BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Prayitno (2009:37) menyatakan bahwa Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan keluarga dan masyarakat yang memberikan pendidikan secara informal. Sekolah Dasar (selanjutnya disebut SD) yang didirikan sebagai lembaga pendidikan merupakan sekolah yang membentuk kecakapan dasar baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Di SD inilah peserta didik memperlengkapi diri secara keilmuan maupun kepribadian memasuki perjalanan kehidupan mereka. SD baik Negri maupun Swasta tersebar diseluruh Indonesia sampai kepelosok daerah sebab pendidikan bukan lagi meningkatkan status dalam masyarakat tetapi sudah menjadi kebutuhan seluruh masyarakat di Indonesia. Belajar merupakan perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman. Belajar bermula dari proses tidak tahu menjadi tahu dan tidak bisa menjadi bisa. Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Hal tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan Ilmu Pengetahuan. Pengetian belajar yang selanjutnya menurut Slameto (2003: 2): Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kamarga (1994), Dalam buku Konsep IPS dalam Kurikulum dan Implementasinya Di sekolah berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai 1

2 SMP/MTs/SMPLB. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi materi terpilih dari ilmu ilmu sosial dan humaniora untuk kepentingan pengajaran anak didik. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Tujuan pendidikan nasional secara umum adalah membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif serta mandiri sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya serta menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Pendidikan adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan mandiri. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pengembangan bakat dan potensi agar lebih cepat terarah maka perlu bimbingan yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluai peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan menengah pada pendidikan formal. Oleh: Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS No 20 Tahun 2003). Selama ini proses pembelajaran IPS kebanyakan masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa dengan pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam memahami mata pelajaran IPS. Siswa tidak akan bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses belajar hendaknya guru adalah sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar supaya menemukan pengalamannya sendiri. Pengalaman itulah yang dijadikan sebagai sumber belajar

3 siswa. Guru bukanlah satu-satunya sumber utama dan serba tahu, sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih merupakan mata pelajaran yang tidak terlalu disukai dan dianggap tidak penting bagi peserta didik. Hal ini diperkuat fakta bahwa hasil belajar, dan hanya sedikit peserta didik yang mampu memperoleh nilai yang melampaui KKM dengan nilai patokan dalam KKM adalah 65. Agar proses pembelajaran semakin menarik perlu pemilihan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dan dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah dalam memahami konsep yang sulit pada saat proses pembelajaran. Banyak sekali metodemetode pembelajaran yang inovatif dalam pendidikan. Diantaranya adalah pembelajaran cooperative Metode pembelajaran cooperative teknik make a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal bisa jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam teknik pembelajaran make a match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan. Sehingga pembelajaran akan mudah dipahami serta membuat hubungan sosial siswa berkembang. Metode pembelajaran cooperative merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa mempelajarai isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran cooperative mencakup lima unsur yang harus diterapkan yaitu;saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Apabila komunikasi antara guru dengan siswa tidak seimbang atau guru hanya berceramah saja maka yang ada siswa akan merasa bosan dan jenuh atau bahkan berbicara sendiri. Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS saat observasi atau pra-penelitian hampir 65% peserta didik berbicara dengan teman sebangkunya dan pembicaraan mereka bukan membahas tentang pelajaran yang sedang diikuti, dan partisipasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran masih kurang, hal ini terlihat pada saat peserta didik diminta maju untuk mengerjakan tugas yang diberikan masih kesulitan untuk menyelesaikan tugas

4 yang diberikan tersebut. Pekerjaan rumah yang diberikan pun selalu tidak dikerjakan. Selain itu faktor dari keluarga pun juga mempengaruhi. Orang tua yang cenderung tidak memperhatikan perkembangan belajar anak juga ikut mempengaruhi.tugas yang diberikan tidak diselesaikan dengan dengan baik sehingga hasil yang diperoleh pun tidak memenuhi standar ketuntasan. Kenyataan ini dapat di lihat di SD Negeri Gendongan 03 Kecamatan Tingkir, kota Salatiga. dengan KKM mata pelajaran IPS 65 sebanyak 19 peserta didik atau 66% yang baru memenuhi KKM sedangkan 8 peserta didik atau 33% yang belum mencapai standar pada KKM yang telah ditentukan dari jumlah keseluruhan 27 peserta didik kelas IV di SD Negeri Gendongan 03. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat observasi yang telah dilakukan di SD Negeri Gendongan 03, dari data yang diperoleh maka perlu pemilihan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dan dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah dalam memahami konsep yang sulit pada saat proses pembelajaran. Memperhatikan permasalahan pada latar belakang, sudah selayaknya dalam pengajaran IPS di SD Negeri Gendongan 03 dilakukan suatu inovasi. Inovasi tersebut adalah melalui pembelajaran cooperative teknik Make A Match agar motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Dengan make a match maka kekompakan siswa akan meningkat dan siswa akan memahami dirinya bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial. Sehingga membuat kerjasama antar kelompok meningkat dan menjadikan stimulus yang baik untuk kekompakan. Melalui metode make a match akan terjadi asosiasi asosiasi antara pertanyaan pertanyaan sebagai stimulus dan jawaban jawaban sebagai respon dan juga terjalin interaksi dan kerja sama antar siswa. Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar (Martinus Yamin, 2004: 80). Maka perlu pemilihan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dan dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah dalam memahami konsep yang sulit pada saat proses pembelajaran. Memperhatikan permasalahan pada latar belakang, sudah selayaknya

5 dalam pengajaran IPS di SD Negeri Gendongan 03 dilakukan suatu inovasi. Inovasi tersebut adalah melalui pembelajaran cooperative teknikmake A Match agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Dengan make a match maka kekompakan siswa akan meningkat dan siswa akan memahami dirinya bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial. Sehingga membuat kerjasama antar kelompok meningkat dan menjadikan stimulus yang baik untuk kekompakan. Melalui teknik make a match akan terjadi asosiasi asosiasi antara pertanyaan pertanyaan sebagai stimulus dan jawaban-jawaban sebagai respon dan juga terjalin interaksi dan kerja sama antar siswa. Metode pembelajaran cooperative bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Metode pembelajaran cooperative merupakan suatu metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Metode pembelajaran cooperative mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan teknik make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa, mengembangkan keingintahunan dan imajinasi, memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi menciptakan kondisi yang menyenangkan, mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran. Melalui pembelajaran cooperative dengan teknik make a match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS. Serta semangat kebersamaan

6 dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran IPS. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang optimal terhadap mata pelajaran IPS. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi penyebab terjadinya masalah sebagai berikut: a. Rendahnya minat siswa dalam belajar IPS. b. Kurangnya motivasi siswa terhadap proses pembelajaran. c. Kurangnya motivasi siswadalam menyelesaikan tugas. d. Kurangnya keberanian siswa bertanya pada materi yang belum dipahami e. Kurangnya guru menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. f. Siswa kurang memperhatikan saat guru menyajikan materi pelajaran. g. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS rendah. Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, peneliti hanya fokus membahas tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang masih rendah. 1.3. Cara Pemecahan masalah Agar hasil belajar IPS dapat meningkat, maka perlu pemilihan metode pembelajaran yang tepat salah satunya adalah dengan menggunakan metode cooperative learning teknik make a match. 1.4. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah metode pembelajaran cooperative teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SD Negeri Gendongan03 semester II Tahun Pelajaran 2012/2013?

7 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran IPS metode cooperative teknik make a match siswa kelas 5 di SD Negeri Gendongan 03 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. 1.6. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1. Manfaat Teoritis Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan dalam memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan masukan mengenai penerapan metode pembelajaran cooperative teknik make a match pada mata pelajaran IPS. 1.6.2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik: 1. Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS 2. Dengan diterapkannya pembelajaran cooperative dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. b. Bagi Guru: 1. Memberikan masukan kepada guru dalam menentukan Metode belajar yang tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam penyajian pembelajaran IPS 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan dan

8 pemilihan pendekatan/ metode pembelajaran untuk digunakan pada saat proses belajar-mengajar. c. Bagi Sekolah: 1. Sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) yang bermuara pada peningkataan mutu hasil pembelajaran 2. Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di kelas 5 SD N Gendongan 03.