LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 10 TAHUN 2001 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 42 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN LANDAK PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

TENTANG. c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b diatas, maka perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DAN DEPOSITO PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KOTA DENGAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2000 SERI B NOMOR SERI 10

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

KABUPATEN BUTON UTARA

TAHUN 2003 NOMOR 18 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PENYERTAAN MODAL DAERAH BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN INDRAMAYU. Salinan NO : 2/LD/2011

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL PT. BANK JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PENYERTAAN MODAL DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

RARANCANGAN) (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

(disempurn BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 2 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 2 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 61 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

RANCANGAN PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /PER/MWA UPI/2016

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAKA DARANANTE

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 6 TAHUN 2014

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BUPATI BOMBANA PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DAN PEMBANGUNAN

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 18 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa berdasarkan undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Daerah dapat melakukan kerjsama dengan Lembaga/Badan lain dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan daerah guna mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada Pemerintah Daerah dalam memenuhi kebutuhan pokok dan pembangunan yang didesentaralisasikan; b. bahwa Peraturan Daerah kabupaten Daerah tingkat II Bekasi Nomor 3 Tahun I988 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga yang selama ini menjadi landasan hukum perlu diubah dan disesuaikan lagi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tersebut di atas, dipandang perlu memberikan pedoman kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang - undang nomor 14 tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 tentang Perubahan dan Penambahan atas Ketentuan Pasal 54 Kitab Undang-undang Hukum

Dagang (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23), (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2959); 3. Kitab Undang - undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek); 4. Undang undang Nomor 1 Tahun 1967 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818); 5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944); 6. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587 ); 7. Undang - undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501 ); 8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 3839); 9. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72. Tambahan Lembaran Negara 3848); 10. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611); 11. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan PERPU Nomor 1 Tahun 1996 tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailitan menjadi Undang undang; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 91); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 8 Seri D); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Bckasi Nomor 23 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah 2

dan Rancangan Peraturan Daerah Perubahan (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 9 Seri D). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BEKASI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Bekasi; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bekasi; c. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Bekasi; d. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi; e. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim Pemerintah Nasional dan berada di Daerah; f. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan, jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi; g. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan, jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi; h. Badan Usaha milik Negara selanjutnya disebut BUMN adalah Badan Usaha yang pendiriannya diprakasai oleh Pemerintah yang seluruh atau sebagian besar modahnya dimiliki oleh Pemerintah / Negara dan merupakan kekayaan Pemerintah / Negara yang dipisahkan (Lihat UU tentang/bumn); i. Badan Usaha Milik Daerah selanjutnya disebut DUMD adalah Badan Usaha yang pendiriannya diprakasai oleh Pemerintah Baerah yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Daerah dan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan; j. Pihak Ketiga adalah Instansi / Lembaga atau Badan Usaha yang berada di luar Pemerintah Daerah yang bersangkutan, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, BUMN, BUMD, Koperasi, Perusahaan Swasta Nasional / PMDN, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta Asing / PMA, Lembaga Pendidikan / Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Yayasan yang tunduk pada Hukum Indonesia; 3

