BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jual beli tanah..., Ni Wayan Nagining Sidianthi, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional dalam melaksanakan politik pertanahan bahwa negara. Tujuan Undang-undang Pokok Agraria adalah :

DAFTAR PUSTAKA. A. Pittlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Terjemahan M. Isa Arif, PT Intermasa,

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kekayaan alam yang ada dibumi yang

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Pressindo, Jakarta, 2009, hlm Erwin Kallo, Panduan Hukum Untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun, Minerva Athena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

milik adat yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan).

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

KETIDAKHADIRAN SESEORANG DALAM JUAL BELI DAN BALIK NAMA HAK ATAS TANAH DALAM PEWARISAN (Studi Kasus Perdata No. 1142/Pdt.P/2012/P.N.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB IV. mengusai suatu tanah, di masa lalu haruslah membuka hutan terlebih dahulu,

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses pendaftaran peralihan hak karena lelang itu diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

TESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan)

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Analisis Yuridis, Pembuatan Sertifikat Tanah,

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman dan sebagai lahan untuk pertanian. Namun pada perkembangannya,

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR

TINJAUAN HUKUM TERHADAP JUAL BELI TANAH TANPA AKTA PPAT (WILAYAH KECAMATAN TINOMBO) CICI FAJAR NOVITA / D

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Selain itu tanah mempunyai hubungan yang erat dalam manusia karena tanah mempunyai nilai ekonomis bagi kehidupan manusia dan dapat menghasilkan sumber daya alam bagi orang banyak. Hal ini diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 1 Pokok-pokok tujuan diberlakukanya Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA) adalah untuk meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, meletakkan dasar-dasar untuk kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan, serta meletakkan dasar-dasar untuk memberi kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat. 2 Berhubung dengan itu, jaminan kepastian hukum dan kepastian hak dalam bidang agraria dalam Pasal 19 (UUPA) memerintahkan kepada 1 K. Wantjik Saleh, 1982, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 7. 2 Mudjiono, 1997, Politik dan Hukum Agraria, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, hal. 22. 1

2 pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Secara tegas Pasal 19 UUPA itu menyatakan bahwa, pendaftaran tanah tersebut perlu diadakan untuk menjamin kepastian hukum. 3 Pendaftaran tanah di Indonesia mengandung asas spesialisasi yaitu tanah yang didaftarkan harus jelas diketahui tentang letak dan kedudukan tanah serta batas-batasnya. Asas spesialisasi juga mengandung asas publisitas adalah suatu prinsip yang memungkinkan setiap orang dapat mengetahui semua hak-hak atas tanah dan semua perbuatan hukum mengenai tanah. 4 Pada zaman dahulu, orang dapat memperoleh dan memiliki serta menguasai tanah dengan mudah, tanah dapat digarap oleh siapa saja dan orang yang menggarap sebidang tanah terlebih dahulu maka dapat menguasai dan memiliki tanah yang digarapnya tersebut secara turun temurun. Namun sekarang tidak demikian halnya, pada umumnya tanah dimuka bumi ini tidak ada lagi yang tidak bertuan, demikian juga halnya di Kabupaten Karanganyar, setiap bidang tanah telah ada yang menguasai dan memilikinya baik secara individu maupun kelompok. Menyadari situasi yang demikian bagi masyarakat yang ingin memiliki tanah tidak ada cara lain yang dapat dilakukan melainkan membeli tanah tersebut dari pemiliknya. Jual beli tanah tidak secara tegas dan terperinci 3 Effendi Perangin, 1991, Hukum Agraria Di Indonesia (Suatu telah dari Sudut Pandang Praktis Hukum), Jakarta: Rajawali Pers, hal. 95. 4 Djoko Prakoso & Budiman Adi Purwanto, 1985, Eksistensi Prona sebagai Pelaksana Mekanise Fungsi Agraria, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal 26.

3 diatur dalam UUPA, bahkan sampai sekarang belum ada peraturan yang mengatur khusus mengenai pelaksanaan jual beli tanah. 5 Pendaftaran hak atas tanah baik yang pertama kali maupun pendaftaran berikutnya karena peralihan hak maupun karena jual beli, hibah, tukar menukar, maupun karena diwakafkan kesemuanya merupakan suatu pranatapranata hukum yang diadministrasikan dengan baik oleh Kantor Pertanahan. 6 Perjanjian jual beli hak milik atas tanah tersebut didasarkan pada suatu perjanjian dimana untuk sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata mengandung empat syrat yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Peralihan hak milik atas tanah tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku. Perbuatan hukum jual beli selesai atau tuntas pada saat penjual menerima pembayaran dan bersamaan dengan itu menyerahkan suatu barang yang dijualkan kepada pembeli. Jual beli yang dilakukan dengan nyata atau konkret dikenal dengan istilah terang dan tunai, namun apabila diperhatikan dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Perdata (KUHPerdata), jual beli diartikan sebagai berikut: Jual beli adalah suatu perjanjian, dengan 5 Andrian Sutedi, 2009, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 71. 6 A.P. Parlindungan, 1991, Pedoman Pelaksanaa Undang-Undang Pokok Agraria Dan Tata Cara Pejabat Pembuat Akta Tanah, Bandung: Mandar Maju, hal. 24.

