BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Berdasarkan data BPS (2011), jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) diperkirakan sebanyak 51,95 juta jiwa atau 25,69% dari penduduk Indonesia yang berjumlah 241,13 juta jiwa. Dari data tersebut diketahui kelompok umur pemuda yang berusia 16-20 tahun sebesar 32,06%. Berbagai upaya pembangunan untuk menggali potensi remaja dilakukan, sehingga menyebabkan perubahan pada kehidupan remaja. Apabila upaya pembangunan yang dilakukan seimbang dan proporsional tentu tidak akan menimbulkan masalah yang cukup berarti, akan tetapi adanya ketidakseimbangan upaya pembangunan yang dilakukan terutama terhadap remaja, akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri. Salah satu masalahnya adalah terjadinya perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan perilaku seksual pranikah di kalangan remaja (Notoatmodjo, 2007). Menurut data BPS, BkkbN, DEPKES RI dan Macro Internasional (2008), yang mencatat Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) tahun 2007, masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS serta Napza 1

dan rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja serta median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) (2011), yang mencatat perilaku seksual di 27 dari 32 negara-negara Afrika sub-sahara, di Bangladesh, India dan Nepal dan Yaman, dan dalam semua 10 Amerika Latin dan negara-negara Karibia, diketahui sebanyak 40% sampai 80% perempuan telah aktif dalam seksualitas pada usia 18 tahun, begitu juga di Uganda, sebanyak 4% dari anak lakilaki berusia 10 tahun yang mengatakan mereka sudah melakukan hubungan seksual, 10% pada usia 12 tahun, 22% pada usia 14 tahun, dan lebih dari 70% pada usia 18 tahun. Menurut data BPS, BkkbN, DEPKES RI dan Macro Internasional, 2008, yang mencatat Indonesian Young Adult Reproductive Health Survey (IYARHS) tahun 2007, bahwa remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing 1% pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih berdasarkan survei yang sama, menunjukkan pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka seperti berpegangan tangan dimana pada laki-laki 69% dan perempuan 68,3%, berciuman pada laki-laki 41,2% dan perempuan 29,3% serta meraba/ merangsang pada laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%. Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diperkuat BkkbN (2012) yang mengambil data dari Departemen Kesehatan (Depkes) (2009), bahwa pada empat kota besar yaitu Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya, menunjukkan bahwa

35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah. BkkbN (2012) yang mengutip hasil penelitian dari Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia <17-24 tahun), menunjukkan bahwa 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Dari data tersebut terdapat proporsi yang relatif tinggi pada remaja yang melakukan pernikahan disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Banun dan Setyorogo (2013) pada suatu sekolah tinggi di Jakarta Timur, memaparkan proporsi responden berisiko perilaku seksual pranikah yaitu berciuman bibir 53%, meraba-raba dada 18,4%, kegiatan meraba-raba kelamin 7,7%, menggesek-gesek kelamin 5,7%, hubungan seksual 6,5%. Dan perilaku seksual yang tidak berisiko yaitu berpacaran sebesar 94,3%, kegiatan berpegangan tangan 90,8%, berangkulan 80,1%, berpelukan 69,3% dan berciuman pipi 73,9%. Di Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data BkkbN (2012), bahwa dari 552 remaja yang ada di Sumatera Utara, diketahui sebanyak 86,3% remaja yang berpegangan tangan ketika berpacaran, 32,2% remaja yang melakukan cium bibir, dan sebanyak 8,2% remaja yang melakukan rabaan/rangsangan. Sebanyak 4.9% lakilaki dan 1,5% perempuan telah melakukan hubungan seksual pada saat berpacaran.

Hal ini diperjelas dari penelitian BkkbN (2010), pada remaja di kota Medan yang telah melakukan hubungan seks pranikah sebesar 52%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar tahun 2012 di SMA Bhayangkari Medan, dari 194 responden berdasarkan perilaku seksual remaja sebagian besar yaitu 102 orang (52,6%) berperilaku seksual ringan dan sebanyak 92 orang (47,4%) berperilaku seksual berat. Perilaku seksual yang melanda remaja ini cenderung meningkat. Akibat dari segala dampak yang muncul seperti kehamilan di luar nikah, kawin muda, anak-anak lahir diluar nikah, aborsi, penyakit menular seksual, depresi pada wanita yang terlanjur berhubungan seks dan lain sebagainya (Sarwono, 2012). Hasil survei di Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2012, diketahui bahwa jumlah remaja usia 10-19 tahun adalah sebanyak 70.861 orang, tetapi tidak dapat diketahui secara pasti jumlah remaja yang telah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan data Puskesmas Tanjung Leidong bahwa jumlah remaja putri yang berusia 15-19 tahun di Kecamatan Kualuh Leidong sebanyak 1.344 orang. Dari hasil survei pendahuluan pada 15 (lima belas) remaja yang ada di Kecamatan Kualuh Leidong tentang perilaku seks pranikah, sekitar 80% mengaku sudah melakukan hubungan seksual, sekitar 55% takut melakukan seks pranikah karena takut dosa dan merasa bersalah, akan tetapi mereka juga sudah terlanjur ]melakukan hubungan seksual karena ingin menunjukkan rasa sayang dan cinta terhadap pasangannya. Tahun 2012 terdapat 7 remaja berusia 17-19 tahun yang hamil di luar nikah akibat dari perilaku seks pranikah. Selain itu, menurut hasil wawancara