k. Asset Daerah / Modal Daerah adalah kekayaan daerah (yang belum dipisahkan) baik berwujud uang maupun barang yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris, surat-surat berharga, fasilitas dan hak-hak lainnya; l. Fasilitas Daerah adalah hak-hak dan kewenangan yang melekat pada Pemerintah Daerah yang diberikan kepada Pihak Ketiga untuk kepentingan bersama dalam suatu usaha kerjasama, yang merupakan goodwill dan dapat dinilai dengan uang atau prosentase nilai saham; m. Asset / Modal Pihak Ketiga adalah kekayaan milik Pihak Ketiga yang disertakan sebagai modal dalam usaha bersama dengan Pemerintah Daerah baik berwujud uang maupun barang seperti tanah, bangunan, inventaris, mesin-mesin, keahlian, kakayaan intelektual dan lain-lain yang dapat dinilai dengan uang; n. Penyertaan modal Daerah adalah setiap usaha dalam menyertakan modal daerah pada suatu usaha bersama dengan Pihak Ketiga dan atau pemanfaatan modal daerah oleh Pihak Ketiga dengan suatu imbalan tertentu; o. Penyertaan modal Pihak Ketiga adalah setiap usaha dalam menyertakan modal Pihak Ketiga pada suatu usaha bersama dengan Pemerintah Daerah dan atau pemanfaatan modal Pihak Ketiga oleh Pemerintah Daerah dengan suatu imbalan tertentu; p. Kerjasama adalah usaha bersama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga baik dalam jasa pelayanan umum, usaha komersil dan semi komersil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mendorong pemulihan dan / meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan pendapatan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab; q. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Pelaku-pelaku ekonomi dan antara usaha besar dengan usaha kecil dan atau menengah disertai pembinaan dan pengembangan dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan; r. Perjanjian Kerjasama adalah naskah yaug berisi kesepakatan-kesepakatan yang mengikat antara kedua belah pihak dan memuat persetujuan mewujudkan masingmasing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam rangka melaksanakan suatu kerjasama; s. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang - undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil; t. Usaha menengah dan usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil; u. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk pembinaan dan pengembangan serta menciptakan penumbuhan iklim usaha yang kondusif, sehingga masyarakat, usaha kecil, menengah, dan usaha besar mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi tingguh dan mandiri; v. Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dunia masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pelaku ekonomi menjadi tangguh dan mandiri; w. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah, yang langsung melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara / Anggaran 4

Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBN / APBD ), lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, pelaku ekonomi dan masyarakat dalam rangka memperkuat permodalan; x. Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman oleh Lembaga Penjamin sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh pembiayaan dalam memperkuat permodalan; y. Pelaku ekonomi adalah sekelompok orang atau pengusaha yang melakukan kegiatan usaha kecil menengah dan besar. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud diadakannya kerjasama adalah guna mendorong peningkatan pembangunan melalui kemitraan dan partisipasi masyarakat dan para pelaku ekonomi secara produktif dalam upaya menggali dan mengoptimalkan pemanfaatan asset daerah dan sumber potensi lainnya seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia, guna mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah yang menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat Pasal 3 Tujuan kerjasama adalah terciptanya desentralisasi ekonomi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan investasi, privatisasi yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat dan daerah, terwujudnya kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat dan pelaku ekonomi dengan prinsip kerjasama yang saling menguntungkan, saling memerlukan, saling memperkuat, peduli terhadap lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat. BAB III OBYEK DAN PERSYARATAN KERJASAMA Pasal 4 Obyek Kerjasama adalah: a. Asset Daerah; b. Fasilitas Daerah; c. Asset Pihak Ketiga. Pasal 5 Persyaratan kerjasama, yaitu adanya : 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu pokok persoalan tertentu; 4. Suatu sebab yang tidak terlarang. 5

BAB IV RUANG LINGKUP KERJASAMA Pasal 6 Ruang lingkup kerjasama meliputi antara lain : a. Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur ; b. Pengelolaan / manajemen ; c. Technical Assisten / Advisor ; d. Pembiayaan; e. Pembiayaan dan Pembangunan ; f. Produksi; g. Perdagangan; h. Agribisnis dan Agroindustri ; i. Kehutanan; j. Pariwisata ; k. Pelayanan Pendidikan ; l. Pelayanan Kesehatan ; m. Perumahan dan permukiman; n. Penyediaan tanah ; o. Jasa. BAB V BENTUK - BENTUK KERJASAMA Pasal 7 (1) Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga dapat berbentuk : a. Pembelian saham dari suatu perusahaan yang telah berbadan hukum yang kegiatan usahanya dinitai strategis bagi kepentingan masyarakat dan Daerah; b. Pembentukan Perseroan Terbatas (PT); c. Kerjasama dalam bentuk kontrak. (2) Kerjasama dalam bentuk kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, adalah: a. Kerjasama Manajemen; Kerjasama Manajemen adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga, dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memiliki asset; 2) Pihak Ketiga mengelola asset daerah ; 3) Pemerintah Daerah memberikan imbalan berupa uang atas jasanya kepada Pihak Ketiga; 6

