Isolasi dan Identifikasi Mikoriza Asal Tanah Gambut di Bawah Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Beberapa Kabupaten di Riau

dokumen-dokumen yang mirip
Ni Kadek Marina Dwi Cahyani

Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DARI PERAKARAN TEMBAKAU DI AREA PERSAWAHAN KABUPATEN PAMEKASAN MADURA

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Karakteristik Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Beberapa Rhizosfer Tanaman Perkebunan

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA AREAL TANAMAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS DI PTPN III KEBUN BATANG TORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN) TESIS

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

SULISTIYOWATI A

Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari Perakaran Tanaman Pertanian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada Rhizosfer Tanaman Langsat (Lansium domesticum Corr.) di Lahan Gambut

PENDAHULUAN Latar Belakang

Status dan Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif

III. BAHAN DAN METODE

IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DESA POTERAN, PULAU POTERAN, SUMENEP MADURA DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOFERTILIZER PADA TANAMAN CABAI RAWIT

KEBERADAAN DAN STATUS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA LAHAN KAKAO DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA HUTAN TRI DHARMA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti, dan G.J., Kusumawati R.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

KEBERADAAN DAN STATUS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA LAHAN KOPI BERDASARKAN PERBEDAAN EKOLOGI DAN TEMPAT TUMBUH DI DAIRI

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 5, No. 2, April 2016

STUDI POTENSI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR INDIGENOUS DARI LOKASI PENANAMAN JARAK PAGAR DI LEMBAH PALU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENGARUH AGEN HAYATI TERHADAP SERAPAN HARA NITROGEN (N) dan KALIUM (K) TITONIA (Tithonia diversifolia) PADA ULTISOL

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

EVALUASI POPULASI BEBERAPA JENIS CENDAWAN PADA PIRINGAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinnensis Jacq.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK NPK KOMPLEKS SKRIPSI OLEH:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAMAN SELADA PADA KEADAAN AIR TANAH BERBEDA ABSTRAK

POPULASI JAMUR MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR (MVA) PADA ZONE PERAKARAN JATI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengelolaan lahan gambut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ISOLASI DAN KARAKTERISASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR DI RHIZOSFER BEBERAPA JENIS TANAMAN DI KEBUN PERCOBAAN FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS JAMBI.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

PENDAHULUAN Latar Belakang

ASOSIASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TEGAKAN AKASIA

JUMLAH TOTAL SPORA MIKORHIZA VESIKULAR ARBUSKULAR PADA RHIZOSFER TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

JAMUR ARBUSKULA PAD A BAMBU DIJAWA [Arbuscular Fungi of Bamboo in Java]

III. MATERI DAN METODE

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENJARINGAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA INDIGENOUS DARI LAHAN PENANAMAN JAGUNG DAN KACANG KEDELAI PADA GAMBUT KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. hanya sekitar 7,8% dari 15 TW (terawatt) konsumsi energi dunia yang

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

*Corresponding author : ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

Bondan Yurisman, Burhanuddin, Wahdina

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

Identifikasi Mikoriza Abuskula Secara Mikroskopis pada Rhizosfer Beberapa Jenis Rumput-rumputan dan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.

Penggunaan spora cendawan mikoriza arbuskula sebagai inokulum untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit kelapa sawit

Analisis Konduktivitas Listrik Tanah Gambut Berdasarkan Variasi Pupuk KCl Friescha Septiyani-1 a, Nurhasanah-2 a, Okto Ivansyah-3 b*

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

IDENTIFIKASI AWAL FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DARI RHIZOSFER TANAH GAMBUT TANAMAN KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) SECARA MIKROSKOPIS PADA RHIZOSFER TANAMAN TOMAT

BAB I. PENDAHULUAN A.

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

ISOLASI, KARAKTERISASI, PEMURNIAN DAN PERBANYAKAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DARI LOKASI PENANAMAN CABAI PADA TANAH ULTISOL

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

III. BAHAN DAN METODE

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI BAWAH TANAMAN JABON (Anthocephalus cadamba) DI MADIUN, JAWA TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

APLIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DARI LAHAN GUNUNG DAN TEGAL DI PAMEKASAN PADA TANAMAN TEMBAKAU MADURA (NICOTIANA TABACUM)

PERSETUJUAN. pada Rizosfer Gulma Siam (Chromolaena odorata) (L.) R.M King and H. ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada Perakaran Tanaman Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

ASOSIASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA KETAPANG

Transkripsi:

Isolasi dan Identifikasi Mikoriza Asal Tanah Gambut di Bawah Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Beberapa Kabupaten di Riau Isolation and Identification of Origin Mycorrhizal Under Peat Soil Plant Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Some Districts in Riau Gusmawartati 1*, Hapsoh 1, Imam E Subra 2 1 Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau 2 Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau Diterima 9 Januari 2014/Disetujui 11 April 2014 ABSTRAK Isolasi dan pemanfaatan mikoriza pada tanah gambut sudah mulai dilakukan namun untuk tanah gambut lokal Riau belum banyak diteliti. Tujuan penelitian untuk mendapatkan jenis-jenis mikoriza pada tegakan tanaman kelapa sawit pada tanah gambut di beberapa Kabupaten di Riau. Pengambilan sampel tanah gambut pada 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Bengkalis (Desa Bantan Tengah, Kecamatan Bantan), Kabupaten Kampar (Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang), Kabupaten Pelalawan (Desa Sungai Ara, Kecamatan Sungai Ara) dan Kabupaten Siak (Desa Temusai, Kecamatan Bunga Raya). Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan pengambilan sampel tanah sesuai dengan tujuan penelitian dan dilakukan analisis di laboratorium sesuai dengan metode masing-masing parameter. Penelitian ini berhasil menemukan 2 genus spora yaitu Acaulospora dan Glomus. Genus Acaulospora terdiri dari Acaulospora tuberculata, Acaulospora foveata dan genus Glomus terdiri atas Glomus diaphanum, Glomus etunicatum dan Glomus Sp.1. tetapi jenis spora yang lebih dominan di keempat kabupaten adalah jenis spora Glomus sp.1. Kata Kunci : isolasi, identifikasi, gambut, mikoriza, kelapa sawit ABSTRACT Isolation and utilization of peat soil mycorrhizae have been started, yet for local peat soils of Riau has not been widely studied. The odjective of this study were to determine the types of mycorrhizae on oil palm plant stands on peat land in several districts in Riau. Peat soil sampling in several Bengkalis districts (Bantan Middle Village, District Bantan), Kampar (Village Rimbo Panjang, District Tambang), Pelalawan (Sungai Ara Village, District Sungai Ara) and Siak (Temusai Village, District Bunga Raya). The research was conducted in the laboratory with soil sampling in accordance with the purposes of research and analysis in the laboratory according to the method of each parameter. This study had found that 2 genus Acaulospora spores and Glomus. The genus consists of Acaulospora, Acaulospora tuberculata, Acaulospora foveata and Glomus genus consists of Glomus diaphanum, Glomus etunicatum and Glomus sp.1. but the types of spores are more dominant in the 4th District is the kind of spores Glomus sp.1. Keywords : isolation, identification, peatsoil, mycorrhizae, palm oil PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian pada umumnya dan subsektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya (Balai Informasi Pertanian, 1990). Umumnya *Penulis korespondensi. e-mail : gusmawartati@yahoo.com kelapa sawit tumbuh baik di daerah yang beriklim tropis. Namun kenyataannya tanaman ini tumbuh pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1500-3000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering tidak lebih dari tiga bulan (Pahan, 2006). Penyinaran matahari minimal lima jam perhari dan pada bulan-bulan tertentu tujuh jam per hari dengan kondisi tanah yang memiliki ph berkisar 4.0-7.0 (Sianturi, 1993). Temperatur yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit berkisar 29-33 o C pada siang hari dan 19

22-24 o C pada malam hari (Pahan, 2006). Gambut merupakan lahan yang kaya akan bahan organik dengan ketebalan 50 cm atau lebih (Agus dan Subiksa, 2008). Total luas wilayah gambut di Indonesia yaitu 14.94 juta ha yang tersebar di 3 pulau utama Indonesia yaitu Sumatera, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut terluas terdapat di pulau Sumatera yaitu 6.40 juta ha dan 4.30 juta ha diantaranya terdapat di Provinsi Riau. Dengan demikian, potensi gambut di daerah ini merupakan yang terbesar di Indonesia dan tersebar di sepanjang Pantai Timur Sumatra, yaitu Kabupaten Bengkalis, Siak Sri Indrapura, Rokan Hilir, Pelalawan, Indragiri Hilir serta sedikit di Indragiri Hulu dan Kota Dumai (Wahyunto dan Heryanto, 2005 dalam Nasrul, 2009). Kendala kimia yang sering dijumpai pada tanah gambut antara lain ketersediaan hara dan ph yang rendah, sedangkan kendala biologi yang dijumpai antara lain aktivitas mikroorganisme yang rendah. Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari kapasitas memegang air yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral sehingga tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan tetapi dengan keberadaan sifat fisik yang lain seperti porositasnya yang tinggi dan kering tidak balik menyebabkan kelebihan air pada tanah gambut juga menjadi faktor pembatas untuk usaha pertanian. Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tanah gambut salah satunya ialah dengan pemanfaatan mikoriza. Mikoriza adalah salah satu mikroorganisme tanah dari kelompok jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur ini mempunyai sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang bersimbiosis dengannya. Menurut Sieverding (1991), mikoriza yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitas dalam menyerap unsur hara dan air. Mikoriza vesikular arbuskular dapat ditemukan hampir pada sebagian besar tanah dan pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Namun menurut Daniels dan Trappe (1980) tingkat populasi dan komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman dan faktor lingkungan. Studi tentang isolasi dan peranan mikoriza dalam meningkatkan produktivitas tanah terutama tanah mineral telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Hasilnya pun secara umum menunjukkan bahwa tanaman yang bermikoriza mempunyai pertumbuhan yang lebih baik. Pada tanah gambut Angraini (2003) meneliti tentang pemberian mikoriza (isolasi dari tanah mineral) pada tanah gambut terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman kedelai, belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Penelitian tentang isolasi dan pemanfaatan mikoriza pada tanah gambut masih belum banyak dilakukan. Padahal pada tanah gambut dapat dijumpai berbagai mikroorganisme termasuk mikoriza. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di 4 kabupaten yaitu: Kampar, Siak, Bengkalis dan Pelalawan, dari bulan Desember 2012-Februari 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian baik di lapangan maupun di laboratorium adalah tanah rhizosfir kelapa sawit asal Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis dan Pelalawan. Bahan lainnya adalah: KOH, larutan gula 60%, cuka, larutan PPLG, melzer dan pewarna tinta tulis quink blue. Alat yang digunakan adalah: cangkul, sekop, pisau, bor belgi, ember, meteran, kantong plastik, spidol, blender, kertas label, tissu, plastik warp, aquades, aluminium foil, saringan bertingkat, sentrifuse, timbangan analitik, gunting, pinset, pot plastik ukuran 200 cc, mikroskop, cawan petri. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan pengambilan sampel tanah sesuai dengan tujuan penelitian dan dilakukan analisis di laboratorium sesuai dengan metode masing-masing parameter. Hasil yang di peroleh dari identifikasi di laboratorium dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Gambut Hasil analisis pendahuluan tanah gambut yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah gambut pada empat kabupaten asal isolat Gambut Asal Kabupaten Ciri Kimia Bengkalis (Desa Bantan Tengah) Kampar (Desa Rimbo Panjang) Pelalawan (Desa Sungai Ara) Siak (Desa Temusai) ph : H20 4.35(SM) 4.60(M) 4.16(SM) 4.39(SM) ph : KCl 3.31(SM) 3.26(SM) 3.32(SM) 3.23(SM) C-organik 46.5(ST) 39.1(ST) 22.7(ST) 51.7(ST) P Bray II (ppm) 28,2(T) 37.2(ST) 28.2(T) 26.2(T) N total (%) 0.52(T) 0.16(R) 0.17(R) 0.67(T) K (me/100 g) 1.13(ST) 0.47(S) 0.68(T) 0.53(S) Keterangan : *) Penilaian sifat kimia tanah menurut ppt (1983) dalam Harjowigeno (2007); SM : Sangat Masam, M : Masam, ST : Sangat Tinggi, T : Tinggi, S : Sedang, R : Rendah 20

Tabel 1 menunjukkan nilai ph H 2 O masam sampai sangat masam. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan asam-asam organik yang mendominasi koloid gambut. Hasil dekomposisi bahan organik menghasilkan senyawa organik yang mempunyai gugus reaktif seperti karboksil (-COOH) dan fenol (C 6 H 4 OH) yang mendominasi kompleks pertukaran dan dapat bersifat sebagai asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion H + dalam jumlah banyak, yang menyebabkan reaksi ph tanah gambut menjadi masam. Pada umumnya cendawan mikoriza lebih tahan terhadap perubahan ph tanah. Kandungan C-Organik berdasarkan hasil analisis tanah dari 4 kabupaten tergolong sangat tinggi hal ini dikarenakan bahan penyusun tanah gambut merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman terutama berasal dari kayukayuan yang kaya akan karbon seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Menurut Noor (2001) kadar lignin untuk gambut tropika dan khusus untuk wilayah Sumatra rata-rata 64%. Kandungan N total pada 4 kabupaten, tergolong rendah sampai tinggi, hal ini disebabkan oleh tingkat dekomposisi tanah gambut bervariasi. Kandungan N total yang tinggi dikarenakan N tersebut didominasi oleh N- organik yang masih dalam bentuk senyawa organik bahan penyusun gambut dikatakan juga belum matang. Menurut Lucas (1982) dalam Noor (2000) kadar N pada tanah gambut relatif tinggi, namun sebagian N dalam bentuk organik. Kandungan P tergolong tinggi sampai sangat tinggi, begitu juga dengan kandungan K. Isolasi dan Identifikasi Spora Berdasarkan kriteria INVAM (2012) spora yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari biakan pot berjumlah 11 isolat yang tergolong ke dalam dua genus yaitu Acaulospora dan Glomus. Anggota Acaulospora yang berhasil diidentifikasi terdiri atas dua spesies yaitu A. tuberculata dan A. Foveata sedangkan dari genus Glomus terdiri atas tiga spesies yaitu G. etunicatum, Glomus sp.1, Glomus diaphanum (Tabel 2). Tabel 2. menunjukkan bahwa secara umum pada setiap kabupaten ditemukan tipe Glomus, hal ini berarti Glomus mempunyai daerah sebaran yang luas dan paling toleran dengan lingkungan (Tabel 1.) dibandingkan Acaulospora. Menurut Daniels dan Trappe (1980) bahwa disamping tanaman inang, komposisi jenis mikoriza juga ditentukan oleh faktor lingkungan antara lain: ph, T, kelembaban, kandungan P dan N tanah. Keanekaragaman spora yang diperoleh dibedakan berdasarkan bentuk spora (agak bulat, bulat lonjong dan tidak beraturan) dan warna spora (berwarna bening, kuning, coklat sampai hitam). Bentuk dan warna menggambarkan karakteristik dari masing-masing spora. Morfologi dari masing-masing spesies spora yang berhasil diisolasi adalah sebagai berikut: Kabupaten Bengkalis (Desa Bantan Tengah) Hasil isolasi dan identifikasi spora asal isolat tanah gambut di Kabupaten Bengkalis (Desa Bantan Tengah) diperoleh 3 jenis isolat yaitu Acaulospora tuberculata, Glomus etunicatum dan Glomus sp.1. Karakteristik Acaulospora tuberculata yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, berwarna kuning keemasan sampai coklat, dinding spora terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama ialah dinding terluar yang berwarna kuning keemasan sampai coklat kemerahan, lapisan kedua ialah dinding unit berwarna kuning dan lapisan yang ketiga berupa membran yang hialin dan tipis (Gambar A1) dan Gambar A2 merupakan reaksi spora dengan pelarut melger dan PVLG. Karakteristik Glomus etunicatum yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, berwarna kuning muda sampai coklat, permukaan dinding dikelilingi lemak. Dinding spora terdiri atas 2 lapisan. Lapisan pertama hialin dan tipis, lapisan kedua berwarna kuning sampai coklat (Gambar B1) dan Gambar B2 merupakan reaksi spora Glomus etunicatum dengan pelarut melger dan PVLG. Karakteristik Glomus sp.1 didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, berwarna kuning sampai coklat tua, permukaan dinding spora dikelilingi lemak, Tabel 2. Spora hasil biakan pot yang diisolasi dan diidentifikasi dari rhizosfer sawit pada tanah gambut di 4 kabupaten di Provinsi Riau. Lokasi Pengambilan Sampel Kabupaten Bengkalis Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Desa Bantan Tengah, Kecamatan Bantan) Kabupaten Kampar Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang) Kabupaten Pelalawan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Desa Sungai Ara, Kecamatan Sungai Ara Kabupaten Siak Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Desa Temusai, Kecamatan Bunga Raya) Jenis Spora 1. Acaulospora tuberculata 2. Glomus etunicatum 3. Glomus sp.1 1. Glomus diaphanum 2. Glomus sp.1 1. Acaulospora tuberculata 2. Acaulospora foveata 3. Glomus sp.1 1. Glomus diaphanum 2. Glomus etunicatum 3. Glomus sp.1 21

Gambar A1.Spora Acaulospora tuberculata. Keterangan : 1. Dinding terluar, 2. Dinding unit, 3. Membran. A2. Spora Acaulospora tuberculata yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Gambar B1. Spora Glomus etunicatum. Keterangan: 1. Lapisan hialin, 2. Lapisan berwarna coklat. B2. Spora Glomus etunicatum yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Canon 16 Mega Pixel. Acaulospora tuberculata di Indonesia dilaporkan oleh Kramadibrata dkk. (1995) sporanya berwarna kuning sampai coklat. Septyarini (1999) melaporkan bahwa pada rhizosfir jagung, singkong dan sirsak sporanya berwarna merah sampai kecoklatan, Prasetyo (2004) melaporkan bahwa spesies ini berwarna kuning muda pada rhizosfir bambu. Kramadibrata & Widiastuti (1992) yang menemukan spora G. etunicatum yang berwarna cokelat muda, sementara Puspitasari (2005) melaporkan bahwa spora spesies ini berwarna kuning sampai coklat kemerahan yang ditemukan pada berbagai rizosfer tumbuhan di hutan pantai Ujung Genteng, Sukabumi antara lain pada rizosfer Buchanania arborescens F. Dan spora Glomus sp.1 ditemukan pada rizosfer padi (INVAM, 2012). Kabupaten Kampar (Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang) Isolasi dan identifikasi spora asal isolat tanah gambut Kabupaten Kampar (Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang) didapatkan 2 jenis isolat yaitu Glomus diaphanum dan Glomus sp.1. Karakteristik Glomus diaphanum yang didapat bentuk bulat sampai agak bulat, berwarna putih kecokelatan. Dinding spora terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama hialin, rapuh dan hancur saat spora pecah. Lapisan kedua hialin, tipis seperti membran (Gambar D1) dan Gambar D2 merupakan spora Glomus diaphanum yang diberi larutan Melger & PVLG. Gambar C1. Spora utuh Glomus sp. 1. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Lapisan berwarna kuning, 3. Membran. C2. Spora utuh Glomus sp. 1 yang diberi larutan Melger & PVLG (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera dinding mulus, tampak berkilau dan transparan. Dinding spora terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu dinding terluar tipis dan hialin, lapisan kedua berwarna kuning sampai coklat kemerahan dan lapisan ketiga tipis berupa membran berwarna kuning sampai coklat (Gambar C1) dan Gambar C2 merupakan reaksi spora Glomus sp.1 dengan pelarut melger dan PVLG. Spora Acaulospora tuberculata asal isolat tanah gambut di Kabupaten Bengkalis yang berhasil diidentifikasi mempunyai kesamaan warna, dan bentuk menurut panduan INVAM (2012). Hasil penelitian sebelumnya, spesies Gambar D1. Spora Glomus diaphanum. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Membran. D2. Spora Glomus diaphanum yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Gambar E1. Spora utuh Glomus sp. 1. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Lapisan berwarna kuning, 3. Membran. E2. Spora utuh Glomus sp. 1 yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera 22

Karakteristik Glomus sp.1. yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, kuning sampai cokelat tua. Permukaan dinding spora dikelilingi lemak, dinding mulus, tampak berkilau,transparan, dinding terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu dinding terluar yang tipis, hialin, lapisan kedua, berwarna kuning sampai cokelat kemerahan. Lapisan ketiga tipis berupa membran, berwarna kuning sampai cokelat (Gambar E1) dan Gambar E2 merupakan spora utuh Glomus sp. 1 yang diberi larutan Melger & PVLG.. Spora Glomus diaphanum asal isolat tanah gambut di Kabupaten Kampar yang berhasil diidentifikasi mempunyai kesamaan warna, dan bentuk menurut panduan INVAM (2012). Morton & Walker (1984) memperoleh spesies ini dari biakan pot dengan menggunakan jagung sebagai tanaman inang. Spora Glomus sp.1 ditemukan pada rizosfer padi (INVAM (2012). Kabupaten Pelalawan (Desa Sungai Ara, Kecamatan Sungai Ara) Hasil isolasi dan identifikasi spora asal isolat tanah gambut di Kabupaten Pelalawan (Desa Sungai Ara) diperoleh 3 jenis isolat yaitu Acaulospora tuberculata, Acaulospora foveata dan Glomus sp.1. Karakteristik Acaulospora tuberculata yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, berwarna kuning keemasan sampai coklat, dinding spora terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama ialah dinding terluar yang berwarna kuning keemasan sampai coklat kemerahan, lapisan kedua ialah dinding unit berwarna kuning dan lapisan yang ketiga berupa membran yang hialin dan tipis (Gambar F1) dan Gambar F2 merupakan reaksi spora Acaulospora tuberculata dengan pewarna melger dan PVLG. Karakteristik Acaulospora foveata berbentuk bulat sampai agak bulat, berwarna orange sampai cokelat kemerahan. Dinding spora terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama ialah lapisan terluar, berwarna orange sampai cokelat, mempunyai perhiasan seperti kawah tersusun padat, rapat, dan berbentuk tidak beraturan. Lapisan kedua tipis dan hialin (Gambar G1) dan Gambar G2 merupakan reaksi spora Acaulospora foveata dengan pewarna melger dan PVLG. Karakteristik Glomus sp.1. yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, kuning sampai cokelat tua. Permukaan dinding spora dikelilingi lemak, dinding mulus, tampak berkilau, transparan, dinding terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu dinding terluar yang tipis, hialin, lapisan kedua, berwarna kuning sampai cokelat kemerahan. Lapisan ketiga tipis berupa membran, berwarna kuning sampai cokelat (Gambar H1) dan Gambar H2 merupakan reaksi spora Glomus sp.1 dengan pewarna melger dan PVLG. Spora Acaulospora tuberculata asal isolat tanah gambut di Kabupaten Pelalawan yang berhasil diidentifikasi mempunyai kesamaan warna dan bentuk menurut panduan INVAM (2012). Hasil penelitian sebelumnya spesies Acaulospora tuberculata di Indonesia dilaporkan oleh Kramadibrata dkk. (1995) sporanya Gambar F1. Spora Acaulospora tuberculata. Keterangan : 1. Dinding terluar, 2. Dinding unit, 3. Membran. F2. Spora Acaulospora tuberculata yang di beri larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Gambar G1. Spora Acaulospora foveata yang pecah. Keterangan : 1. Dinding terluar, 2. Membran. G2. Spora Acaulospora foveata yang pecah yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Gambar H1. Spora utuh Glomus sp. 1. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Lapisan berwarna kuning, 3. Membran. H2. Spora utuh Glomus sp. 1 yang diberi larutan Melger & PVLG (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera berwarna kuning sampai coklat. Septyarini (1999) melaporkan bahwa pada rhizosfir jagung, singkong dan sirsak sporanya berwarna merah sampai kecoklatan, Prasetyo (2004) melaporkan bahwa spesies ini berwarna kuning muda pada rhizosfir bambo, Sebaran Acaulospora foveata di Indonesia telah dilaporkan oleh Widiastuti dan Kramadibrata (1992) spora spesies ini berwarna kuning tua dari rhizosfir alang-alang, Setya (2005) menemukan spora ini berwarna coklat pada rhizosfir tanaman manggis (Gracinia Mangostana L.). Spora Glomus sp.1 ditemukan pada rizosfer padi (INVAM, 2012). 23

Kabupaten Siak (Desa Temusai, Kecamatan Bunga Raya) Isolasi dan identifikasi spora asal isolat tanah gambut di Kabupaten Siak (Desa Temusai) ditemukan 3 jenis isolat yaitu Glomus diaphanum, Glomus etunicatum dan Glomus Gambar I1. Spora Glomus diaphanum. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Membran. I2. Spora Glomus diaphanum yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Gambar J1. Spora Glomus etunicatum. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Lapisan berwarna coklat. J2. Spora Glomus etunicatum yang diberi larutan Melger & PVLG. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Canon 16 Mega Pixel. Gambar K1. Spora utuh Glomus sp. 1. Keterangan : 1. Lapisan hialin, 2. Lapisan berwarna kuning 3. Membran. K2. Spora utuh Glomus sp. 1 yang diberi larutan Melger & PVLG (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Canon 16 Mega Pixel sp.1. Karakteristik Glomus diaphanum yang didapat bentuk bulat sampai agak bulat, berwarna putih kecokelatan. Dinding spora terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama hialin, rapuh dan hancur saat spora pecah. Lapisan kedua hialin, tipis seperti membran (Gambar I1) dan Gambar I2 merupakan reaksi spora Glomus diaphanum yang diberi larutan Melger & PVLG. Karakteristik Glomus etunicatum yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, berwarna kuning muda sampai coklat, permukaan dinding dikelilingi lemak. Dinding spora terdiri atas 2 lapisan. Lapisan pertama hialin dan tipis, lapisan kedua berwarna kuning sampai coklat (Gambar J1) dan Gambar J2 merupakan reaksi spora Glomus etunicatum yang diberi larutan Melger & PVLG. Karakteristik Glomus sp.1. yang didapat berbentuk bulat sampai agak bulat, kuning sampai cokelat tua. Permukaan dinding spora dikelilingi lemak, dinding mulus, tampak berkilau, transparan, dinding terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu dinding terluar yang tipis, hialin, lapisan kedua, berwarna kuning sampai cokelat kemerahan. Lapisan ketiga tipis berupa membran, berwarna kuning sampai cokelat (Gambar K1) dan Gambar K2 merupakan reaksi spora Glomus sp.1.yang diberi larutan Melger & PVLG. Spora Glomus diaphanum asal isolat tanah gambut di Kabupaten Kampar yang berhasil diidentifikasi mempunyai kesamaan warna dan bentuk menurut panduan INVAM (2012). Morton & Walker (1984) memperoleh spesies ini dari biakan pot dengan menggunakan jagung sebagai tanaman inang. Kramadibrata & Widiastuti (1992) yang menemukan spora G. etunicatum yang berwarna cokelat muda, sementara Puspitasari (2005) melaporkan bahwa spora spesies ini berwarna kuning sampai coklat kemerahan yang ditemukan pada berbagai rizosfer tumbuhan di hutan pantai Ujung Genteng, Sukabumi antara lain pada rizosfer Buchanania arborescens F. Kolonisasi Akar Berdasarkan hasil perhitungan derajat infeksi akar hasil penangkaran pada 4 asal isolat (Bengkalis, Kampar, Pelalawan dan Siak) menurut O Connor dkk. (2001) (Tabel 3). Tabel 3 menunjukkan bahwa derajat infeksi akar yang tinggi diperoleh pada hasil penangkaran isolat asal Kabupaten Kampar (Desa Rimbo Panjang) dibandingkan dengan isolat asal Bengkalis (Desa Bantan Tengah), Pelalawan (Desa Sungai Ara) dan siak (Desa Temusai). Hal ini diduga bahwa adanya perbedaan kecocokan cendawan Table 3. Kategori Derajat Infeksi Akar Secara Kualitatif. Tanaman Biakan Asal Tempat Persen Kolonisasi Kategori* Bengkalis (Desa Bantan Tengah) 40 Sedang Kampar (Desa Rimbo Panjang) 70 Tinggi Pelalawan (Desa Sungai Ara) 60 Sedang Siak (Desa Temusai) 50 Sedang Keterangan : *Sumber dari O Connor dkk, (2001) 24

