BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang penting bagi semua warga Negara, karena lewat pendidikan manusia dididik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dan memiliki budi pekerti yang luhur. Seperti yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar, dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehuingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Begitu pula dalam pendidikan seni.pendidikan seni mempunyai peranan yang besar dalam membentuk manusia yang utuh yaitu manusia yang memiliki kematangan intelektual dan kematangan emosional. Jika pendidikan hanya menekankan pada kecerdasan intelektual tanpa diimbangi dengan kecerdasan emosional maka hanya akan melahirkan manusia-manusia seperti robot yang hanya terampil, namun tidak memiliki rasa etika moral dan spiritual. Atas dasar inilah kecerdasan intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional yang salah satunya bisa diajarkan lewat pendidikan seni seperti yang dijelaskan oleh M. Jazulli sebagai berikut : Pendidikan seni bagi anak adalah untuk mengolah alam perasaan dan memberikan landasan psikis baik teoritis maupun praktis guna mengekpresikan perasaan melalui seni.sebab, kecerdasan logika saja tidak cukup untuk mendidik anak supanya memiliki jiwa yang matang sebagai individu maupun sebagai mahkluk sosial. (M. Jazulli, 2008:2) Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara merupakan pendidikan yang amat berfaedah untuk kecerdasan jiwa,menghalus serta mendalamkan gerak gerik dari jiwa yang akhirnya memperbaiki sifat budi pekerti 1
2 kebangsaan. Seni itu sendiri merupakan roh dari bangsa, maka dari itu pendidikan seni sebagai subsistem penting dalam pendidikan nasional tidak dapat diabaikan dalam suatu bangsa.(2013: 337) Pendidikan Seni menjadi penting karena memberikan pengalaman estetik yang tidak bisa didapatkan dalam mata pelajaran ilmu pasti seperti Matematika, Fisika, Kimia dan lain-lain. Pengalaman estetik dalam pendidikan seni diberikan melalui kegiatan apresiasi (penghargaan) dan kreasi (penciptaan). Didalam kedua aspek tersebut terkandung aspek ekspresi (penjiwaan). Menurut John Dewey dalam M. Jazulli (2008: 5) Pengalaman estetik merupakan sesuatu yang memberikan kegairahan dan menimbulkan pengalaman khas dalam kehidupan Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logika matematik, naturalis, dan kecerdasan kinestetis. Bidang seni rupa, memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan kesenirupaan. Dalam pendidikan aktivitas berkesenian, harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Pada Kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan Saintifik sehingga pembelajaran dapat lebih disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik serta dalam prosesnyapun lebih mengutamakan pengalaman pengalaman
3 langsung dalam berekspresi,berapresiasi,dan berkreasi (Yonathan & PPPPTK Seni dan Budaya, 2015: 77) Pendidikan Seni Budaya bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan social sehingga dapat berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional maupun global. Pendidikan seni di tinggkat pendidikana dasar dan menengah bertujuan mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan psikologis edukatif untuk pengembangan kepribadian peserta didik secara positif. (Kemdikbud, 2014:1) Kurikulum 2013 merupakan kurilukum terbaru, pergantian kurikulum tersebut merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni budaya serta perubahan masyarakat sehingga pendidikan pun akan mengalami banyak tuntutan dan halangan (Yonathan & PPPPTK Seni & Budaya, 2015: 77). Begitupula dalam mata pelajaran Seni Budaya, seperti yang telah dipaparkan diatas mata pelajaran Seni Budayapun turut mengalami perubahan dalam kurikulumnya. Sejauh ini kurikulum tersebut belum semua sekolah telah melaksanakanya, beberapa sekolah masih menerapkan kurikulum sebelumnya. Padahal nampak jelas perbedaannya dalam Kurikulum 2013, mata pelajaran Seni Budaya dimana lebih menuntut pengalaman langsung sehingga dapat lebih kreatif, ekspresif dan tujuan dari mata pelajaran Seni Budaya pun tercapai kemudian dapatlah menjadi bekal berharga untuk menjawab tantangan jaman. Sekolah Menengah Atas yang telah menerapkan Kurikulum 2013 salah satunya ialah SMA Negeri 6 Surakarta, Pelaksanan Kurikulum 2013 merupakan hal baru bagi pengajar dan peserta didik. Memang bukan persoalan mudah untuk menerapkan kurikulum baru karena memang sudah lama berlangsung kurikulum
4 sebelumnya. Pelakasanaan Kurikulum 2013 pun turut mempengaruhi mata pelajaran Seni Budaya namun tak mengurangi antusias belajar perserta didik. Meskipun sekolah tersebut tergolong bukan Sekolah Menengah Atas yang memiliki prestasi akademik yang tinggi namun dalam bidang non akademik khususnya dalam bidang seni tergolong tinggi. Mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 6 merupakan mata pelajaran yang diminati banyak peserta didik karena memang selama ini bukan hanya pihak guru melainkan pihak sekolah juga menyikapi dengan inovatif,kreatif dan terbuka dalam merespon minat siswa. Inovatif, kreatif dan terbuka dalam merespon minat siswa, nampak dalam pembelajaran dikelas maupun diluar kelas dari perangkat dan pelaksanaannya. Secara rutin juga pihak sekolah mengadakan kegiatan untuk mengapresiasi hal tersebut mulai dari mengikut sertakan dalam setiap kompetisi seni rupa diluar sekolah, mengadakan pameran hasil karya siswa dan kompetisi seni rupa di dalam sekolah. Begitu pula materi-materi yang diajarkan dan proses pengajarannya, terdapat materi yang unik dan sangat jarang ditemui yaitu kreasi boneka dalam materi tiga dimensi untuk siswa kelas XI IPS. Materi tersebut memanfaatan kain bekas dalam pembuatannya serta banyak memungkinkan pengembangan didalamnya. Hal itu semakin menambah menarik materi tersebut. Selain materi tersebut unik, menarik dan sangat jarang ditemui, boneka sebenarnya sudah sangat akrab dan sering ditemui dalam keseharian namun sejauh ini tidak semua orang dapat membuatnya dan disayangkan pendidikan ketrampilan kreasi boneka tidak semua bahkan sangat sedikit lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan ketrampilan tersebut dan sejauh ini belum banyak penelitian yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran seni rupa dengan materi kreasi boneka. Paparan tersebutlah yang semakin mendorong penulis untuk melakukan penelitian pelaksanaan pembelajaran materi kreasi pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 6 Surakarta maka akan diketahui seberapa jauh tingkat keberhasilan
5 proses pembelajaran materi kreasi boneka pada mata pelajaran seni budaya tersebut. Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka judul penelitian yang dipilih penulis adalah PEMBELAJARAN MATERI KREASI BONEKA PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DI KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagi berikut: 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kreasi boneka pada mata pelajaran Seni Budaya di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 6 Surakarta? 2. Bagaimana bentuk kreasi boneka yang dihasilkan siswa? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang: 1. Pelaksanaan pembelajaran kreasi boneka pada mata pelajaran Seni Budaya di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 6 Surakarta. 2. Bentuk kreasi boneka yang dihasilkan siswa D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut, 1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai masukan dalam bidang kependidikan kesenirupaan dan masyarakat luas. 2. Manfaat praktis, diperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 6 Surakarta.