4) Resiko kerjasama sesuai kesepakatan bersama. b. Kerjasama Produksi Kerjasama Produksi adalah Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memiliki Asset; 2) Pihak Ketiga menyediakan modal dan mengelola usaha; 3) Pihak Ketiga memberikan sejumlah uang kepada Pemerintah Daerah dari hasil penjualan produksinya sesuai kesepakatan bersama; 4) Resiko kerjasama sesuai kesepakatan bersama. c. Kerjasama Bagi Hasil Usaha. Kerjasama Bagi Hasil adalah kerjasama antar Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan kententuan : 1) Pemerintah Daerah memiliki asset; 2) Pihak Ketiga menyediakan modal dan atau peralatan; 3) Pemerintah Daerah atau bersama dengan Pihak Ketiga mengelola asset daerah; 4) Hasil usaha dibagi yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama; 5) Resiko Kerjasama sesuai kesepakatan bersama. d. Kerjasama Bagi Tempat Usaha Kerjasama Bagi Tempat Usaha adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan : 1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah dan atau bangunan); 2) Pihak Ketiga membangun tempat usaha di atas tanah tersebut; 3) Pihak Ketiga mengajukan permohonan hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan milik Pemerintah Daerah; 4) Pemerintah Daerah memperoleh bagian tempat usaha yang jumlahnya ditetapkan sesuai kesepakatan; 5) Resiko kerjasama sesuai kesepakatan bcrsama. e. Kerjasama Bagi Keuntungan Kerjasama Bagi Keuntungan adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan : 1) Pemerintah Daerah memiliki asset; 2) Pihak Ketiga menyediakan modal dan mengelola asset daerah; 3) Laba bersih pada akhir tahun buku dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama; 4) Resiko kerjasama sesuai kesepakatan bersama. f. Kerjasama Bangun, Kelola, Sewa, Serah (Build, Operate, Leasehold and Transfer - BOLT) Kerjasama BOLT adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 7

1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah); 2) Pihak Ketiga membangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah; 3) Pihak Ketiga mengelola, mengoperasikan dengan menyewakan kepada Pihak lain atau kepada Pemerintah Daerah itu sendiri, 4) Pihak Ketiga memberikan kontribusi dan hasil sewa kepada Pemerintah Daerah yang besarnya ditetapkan sesuai kesepakatan bersama; 5) Jangka waktu kerjasama paling lama 30 (tiga puluh) tahun; 6) Setelah berakhimya kerjasama, Pihak Ketiga menyerahkan seluruh bangunan kepada Pemerintah Daerah. g. Kerjasama Bangun, Kelola, Alih Milik (Build, Operate and Transfer-BOT) Kerjasama BOT adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah dan atau bangunan); 2) Pihak Ketiga menyediakan modal dan membangun; 3) Pihak Ketiga mengelola bangunan selama masa kerjasama; 4) Pihak Ketiga membayar sejumlah uang atas pemanfaatan modal daerah yang besarnya ditetapkan sesuai kesepakatan; 5) Setelah berakhir masa kerjasama, maka tanah dan bangunan lama/bangunan baru yang dibangun oleh Pihak Ketiga diserahkan kepada Pemerintah Daerah dalam keadaan baik dan tidak dalam keadaan diagunkan kepada Bank/Lembaga Keuangan atau pihak manapun. h. Kerjasama Bangun Serah (Build and Transfor-BT). Kerjasama BT adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan : 1) Pemerintah Daerah memiliki tanah; 2) Pihak Ketiga membangun dan membiayai sampai dengan selesai; 3) Selama pembangunan dan masa pemeliharaan, resiko investasi ditanggung oleh Pihak Ketiga; 4) Setelah pembangunan selesai, Pihak Ketiga menyerahkan seluruh bangunan kepada Pemerintah Daerah; 5) Pemerintah Daerah membayar biaya Investasi pembangunan (biaya membangun ditambah dengan bunga modal sesuai bunga Bank). i. Kerjasama Bangun, Serah, Kelola (Build, Transfer and Operate-BTO) Kerjasama BTO adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memilki tanah; 2) Pihak Ketiga membangun di atas tanah Pemerintah Daerah; 3) Setetah selesai pembangunan Pihak Ketiga menyerahkan bangunan kepada Pemerintah Daerah; 4) Pihak Ketiga mengelola bangunan tersebut selama masa kerjasama; 5) Pihak Ketiga memberikan imbalan bcrupa uang atau bangunan lain kepada Pemerintah Daerah sesuai kesepakatan; 8