mikoriza dengan tanaman inang. Menurut Muas (2002) bahwa tingkat kolonisasi yang rendah dan tinggi sangat ditentukan oleh kecocokan cendawan mikoriza, selain itu tingkat perbedaan infeksi yang terbentuk pada akar dipengaruhi oleh jenis cendawan mikoriza dan tanaman inang. Namun yang dijumpai pada hasil pengamatan derajat infeksi akar hanya hifa dari rhizosfir tanaman hasil penangkaran, dapat dilihat pada Gambar L1. Desi Puspitasari, K. I. Purwani, Anton Muhibuddin. 2012. Eksplorasi Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM) Indigenous pada Lahan Jagung di DesaTorjun, Sampang Madura. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Gardeman JW, 1975. Vesicular-arbuscular mycorrhizal. In. Torrey JG dan DT Clarkson (eds). The Development and Function of Roots. Academic Press Inc., London. 575-591. INVAM. 2012. International Collection of Arbuscular and Vesicular-Arbuscular Mycorrhizal Classification. akses : 1 januari 2013. Kramadibrata K, Riyanti EI, dan Simanungkalit RDM. 1995. Arbuscular mycorrhizal fungi from the rhizospheres of soybean crops in Lampung and West Java. Biotropia 8:30-38. Gambar L1. Hifa pada rhizosfir sorgum. Keterangan : 1. Hifa. (Pembesaran 10 x 40 kali), Kamera Canon 16 Mega Pixel. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh 11 isolat mikoriza di bawah tegakan sawit yang ditanam di lahan gambut yang terdiri dari dua genus yaitu Glomus dan Acaulospora. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah menyediakan dana penelitian ini, melalui hibah penelitian Guru Besar yang didanai dari DIPA Universitas Riau No. 95/UN.19.2/PL/2012. DAFTAR PUSTAKA Agus, F dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk pertanian dan aspek lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor. Anggraini, T. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati dan Amandemen Pada Tanah Gambut Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tanaman Kedelai. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Balai Informasi Pertanian. 1990. Pedoman Budidaya Kelapa Sawit. Dinas Pertanian Sumatera Utara. Medan. 32 hal. Morton JB dan Walker C. 1984. Glomus diaphanum: A new species in the Endogonaceae common in West Virginia. Mycotaxon 21:431-440. Muas, I. 2002. Kompobilitas Beberapa Jenis Isolat CMA Terhadap Dua Kultur Pepaya (Carica pepaya L.) dan Daya Adopsinya Pada Medium Tidak Steril, Thesis Program Pascaserjana Universitas Padjajaran. Bandung. 122 hal tidak dipublikasikan Nasrul, B. 2009. Perencanaan Pengembangan Holtikultura Menggunakan Analisis system informasi Geografis. Jurnal Sagu Agricultural Science and Technology Journal 8 (2) 2009. Noor. 2001. Pertanian Lahan Gambut : Potensi dan kendala. Kanisius. Yogyakarta. 174 hal. O Connor PJ, Smith SE, Smith FA. 2001. Arbuscular mycorrhizal associations in the southern Simpson Desert. Aust J Both 49:493-499 Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen. Agribisnis dari Hulu dan Hilir. Penerbit Swadaya. Jakarta. Puspitasari RT. 2005. Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dihutan pantai Ujung Genteng, Sukabumi-Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Prasetyo H. 2004. Cendawan mikoriza arbuskula pada bambu [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 25

Rainiyati. 2007. CMA Tingkatkan Produksi Pisang Raja Nangka. 1 Maret Cyber News. Suara Merdeka CyberNews-Nasional.htm. [1 Juni 2008]. Septyarini. 1999. Cendawan Mikoriza Arbuskula di Kebun Plasma Nutfah Puslit Bioteknologi-LIPI, Cibinong [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Setya AP. 1995. Mikoriza arbuskula pada rizosfer beberapa spesies bambu di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Setyaningsih, L., Y. Munawar, dan M. Turjaman. 2000. Efektifitas CMA dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan Bitti. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I. Sieverding E. 1991. Vesculer Arbuscular mycorrhiza management in tropical agrosystem. Eschborn : Deutsche GTZ GmbH.. Widiastuti H, Kramadibrata K. 1992. Jamur mikoriza bervesikula-arbuskula di beberapa tanah masam dari Jawa Barat. Menara Perkebunan 60:9-19. 26