (Chemical cellulose & Ngodwana Mill conversion) Pembangunan pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nasional yang sebagian besar masih mengandalkan produk impor. Selain itu, dengan didirikannya industri selulosa maka dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan meningkatkan perekonomian warga Indonesia. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan selulosa pada pabrik ini adalah bagasse atau ampas tebu. Bagasse memiliki kandungan selulosa sebanyak 25-50% (Kirk and Othmer, 1955). Jumlah produksi bagasse dari hasil produksi gula sangat banyak, sekitar 6.000.000 ton/tahun. Pada pabrik gula, bagasse ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada boiler. Bagasse yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar sekitar 60-80% dari bagasse yang dihasilkan, sedangkan sisanya belum termanfaatkan secara maksimal. 1

Secara umum, konversi bagasse menjadi selulosa melalui proses soda mencapai angka 60-70%. Maka, dengan mengambil nilai konversi sebesar 62,5%, kapasitas produksi pabrik yang akan dibangun adalah 400.000 ton/tahun. Berikut ini merupakan perhitungan yang dilakukan untuk menentukan kapasitas pabrik: Jumlah bagasse yang dihasilkan =16.000 ha/tahun 100 ton/ha =1.600.000 ton/tahun Bagasse yang tersedia = 40% 1.600.000 ton/tahun =640.000 ton/tahun Kapasitas produksi = 62,5% 640.000 ton/tahun =400.000 ton/tahun Kapasitas produksi pabrik yang telah ada adalah sekitar 210.000-510.000 ton/tahun (Chemical cellulose & Ngodwana Mill conversion, 2011). Maka kapasitas produksi yang akan dicapai adalah 400.000 ton/tahun. Penetapan dan pemilihan lokasi pabrik ini berdasarkan ketersediaan bahan baku. menurut data statistik Indonesia tahun 2002, luas tanaman tebu di Indonesia 395.399,44 ha, yang tersebar di Pulau Sumatera seluas 99.383,8 ha, Pulau Jawa seluas 265.671,82 ha, Pulau Kalimantan seluas 13.970,42 ha, dan Pulau Sulawesi seluas 16.373,4 ha. Diperkirakan setiap ha tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton bagasse. (http://www.menlh.go.id/) Dengan luas perkebunan tebu yang mencapai 265.671,82 ha, Pulau Jawa merupakan salah satu daerah yang potensial sebagai lokasi pembangunan pabrik. Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah yang melarang didirikannya pabrik jenis ini di Pulau Jawa karena masalah jumlah penduduk yang padat (http://www.datacon.co.id/pulp-2011industri.html), maka pabrik ini lebih potensial untuk didirikan di luar Jawa. Pulau Sumatera memiliki luas perkebunan tebu sekitar 99.383,8 ha. Perkebunan tebu terluas di Sumatera berada di daerah Lampung Tengah, yaitu sekitar 60.000 ha (http://regionalinvestment.bkpm.go.id). Maka, lokasi pembangunan pabrik ini dipilih di daerah Lampung Tengah. Utilitas merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan. Kebutuhan air untuk proses produksi pabrik dapat dipenuhi dari sungai Way Terusan. Sedangkan kebutuhan listrik didapat dari PLN. Dari segi transportasi, jalur transportasi darat mudah diakses untuk keperluan penjualan produk dan suplai bahan baku. Lokasi pabrik berada di dekat Jalur Lintas Sumatera. Untuk keperluan pengapalan, Pelabuhan Panjang dapat ditempuh dalam waktu 3-4 jam. 2