6) Resiko selama masa kerjasama ditanggung oleh Pihak Ketiga; 7) Setelah berakhirnya kerjasama, tanah dan bangunan tersebut diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah; j. Kerjasama Rehabilitasi, Guna, Serah (Renovate, Operate and Transfer - ROT) Kerjasama ROT adalah kerjasama anatara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan : 1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah dan atau bangunan); 2) Pihak Ketiga memiliki modal untuk merehabilitasi bangunan; 3) Pihak Ketiga mengelola bangunan selama masa kerjasama; 4) Hasil pengelolaan selanjutnya menjadi hak Pihak Ketiga; 5) Pihak Ketiga tidak boleh mengagunkan bangunan; 6) Jangka waktu kerjasama ditetapkan maksimal 5 (lima) tahun; 7) Setelah berakhirnya masa kerjasama, tanah dan bangunan diserahkan kepada Pemerintah Daerah dalam keadaan baik. k. Kerjasama Renovasi, Guna, Sewa, Serah (Renovate, Operate, Leasehold and Transfer - ROLT). Kerjasama ROLT adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga, dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah dan bangunan); 2) Pihak Ketiga merenovasi bangunan; 3) Pihak Ketiga mengelola dan mengoperasikan bangunan dengan menyewa kepada Pemerintah Daerah untuk disewakan lagi kepada pihak lain atau dipakai sendiri; 4) Pihak Ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa kepada Pemerintah Daerah yang besarnya ditetapkan dengan hasil kesepakatan: 5) Pihak Ketiga menanggung biaya pemeliharaan dan asuransi; 6) Resiko kerjasama sesuai kesepakatan. l. Kerjasama Bangun, Serah, Sewa (Build, Transfer, Leasehold-BTL). Kerjasama BTL adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah); 2) Pihak Ketiga membangun di atas tanah Pemerintah Daerah; 3) Pihak Ketiga menyerahkan bangunan kepada Pemerintah Daerah setelah selesai pembangunan; 4) Pihak Ketiga menyewa kepada Pemerintah Daerah; 5) Pihak Ketiga mengelola, mengoperasikan bangunan dengan cara menyewakan kepada Pihak lain; 6) Pihak Ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa kepada Pemerintah Daerah yang besarnya ditetapkan sesuai hasil kesepakatan; 7) Pihak Ketiga menanggung biaya pemeliharaan dan asuransi: 8) Resiko selama masa kerjasama ditanggung Pihak Ketiga. 9