peneliti dengan tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Kualuh Leidong banyaknya remaja yang membeli tes kehamilan beberapa bulan terakhir ini. Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Kualuh Leidong, pada tahun 2012 terdapat 9% remaja yang menikah usia dini. Hal ini juga dampak dari perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja sehingga masih tingginya angka remaja yang menikah usia dini. Kondisi tersebut sangat meresahkan masyarakat Kualuh Leidong sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menekan tingginya kasus tersebut. Menurut United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) (2009) Remaja didefinisikan sebagai periode antara 10 dan 19 tahun. Hal ini berkelanjutan dari perkembangan fisik, kognitif, perilaku dan psikososial, perubahan ditandai dengan meningkatnya kebebasan individual, yang menumbuhkan rasa identitas dan harga diri serta kemandirian yang lebih baik daripada orang dewasa. Menurut Santrock (2007), remaja merupakan transisi perkembangan antara masa kanak kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan secara fisik, kognitif dan perubahan sosial. Perkembangan itu dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh lingkungan. Santrock (2007) juga mengutip pendapat Bandura (2000) menyatakan bahwa perilaku, lingkungan dan personal/kognisi merupakan faktor yang penting dalam perkembangan remaja. Menurut Soetjiningsih (2007), faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua-remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku

seksual pranikah remaja. Selanjutnya Rahmahwati (2002), juga mengatakan bahwa paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Suryoputro (2006) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah faktor internal meliputi pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan, kemudian faktor eksternal yang meliputi kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. Dalam penelitian ini teori diatas akan dijabarkan menjadi faktor-faktor yang akan dianalisis sebagai faktor yang memengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2013, yaitu diantaranya pengetahuan, sikap, efikasi diri, nilai agama, lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat, pengawasan orang tua, media informasi, dorongan biologis dan pandangan tentang konsep cinta. Notoadmodjo (2007b), menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Pengetahuan seksualitas yang baik dapat menjadikan remaja memiliki tingkah laku seksual yang sehat dan bertanggung jawab.

Menurut Wang (2007) dalam Nuranti (2009), sikap remaja terhadap seks saat ini telah berubah sangat cepat, hubungan seksual pranikah telah dianggap sebagai sesuatu yang wajar oleh remaja. Sikap remaja terhadap seks dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja, yaitu semakin permisif sikap remaja, semakin mengarahkan remaja untuk melakukan hubungan seksual lebih dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuranti di SMA Purwokerto, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi orangtua-remaja dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah. Efikasi diri ini merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. Konsep dasar dari teori efikasi diri ini adalah pada masalah adanya keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunya. Menurut Geldard dan Geldard (2011), peningkatan besar dan sangat berarti dalam produksi hormon seksual terjadi selama pubertas. Hal ini berakibat memicu meningkatkan hasrat seksual, nafsu dan dorongan seksual pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Rosa (2012) yang mengutip pendapat Lesnapurnawan (2009), remaja menyalahartikan atau cenderung kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan pada remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangannya.

Agama merupakan hal yang penting dalam kehidupan remaja. Menurut Santrock (2007), salah satu pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah berkaitan dengan aktivitas seksual. Menurut Santrock (2007) yang mengutip pendapat Gallup dan Benzilla (1992), bahwa dalam seuah survei tentang remaja di Amerika terdapat 95% dari para remaja yang berusia antara 13 hingga 18 tahun menyatakan bahwa mereka percaya akan adanya Tuhan atau spirit universal. Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku teman sebayanya. Albert (2012), mencatat hasil survei yang dilakukan oleh The National Campaign (2012), remaja mengatakan bahwa orangtua paling besar mempengaruhi keputusan mereka tentang seks, lebih daripada teman sebaya, budaya, guru dan lain-lain. Menurut Sarwono (2011), perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Iklim dalam kehidupan bermasyarakat yang kondusif juga sangat memengaruhi perilaku remaja. Remaja tengah menjalani proses mencari jati diri sehingga faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat juga menjadi suatu hal yang sangat penting.

Azwar (2007) menyebutkan bahwa sikap seseorang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan media massa. Menurut Yulianto (2010), dalam penelitiannya yang menggambarkan sikap siswa yang dikaitkan dengan sumber informasi tentang seksualitas didapatkan data sebanyak 100 subjek (46,9%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari televisi, 82 subjek (38,5%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari internet, 16 subjek (7,5%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari koran, 13 subjek (6,1%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari majalah serta 2 subjek (0,9%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari film seks. Berdasarkan latar belakang dan banyaknya faktor faktor yang memengaruhi perilaku seksual, maka penelitian ini akan menganalisis faktor perilaku seks pranikah pada remaja putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2013. 1.2 Permasalahan Tingginya kasus remaja yang menikah usia dini dan hamil diluar nikah yang diakibatkan dari perilaku seks pranikah pada remaja. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mereduksi terhadap sekumpulan faktor faktor seperti faktor pengetahuan, sikap, efikasi diri, dorongan biologis, pandangan tentang konsep cinta, nilai agama, lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat, pengawasan orangtua, media informasi, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor yang memengaruhi perilaku seks pranikah.

1.4 Manfaat Penelitian 1 Remaja diharapkan agar mampu memberi kesan yang baik tentang dirinya, mengendalikan dorongan seksualnya kearah positif dan tidak terjebak dalam perilaku seksual pranikah sehingga mampu berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangannya. 2 Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi lembaga pengambil keputusan kebijakan seperti BkkbN, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Instansi lain yang terkait dalam menentukan kebijakan pendidikan dasar kesehatan reproduksi pada remaja di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara.