BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

, Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia) 2011, No Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan

2011, No tertulis, pemberian dan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.01/2011 TENTANG

SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 7, Tambaha

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2 Di Lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (INDONESIAN INSTITUTE OF SCIENCES)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 211/PMK.01/2014 TENTANG HARI DAN JAM KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 05 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 12 TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013 TENTANG

2 Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan N

2 Tahun 1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2797); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KEHADIRAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

BERITA NEGARA. No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG HARI DAN JAM KERJA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 47 TAHUN 2017

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1567, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Tunjangan Kinerja. PNS. Pelaksanaan. MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, T

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN 2014 TENTANG HARI DAN JAM KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

FORMAT SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2017, No Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; 3. Peraturan Presiden Nomor 119 Tahun 2015 tent

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR: 1 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

-1- REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013

2015, No Pengaduan Masyarakat di Badan Koordinasi Penanaman Modal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Le

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMETERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR214/PMK.01/2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Ta

2011, No dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lemba

Transkripsi:

No.757, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Honorarium. Pegawai ASN. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 518/KMK.02/2015 tentang Honorarium bagi Pejabat atau Pegawai Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang Ditugaskan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu diatur mengenai tata cara pemberian honorarium kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara yang ditugaskan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal;

2015, No.757 2 b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Tata Cara Pemberian Honorarium kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara yang Ditugaskan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); 8. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 86

3 2015, No.757 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 120); 9. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221); 10. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal; 11. Keputusan Presiden Nomor 193/M Tahun 2014; 12. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2011; 13. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal; Memperhatikan : Keputusan Menteri Keuangan Nomor 518/KMK.02/2015 tentang Honorarium bagi Pejabat atau Pegawai Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang Ditugaskan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat BKPM, adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang

2015, No.757 4 bertanggung jawab di bidang penanaman modal, yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 2. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP, adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu. 3. PTSP Pusat adalah pelayanan terkait penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yang diselenggarakan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu di BKPM yang penyelenggaraannya dilakukan dengan: a. pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari Menteri/Kepala LPNK kepada Kepala BKPM; dan/atau b. penugasan Pejabat Kementerian/LPNK di BKPM. 4. Honorarium adalah selisih antara honorarium sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan Nomor 518/KMK.02/2015 tentang Honorarium bagi Pejabat atau Pegawai Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang Ditugaskan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan kelas jabatan di masing-masing Kementerian/LPNK. 5. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang Ditugaskan pada PTSP Pusat di BKPM, yang selanjutnya disebut Pegawai ASN PTSP Pusat, adalah pegawai BKPM dan pegawai Kementerian/LPNK, yang ditunjuk sebagai anggota Tim Penyelenggaraan PTSP Pusat di BKPM berdasarkan Keputusan Kepala BKPM. 6. Jam Kerja Pelayanan adalah waktu kerja pelayanan yang berlaku pada PTSP Pusat di BKPM. 7. Alasan Yang Sah adalah alasan yang dapat dipertanggungjawabkan yang disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam surat permohonan izin/ pemberitahuan serta disetujui oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.

5 2015, No.757 BAB II JAM KERJA PELAYANAN Bagian Kesatu Ketentuan Hari dan Jam Kerja Pelayanan Pasal 2 (1) Pegawai ASN PTSP Pusat wajib masuk dan pulang kerja sesuai ketentuan Jam Kerja Pelayanan yang berlaku pada PTSP Pusat di BKPM, sebagai berikut: a. Hari Senin-Kamis : pukul 07.30-16.00 WIB; b. Hari Jum'at : pukul 07.30-16.30 WIB; c. Waktu keterlambatan yang dapat digantikan paling lama 30 (tiga puluh) menit terhitung sejak jam masuk kerja pada hari yang sama. (2) Kehadiran dan kepulangan Pegawai ASN PTSP Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan pengisian daftar hadir elektronik sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada saat masuk dan pada saat pulang kerja. (3) Pengisian daftar hadir dapat dilakukan secara manual dalam hal: a. sistem kehadiran elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengalami kerusakan/tidak berfungsi; b. Pegawai ASN PTSP Pusat belum terdaftar dalam sistem kehadiran secara elektronik; c. sidik jari tidak terekam dalam sistem kehadiran elektronik; atau d. terjadi keadaan kahar (force majeure). (4) Keadaan kahar (force majeure) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d merupakan suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan dan kendali manusia dan tidak dapat dihindarkan berupa bencana alam dan kerusuhan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya yang ditetapkan oleh Kepala BKPM. Bagian Kedua Pelanggaran Jam Kerja Pelayanan Pasal 3 (1) Pegawai ASN PTSP Pusat dinyatakan melanggar Jam Kerja Pelayanan apabila tidak masuk kerja, terlambat masuk kerja, pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas, tidak mengganti waktu

2015, No.757 6 keterlambatan dan/atau tidak mengisi daftar hadir, tanpa Alasan Yang Sah. (2) Alasan Yang Sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sakit dengan melampirkan surat keterangan sakit dari dokter; b. melaksanakan tugas kedinasan berdasarkan surat tugas; c. menghadiri rapat dan acara kedinasan lain dengan melampirkan surat undangan; d. cuti berdasarkan Surat Keputusan Cuti. (3) Alasan Yang Sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam surat permohonan izin/pemberitahuan yang disetujui oleh: a. Ketua Tim Penyelenggaraan PTSP Pusat di BKPM bagi Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjabat sebagai pejabat Eselon I; b. Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Koordinasi dan Pemantauan Kementerian/LPNK bagi Pegawai ASN PTSP Pusat yang berasal dari Kementerian/LPNK; c. Atasan langsung bagi Pegawai ASN BKPM. (4) Surat permohonan izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk Pegawai ASN Pusat yang berasal dari Kementerian/LPNK, dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (5) Surat permohonan izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk pegawai ASN BKPM, dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (6) Dalam hal Pegawai ASN PTSP Pusat tidak berada di tempat tugas dihitung berdasarkan jumlah waktu ketidakberadaan pegawai di tempat tugas, Ketua Tim Penyelenggaraan PTSP Pusat di BKPM atau Ketua Pokja Koordinasi dan Pemantauan Kementerian/LPNK atau atasan langsung dapat melaporkan dengan surat keterangan sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 4 (1) Surat permohonan izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau ayat (4) wajib disampaikan kepada Ketua Tim Penyelenggaraan PTSP Pusat di BKPM atau Ketua Pokja Koordinasi dan Pemantauan Kementerian/LPNK atau atasan langsung paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal ketidakhadiran keterlambatan masuk kerja pulang sebelum waktunya tidak berada di tempat tugas

7 2015, No.757 tidak mengganti waktu keterlambatan dan/atau tidak mengisi daftar hadir. (2) Surat permohonan izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disampaikan lebih dari 3 (tiga) hari dinyatakan tidak berlaku dan dianggap melanggar Jam Kerja Pelayanan. Pasal 5 Penghitungan akumulasi pelanggaran Jam Kerja Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang dilakukan oleh Pegawai ASN Kementerian/LPNK dilaporkan kepada instansi asal pegawai yang bersangkutan dalam rangka rekomendasi tentang penilaian perilaku kerja pegawai pada awal bulan berikutnya. Bagian Ketiga Pemotongan Honorarium Pasal 6 (1) Pemotongan Honorarium diberlakukan kepada: a. Pegawai ASN PTSP Pusat yang tidak masuk kerja atau tidak berada di tempat tugas atau di ruang kerjanya tanpa Alasan Yang Sah selama 7 (tujuh) jam 30 (tiga puluh) menit atau lebih dalam sehari; b. Pegawai ASN PTSP Pusat yang terlambat masuk kerja di atas waktu keterlambatan yang dapat digantikan; c. Pegawai ASN PTSP Pusat yang pulang sebelum berakhirnya jam kerja pelayanan; d. Pegawai ASN PTSP Pusat yang tidak mengganti waktu keterlambatan; dan e. Pegawai ASN PTSP Pusat yang tidak mengisi daftar hadir pada waktu masuk kerja atau pulang kerja. (2) Pemotongan Honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam perseratus (%). Pasal 7 (1) Kepada Pegawai ASN PTSP Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat huruf a, diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 5% (lima perseratus) untuk tiap 1 (satu) hari tidak masuk kerja atau tidak berada di tempat tugas atau di ruang kerjanya tanpa Alasan Yang Sah selama 7 (tujuh) jam 30 (tiga puluh) menit dalam satu (satu) hari. (2) Kepada Pegawai ASN PTSP Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, huruf d dan/atau huruf e, diberlakukan