m. Kerjasama Bangun, Sewa Serah (Build, Rent and Transfer - BRT) Kerjasama BRT adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memiliki asset (tanah); 2) Pihak Ketiga membangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah; 3) Pihak Ketiga mengelola, mengoperasikan bangunan dengan cara menyewa kepada Pemerintah Daerah, yang diperhitungkan dari biaya pembangunan; 4) Setelah masa sewa berakhir bangunan diserahkan kepada Pemerintah Daerah dalam keadaan baik. n. Kerjasama Sewa, Tambah dan Guna (Contract Add and Operate - CAO) Kerjasama CAO adalah kcrjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan: 1) Pemerintah Daerah memilik asset (bangunan); 2) Pihak Ketiga menyewa dan menambah dan atau meningkatkan kualitas bangunan; 3) Nilai sewa bangunan ditinjau kembali setiap tahun atau selama-lamanya tiga tahun sekali; 4) Pihak Ketiga mengelola bangunan selama masa kerjasama; 5) Jangka waktu kerjasama paling lama selama masa sepuluh Tahun; 6) Resiko kerjasama sesuai kesepakatan bersama. o. Kerjasama Bangun, Guna, Miliki (Build, Operate and Own - BOO) Kerjasama BOO adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan : 1) Pemerintah Daerah memilki asset berupa tanah atau fasilitis/kewenangan untuk membangun dan mengelola infrastruktur; 2) Pemerintah Daerah memberikan kewenangan tersebut kepada Pihak Ketiga; 3) Pihak Ketiga secara keseluruhan bertanggungjawab atas pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan memiliki bangunan untuk selamanya; 4) Pemerintah Daerah memberikan persetujuan atas nilai jual bangunan; 5) Pihak Ketiga memberikan kompensasi kepada Pemerintah Daerah berupa uang tunai yang diperhitungkan persentasenya sesuai kesepakatan yaitu dan nilai jual bangunan; 6) Resiko kerjasama ditanggung Pihak Ketiga. p. Kerjasama Bantuan Teknis dan atau pendanaan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Bantuan teknis dalam rangka Alih Teknologi biasanya dilakukan untuk bidang usaha yang memerlukan teknologi khasus/spasifik atau untuk memperkuat manajemen pemerintahan, sedangkan dananya disediakan oleh Pihak Ketiga/pemberi jasa atau dari APBD. 10

(3) Selain bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dalam bentuk gabungan antara dua atau lebih bentuk kerjasama lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. BAB VI USAHA KERJASAMA Pasal 8 (1) Usaha Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga, dalam bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Peraturan Daerah ini, diatur dan ditetapkan dalam Naskah Perjanjian Kerjasama, yang memuat materi pokok : a. Identitas masing-masing pihak; b. Jenis dan nilai modal saham para pihak; d. Bidang usaha; d. Perbandingan modal; c. Hak dan Kewajiban; f. Sanksi-sanksi; g. Dan lain-lain yang dianggap perlu. (2) Usaha Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga harus mendapat persetujuan DPRD terlebih dahulu, yang dituangkan dalam Keputusan DPRD. Pasal 9 (1) Kerjasama dalam rangka pendirian Perseroan Terbatas (PT) dengan Akte Notaris. (2) Penandatanganan Naskah Perjanjian Kerjasama atau Akte Notaris, dilakukan oleh Kepala Daerah bersama dengan Pihak Ketiga, atau yang mewakili berdasarkan Surat Kuasa dari : a. Direktur Utama Perusahaan Swasta Nasional / Asing / BUMN / BUM; b. Pimpinan dari suatu Badan / Lembaga / Yayasan / Koperasi. Pasal 10 (1) Untuk melakukan pembelian saham obligasi pada suatu Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) hurut a, perlu disediakan dananya terlebih dahulu dalam APBD; (2) Setelah tersedia dana untuk pembelian saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dapat diadakan penjajakan terhadap Perseroan Terbatas (PT) yang akan menjual saham untuk mendapatkan data informasi mengenai jenis dan harga saham dimaksud; (3) Pelaksanaan pembelian Saham ditetapkan dengan Keputusan Bupati ; (4) Bupati menunjuk Pejabat yang akan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah dalam melakukan pembelian saham. 11