B. TINJAUAN PUSTAKA Bahan baku produksi selulosa yang umumnya merupakan bahan kayu mengadung selulosa, lignin dan pentosan sebagai persentase terbesarnya. Untuk menghasilkan selulosa dengan kemurnian tinggi, lignin dan pentosan dalam bahan kayu harus dihilangkan. Proses penghilangan lignin dalam pembuatan selulosa yang telah dikenal terdiri dari 3 proses, yaitu proses sulfat, proses soda, dan proses sulfit. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari setiap proses. Penjelasan secara singkat dari setiap proses dijabarkan sebagai berikut: 1. Proses Basa a. Proses Sulfat Larutan pemasak = Na 2 S, NaOH, Na 2 CO 3 Bahan baku yang berupa kayu keras dan lunak dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong. Bahan yang telah berukuran kecil kemudian dimasukkan ke dalam sebuah bejana yang disebut digester. Pada bagian ini, ditambahkan larutan pemasak yang berfungsi untuk memisahkan selulosa dari zat-zat lain. Reaksi yang terjadi sangat rumit, namun secara sederhana dapat ditulis sebagai: Kayu selulosa + senyawa alkohol + senyawa merkaptan + zat pengotor b. Proses Soda Larutan pemasak yang digunakan dalam proses ini adalah NaOH dengan kadar 40%. Proses yang dilakukan sama dengan proses sulfat. Bahan baku yang cocok digunakan dalam proses ini adalah merang, jerami atau ampas tebu. Proses dilakukan pada suhu 160ºC pada tekanan 7 atm. 2. Proses Asam (Proses Sulfit) Secara garis besar, proses sulfit dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang sama dengan proses basa, hanya membutuhkan larutan pemasak yang berbeda. Larutan pemasak yang digunakan dalam proses ini adalah SO 2, Ca(HSO 3 ) 2, Mg(HSO 3 ) 2. Bahan baku yang sesuai adalah bahan dengan serat berukuran panjang. (www.pantonanews.com) Sedangkan proses penghilangan pentosan yang sering digunakan adalah proses hidrolisis, dimana pentosan diubah menjadi furfural dengan bantuan katalis berupa larutan asam. Proses penghilangan pentosan dilakukan dengan proses hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: (C 5 H 8 O 4 ) n + n H 2 O n C 5 H 10 O 5 nc 5 H 10 O 5 nc 5 H 4 O 2 + 3n H 2 O 3

Reaksi tersebut menggunakan katalis berupa asam kuat encer (HNO 3, HCl, H 2 SO 4, H 3 PO 4 ), dan menghasilkan furfural dan air. Reaksi dilakukan pada suhu 150ºC dan tekanan 7 atm. Proses yang ada Economic aspect Bahan baku Kemurnian produk Pertimbangan Kondisi operasi SHE aspect Toksisitas material Proses Sulfat Tidak Sesuai 97% Tekanan Tinggi Toksik Proses Soda Sesuai 96% Tekanan Tinggi Tidak Toksik Proses Sulfit Tidak Sesuai 92% Tekanan Tinggi Toksik Tabel 1. Pertimbangan Pemilihan Proses Delignifikasi Berdasarkan pertimbangan pemilihan proses tersebut, dapat dilihat bahwa dari segi bahan baku, proses basa merupakan proses yang paling sesuai. Selain dari spesifikasi bahan baku, proses ini juga membutuhkan bahan kimia yang lebih sedikit, sehingga lebih menguntungkan. Berdasarkan pertimbangan di atas, untuk proses penghilangan lignin pada pabrik ini dipilih proses basa. Sedangkan proses penghilangan pentosan dilakukan dengan hidrolisis menggunakan H 2 SO 4. berikut: Proses produksi selulosa dari bagasse ampas tebu secara garis besar adalah sebagai 1. Proses Pretreatment Proses pretreatment ini dilakukan untuk melunakkan (Punsuvon, 2008) dan memisahkan pentosan dan lignin dari struktur biomassa (Rueda, 2010). Proses ini dilakukan dengan mencampurkan bagasse dengan air bersuhu 100 ºC. Penambahan air bersuhu 100 ºC ini akan mempercepat penghilangan pentosan dan lignin dari biomassa (Sumada, 2011). Selain itu, proses ini juga memudahkan proses selanjutnya karena hasil yang keluar dapat dipompa, mengingat tekanan pada proses berikutnya mencapai 7 atm. 2. Proses Hidrolisis Proses ini merupakan proses penghilangan pentosan dari bagasse. Pada proses ini, bahan ditambahkan dengan larutan H 2 SO 4 1,5% yang berfungsi sebagai katalis pada reaksi pentosan menjadi furfural (Darouneh, 2012). Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah: Hidrolisis pentosan menjadi pentosa: 4

(C 5 H 8 O 4 )n + nh 2 O nc 5 H 10 C 5 Dehidrasi pentosa membentuk furfural: nc 5 H 10 O 5 nc 5 H 4 O 2 + 3nH 2 O 3. Proses Delignifikasi Proses delignifikasi merupakan proses penghilangan lignin dari bahan, sehingga hasil dari proses ini sudah berupa selulosa dengan kemurnian yang cukup besar. Pada proses ini, bahan dicampur dengan larutan NaOH 40 %. Lignin yang terdapat pada bahan akan bereaksi dengan NaOH dan membentuk Natrium Lignat, yang kemudian dipisahkan dari produk (Durant, 1960). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Lignin + NaOH Na-lignat + H 2 O 4. Proses Pemurnian Proses pemurnian yang dilakukan adalah memisahkan antara padatan berupa selulosa dengan cairan Na-lignat menggunakan Rotary Drum Vacuum Filter. Padatan yang berupa selulosa kemudian dikeringkan menggunakan Rotary Dryer sehingga dihasilkan produk berupa selulosa dengan kemurnian 92%. 5