2015, No.757 8 pemotongan Honorarium sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (3) Kepada Pegawai ASN PTSP Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dan/atau huruf e, diberlakukan pemotongan Honorarium sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (4) Dalam hal Pegawai ASN PTSP Pusat tidak mengisi daftar hadir masuk kerja dan daftar hadir pulang kerja pada hari yang sama, diberlakukan pemotongan Honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 8 Pemotongan Honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dihitung secara kumulatif yang dalam 1 (satu) bulan paling banyak sebesar 100% (seratus perseratus). Pasal 9 Pegawai ASN PTSP Pusat yang tidak masuk kerja karena menjalani cuti tahunan diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 0% (nol perseratus). Pasal 10 (1) Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani cuti karena alasan penting diberlakukan pemotongan honorarium sebesar 0% (nol perseratus) dengan ketentuan: a. paling lama 4 (empat) hari kerja untuk setiap pengajuan cuti karena orang tua/mertua, istri/suami, anak/menantu, atau saudara kandung sakit keras atau meninggal dunia; dan b. paling lama 3 (tiga) hari kerja untuk setiap pengajuan cuti karena melakukan pengurusan hak sebagai ahli waris, dan alasan melakukan pernikahan pertama. (2) Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani cuti karena alasan penting melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pada hari berikutnya dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 2% (dua perseratus) per hari kerja. Pasal 11 Pegawai ASN PTSP Pusat yang sedang menjalani cuti sakit diberlakukan ketentuan sebagai berikut: a. Pegawai ASN PTSP Pusat yang sakit dengan surat keterangan dokter namun tidak menjalani rawat inap untuk paling lama 3 (tiga) hari kerja, diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 0% (nol

9 2015, No.757 perseratus) dan untuk hari berikutnya dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 2% (dua perseratus) per hari kerja; b. Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani rawat inap di Puskesmas atau rumah sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan rawat inap dan fotokopi rincian biaya rawat inap dari Puskesmas atau rumah sakit untuk paling lama 20 (dua puluh) hari kerja, diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 0% (nol perseratus) dan untuk hari berikutnya dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 2% (dua perseratus) per hari kerja; c. Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani rawat jalan setelah selesai menjalani rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter, diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 2% (dua perseratus) per hari kerja; d. Pegawai ASN PTSP Pusat wanita yang mengalami gugur kandungan namun tidak menjalani rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter untuk paling lama 3 (tiga) hari kerja, diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 0% (nol perseratus) dan untuk hari berikutnya dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 2% (dua perseratus) per hari kerja. Pasal 12 (1) Pegawai ASN PTSP Pusat wanita yang sedang menjalani cuti bersalin untuk melaksanakan persalinan yang pertama sampai dengan kedua, diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 0% (nol perseratus) selama 5 (lima) hari kerja pertama dan untuk hari berikutnya diberlakukan pemotongan Honorarium sebesar 2% (dua perseratus) per hari kerja. (2) Pegawai ASN PTSP Pusat wanita yang melaksanakan persalinan yang ketiga dan seterusnya, dikenakan pemotongan Honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1). Pasal 13 Honorarium dan pemotongannya tidak diberikan kepada: a. Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani cuti besar; b. Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani cuti di luar tanggungan negara; dan c. Pegawai ASN PTSP Pusat yang menjalani masa persiapan pensiun.

2015, No.757 10 BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Pelaksanaan pemberian Honorarium kepada Pegawai ASN PTSP Pusat terhitung sejak bulan Januari 2015. Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2015 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, FRANKY SIBARANI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

11 2015, No.757 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN Yang bertanda tangan di bawah ini, kami: Nama : NIP : Pangkat/Gol. : Jabatan : Tim : dengan ini mengajukan Permohonan Izin Untuk Tidak Masuk Kerja / Izin Pulang Sebelum Waktunya / Pemberitahuan Terlambat Masuk Kerja /.*) selama.. hari/jam/menit*), pada hari.., tanggal, dengan alasan yaitu.. Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum. Menyetujui/Tidak Menyetujui*) Ketua Tim Penyelenggaraan PTSP Pusat/ Ketua Pokja Hormat Kami.. NIP... NIP. KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, FRANKY SIBARANI