4 mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 7 Peralihan hak atas tanah karena perbuatan hukum (jual beli) dapat didaftarkan juga dibuktikan dengan akta PPAT. Akta PPAT tersebut merupakan bukti telah terjadinya peralihan hak atas tanah karena perbuatan hukum melalui jual beli dan salah satu syarat mutlak untuk melakukan pendaftaran peralihan Hak Milik karena jual beli di Kantor Pertanahan. 8 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERALIHAN HAK ATAS TANAH DALAM SENGKETA JUAL BELI (Studi Kasus Putusan PN Karanganyar No.52/Pdt.G/2014.PN.Krg). B. Pembatasan Masalah Agar penulis skripsi ini mengarah pada pembahasan yang diharapkan dan terfokus pada pokok permasalahan yang ditentukan, serta tidak terjadi pengertian kabur karena luang lingkup yang terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan maalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini mengenai peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan yang merupakan fokus pengkajian yakni: 7 R. Subekti & R. Tjitrosudibio, 2014, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, hal. 366. 8 R. Wantjik Saleh, 1982, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta: Ghalia Indonesi, hal. 30.

5 1. Pertimbangan hakim terhadap peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli? 2. Hambatan apa yang dihadapi dalam sengketa balik nama sertifikat? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijelaskan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli. b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam sengketa balik nama sertifikat. 2. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penulisan ini dapat mempunyai manfaat, antara lain: a. Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini penulis berharap dapat menjadi manfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu hukum perdata khususnya dalam peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli. b. Manfaat Praktis Hasil dari kajian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan dan tambahan pengetahuan terkait masalah yang diteliti

6 penulis serta berguna bagi para pihak yang mempunyai minat mengkaji masalah terkait. E. Kerangka Pemikiran Menurut ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria menentukan bahwa: 1. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat fungsi sosial; 2. Hak milik dapat beralih kepada pihak lain. Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan hak milik atas tanah saat ini yaitu dengan melakukan transaksi jual beli. Transaksi jual beli adalah salah satu cara untuk memperoleh dan memiliki hak milik atas tanah. Pada saat melakukan proses transaksi jual beli hak milik atas tanah, sebelum terpenuhinya syarat terang dan lunasnya suatu pembayaran terhadap pembeli suatu objek hak milik atas tanah, maka para pihak dalam hal ini pihak penjual dan pembeli melakukan suatu perbuatan hukum dengan membuat suatu perjanjian jual beli hak milik atas tanah dihadapan Notaris. Ketentuan yang mengatur tentang peralihan hak atas tanah, jual beli hak milik atas tanah dan penyerahan hak milik atas tanah dari penjual kepada pembeli harus seuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Nomor 59 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3696), yang menyatakan bahwa:

7 Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan harta ke perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menerut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hukum pertanahan Indonesia dikenal bahwa jual beli tanah dilakukan secara terang dan tunai dalam artian penyerahan dan pembayaran jual beli hak milik atas tanah dilakukan pada saat bersamaan (tunai) dihadapan seorang PPAT (terang). 9 Penambahan terang dan tunai dalam jual beli hak milik atas tanah disebabkan karena hukum tanah di Indonesia mengadopsi aturan-aturan hukum adat. Pandangan hukum adat menyatakan bahwa jual beli atas bidang tanah telah terjadi antara penjual dan pembeli bila diketahui oleh kepala kampung yang bersangkutan dan dihindari oleh dua orang saksi. 10 Dengan membuat suatu perjanjian jual beli, para pihak bermaksud untuk membuat suatu perjanjian pendahuluan dalam rangka proses peralihan hak milik atas tanah. F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif. Penelitian dengan metode hukum normatif disebut juga dengan penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum 9 Gunawan Widjaya & Kartini Mulyadi, 2003, Jual Beli, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 87. 10 Sahat Sinaga, 2007, Jual Beli Tanah dan Pencatatan Peralihan, Jakarta: Pustaka Sutra, hal. 17-21.

8 doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Dikatakan penelitian perpustakaan atau studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. 11 Dengan penelitian hukum ini penulis berharap mampu memberikan jawaban atas permasalahan hukum dalam penelitian ini. 2. Jenis Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini bersifat deskriptif karena bermaksud untuk menggambarkan secara jelas, mengenai berbagai hal yang terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mendeskripsikan mengenai peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli. 3. Jenis Data Penelitian ini menggunakan Data Sekunder yang berupa bahanbahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritotif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. 12 Dalam penelitian ini bahan hukum primer, antara lain: 11 Suratman & Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung : Alfabeta, hal. 51. 12 Peter Mahmud Marzuki, 2013, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, hal. 181.

9 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 4) Yurisprudensi b. Bahan Hukum Sekunder Bahan yang digunakan sebagai penjelas dari bahan hukum primer, yang terdiri atas hasil karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang terkait dengan objek penelitian. Penulis menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum dan artikel serta literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini. 4. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan atau studi hukum. Studi kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menganalisis peraturan perundang-undangan, dokumen serta tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini. 5. Metode Analisis Data Teknik data yang digunakan oleh penulis berupa analisis kualitatif yaitu metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara

10 mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Dari bahan dan data tersebut selanjutnya dilakukan analisis yang berkaitan dengan peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli. G. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan yang di dalamnya berisikan tentang latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika skripsi. BAB II Tinjauan Pustaka yang di dalamnya berisikan tentang pertimbangan hakim, tinjauan umum tentang peralihan hak milik atas tanah, tinajuan umum tentang jual beli tanah dan akta jual beli, tinjauan umum tentang pendaftaran tanah di Indonesia, tinjauan umum tentang balik nama. BAB III Hasil Pembahasan Dan Penelitian yang di dalamnya berisikan mengenai pertimbangan hakim terhadap peralihan hak atas tanah dalam sengketa jual beli dan hambatan yang dihadapi dalam sengketa balik nama sertifikat. BAB IV Penutup berisikan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penulisan hukum ini.