Pasal 11 (1) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 10 Peraturan Daerah ini, dalam bentuk : a. uang harus dianggarkan terlebih dahulu dalam APBD; b. barang, harus mendapat persetujuan DPRD terlebih dahulu. (2) Asset Daerah yang tertanam dalam PT merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan; (3) Kerjasama dalam pembentukan Perseroan Terbatas (PT) mengacu pada Undangundang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang ditetapkan dengan Akte Notaris; (4) Sebelum membuat akte Notaris, terlebih dahulu diadakan Perjanjian Kerjasama antara Bupati dengan pihak - pihak yang ikut dalam pendirian PT. (5) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pasal ini, memuat materi pokok: a. Identitas masing - masing pihak; b. Jenis dan nilai modal saham para pihak; c. Bidang usaha; d. Perbandingan modal; e. Hak dan Kewajiban; f. Sanksi - sanksi; g. Dan lain - lain yang dianggap pcrlu. (6) Bupati menunjuk seorang Pegawai Negeri Sipil dan atau seorang profesional yang akan bertindak untuk dan atas nama daerah bersama-sama dengan Pihak Ketiga mendirikan PT. Pasal 12 (1) Rencana proyek kerjasama yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah harus diumumkan; (2) Rencana Proyek kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dilaksanakan dengan proses tender, jika yang berminat lebih dari satu investor; (3) Rencana proyek kerjasama yang merupakan hasil temuan Pihak Ketiga, harus diumumkan kepada masyarakat. (4) Pemerintah Daerah meneliti dan menilai proposal proyek termasuk Cash Flow yang diajukan oleh Pihak Ketiga dan sebaliknya Pihak ketiga berhak mempelajari proposal proyek yang diajukan Pemerintah Daerah. (5) Penilaian dilakukan oleh Tim / Komisi Penilai yang terdiri dari dari Unsur Pemerintah Daerah, Unsur Profesional yang independen dan Konsultan Pihak Ketiga. (6) Proposal kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, harus segera dinilai oleh Tim / Komisi Penilai dan hasilnya segera dilaporkan kepada Bupati untuk 12

diprioritaskan mendapat pertimbangan dan diusulkan kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan kerjasama. (7) Hasil penilaian Tim / Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) Pasal ini, dituangkan dalam Berita Acara Penilaian dan merupakan bahan pertimbangan Bupati dalam memutuskan persetujuan / penolakan terhadap proposal yang diajukan dan calon mitra kerjasama. (8) Berita Acara Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (7) Pasal ini, menjadi lampiran surat permohonan Bupati kepada DPRD dalam rangka mendapat persetujuan kerjasama. Pasal 13 Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga selama jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian kerjasama yang mempertimbangkan hasil study kelayakan dan penilaian atas proposal proyek. Pasal 14 Pelaksanaan perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 (tujuh) Peraturan Daerah ini, ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VII HASIL USAHA Pasal 15 (1) Bagian Laba atau hasil usaha kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga yang menjadi hak Daerah, yang diperoleh selama Tahun Anggaran disetor ke Kas Daerah dan dimasukan ke dalam APBD tahun berikutnya. (2) Bagian hasil usaha kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga yang berbentuk barang bergerak dan tidak bergerak dimasukkan dalam inventaris barang daerah. (3) Selama masa kerjasama, modal daerah yang berbentuk barang yang disertakan dalam usaha kerjasama dengan Pihak Ketiga, dimasukkan dalam daftar inventaris barang pada daftar mutasi barang daerah yang dikelola oleh pihak ketiga untuk sementara waktu. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah, ini sepanjang teknis pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. 13

Pasal 17 Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi. Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 17 September 2001 BUPATI BEKASI Ttd. H. WIKANDA DARMAWIJAYA Peraturan Daerah ini telah mendapatkan Persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dengan Surat Keputusan Nomor 20/Kep/170-DPRD/2001 pada tanggal 17 September 2001. Diundangkan di Bekasi Pada tanggal 25 September 2001 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2001 NOMOR 10 SERI D 14