2015, No.757 12 LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SURAT PERMOHONAN IZIN/PEMBERITAHUAN Yang bertanda tangan di bawah ini, kami: Nama : NIP : Pangkat/Gol. : Jabatan : Tim : dengan ini mengajukan Permohonan Izin Untuk Tidak Masuk Kerja / Izin Pulang Sebelum Waktunya / Pemberitahuan Terlambat Masuk Kerja /.*) selama.. hari/jam/menit*), pada hari.., tanggal, dengan alasan yaitu.. Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum. Menyetujui/Tidak Menyetujui*) Ketua Tim Penyelenggaraan PTSP Pusat/ Ketua Pokja*) Hormat Kami.. NIP... NIP. Menyetujui/Tidak Menyetujui*) Atasan Langsung.. NIP. KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, FRANKY SIBARANI

13 2015, No.757 LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SURAT KETERANGAN KETIDAKHADIRAN Yang bertanda tangan di bawah ini, kami: Nama : NIP : Pangkat/Gol. : Jabatan : Unit : dengan ini menerangkan bahwa Pegawai: Nama : NIP : Pangkat/Gol. : Jabatan : Unit : telah tidak berada di tempat tugas tanpa alasan yang sah/tanpa izin pada hari.., tanggal, antara pukul s/d.. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.... (Atasan langsung) Tembusan: 1. Pejabat Eselon II yang bersangkutan;... NIP. 2. Pejabat Eselon III/IV yang menangani Kepegawaian. KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, FRANKY SIBARANI

2015, No.757 14 LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PERSENTASE PEMOTONGAN HONORARIUM BAGI PEGAWAI ASN PTSP PUSAT YANG TERLAMBAT MASUK KERJA PELAYANAN KETERLAMBATAN LAMA KETERLAMBATAN PERSENTASE PEMOTONGAN Terlambat 1 1 menit s.d < 31 menit 0,5 % Terlambat 2 31 menit s.d < 61 menit 1 % Terlambat 3 61 menit s.d < 91 menit 1,5 % Terlambat 4 Contoh dan Penjelasan. 91 menit dan/atau tidak mengisi daftar hadir masuk kerja 2,5 % a. Seorang Pegawai ASN PTSP Pusat tiba di kantor pukul 07.50 berarti terlambat 20 menit. Oleh karena itu pegawai yang bersangkutan pada hari yang sama harus pulang pukul 16.20 (untuk hari Senin Kamis) atau pukul 16.50 (untuk hari Jumat). Apabila pegawai yang bersangkutan tetap pulang pada pukul 16.00 (pada hari Senin Kamis) atau pukul 16.30 (pada hari Jumat) tanpa mengganti keterlambatannya pada hari yang sama, maka pegawai tersebut dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 0,5% (nol koma lima perseratus) untuk keterlambatan 20 menit (Lihat Terlambat 1 pada tabel di atas). b. Seorang Pegawai ASN PTSP Pusat tiba di kantor pukul 08.01 berarti terlambat 31 menit. Keterlambatan ini tidak dapat digantikan dengan waktu kepulangan. Dengan demikian kepada pegawai yang bersangkutan dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 1% (satu perseratus) untuk keterlambatan 31 menit.

15 2015, No.757 Catatan: pegawai yang bersangkutan pulang paling cepat pukul 16.00 (pada hari Senin - Kamis) atau pukul 16.30 (pada hari Jumat) (Lihat Terlambat 2 pada tabel di atas). c. Seorang pegawai tiba di kantor pukul 07.30, namun tidak mengisi daftar hadir berarti diperhitungkan terlambat selama atau lebih dari 91 (sembilan puluh satu) menit, atau tidak hadir selama 3 (tiga) jam 45 (empat puluh lima) menit dalam 1 (satu) hari kerja. Dengan demikian pegawai yang bersangkutan dikenakan pemotongan Honorarium sebesar 2,5% (satu koma lima perseratus) (Lihat Terlambat 4 pada tabel di atas). KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, FRANKY SIBARANI

2015, No.757 16 LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG DITUGASKAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PERSENTASE PEMOTONGAN HONORARIUM BAGI PEGAWAI ASN PTSP PUSAT YANG PULANG SEBELUM WAKTUNYA KEPULANGAN LAMA KEPULANGAN PERSENTASE PEMOTONGAN Pulang 1 1 menit s.d < 31 menit 0,5 % Pulang 2 31 menit s.d < 61 menit 1 % Pulang 3 61 menit s.d < 91 menit 1,5 % Pulang 4 91 menit dan/atau tidak mengisi daftar hadir pulang kerja 2,5 % KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, FRANKY SIBARANI