BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam pengambilan keputusan di bursa saham. pemicu berkembangnya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan CSR merupakan gagasan yang tidak lagi membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sejalan dengan kesadaran masyarakat dalam menanamkan

BAB I PENDAHULUAN. (Brigham Gapensi, 1996 dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan. dan laporan arus kas (standar akuntansi keuangan no. 1).

BAB I PENDAHULUAN. saham akan menimbulkan emisi saham atau biaya modal sendiri sebesar tingkat

BAB I PENDAHULUAN. biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawabannya kepada pihak penyedia dana. Dana dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme transaksi saham yang fair. Namun transaksi saham yang fair sulit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan. Salah satu bentuk informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan harus melakukan inovasi agar dapat tetap bertahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi informasi tersebut dapat berupa laporan. eksternal ataupun internal perusahaan. Pihak pihak tersebut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan usaha. Dalam mengembangkan usaha akan membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat menyembunyikan dan mengubah metode informasi dengan. mempermainkan besar kecilnya angka-angka yang ada pada laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat. Hal ini dapat

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN LABA

Caecilia Antari Pratista. Drs. YB. Sigit Hutomo, M.BAcc., Akt PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seperti: kreditur, pemerintah, pemasok, dan lain-lain. Informasi laba

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada para. investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Kegiatan eksplorasi, eksploitasi sumber

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, baik perusahaan go public maupun bukan, pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat menjalankan suatu kelangsungan usaha, suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. unit defisit (emiten/borrower). Sedangkan untuk menjalankan fungsi

atau dengan mendapatkan keuntungan (gain) dari peningkatan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya masyarakat bisnis. Hal ini terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAAN. Tanggung jawab sosial atau sering disebut dengan corporate social

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial yang umum bagi investor, pelanggan, dan pihak stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan bisnis perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban sosial

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. hasil sesuai dengan harapan yaitu mendapatkan laba yang maksimal. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

PENDAHULUAN. yang go public. Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut

Skripsi Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

PENDAHULUAN. tentang seluruh aktivitas-aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan mempunyai fungsi utama sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Corporate social responsiblity

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

BAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan. Pihakpihak

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya perusahaan didirikan tidak hanya untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat kinerja dari suatu perusahaan. Informasi laba yang diberikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang efisien harus dapat memberikan perlindungan kepada investor publik dari

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Menurut Hery (2015:58) Laporan keuangan (financial

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. non keuangan yang detail dan memadai. kinerja dan operasional perusahaan yang sesungguhnya. Disclosure

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public di. dikeluarkan perusahaan sebagai dasar pertimbangan investor.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh. Dalam kebanyakan kasus, pemegang saham akan memilih direksi, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya tujuan utama investor meletakkan kekayaannya pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi. Oleh karena itu, agar laporan keuangan dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh perusahaan atau institusi pemerintah. Pasar modal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kinerja keuangan entitas. Laporan keuangan menunjukkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. utama perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya kepada para

BAB I PENDAHULUAN. modalnya. Namun adanya praktik manajemen laba pada laporan keuangan. emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang paling relevan untuk pengambilan keputusan investasi jangka panjang bagi investor dan analisis keuangan. Informasi yang paling diminati di antara informasi lain dalam laporan keuangan adalah informasi laba. Hal tersebut dibuktikan Francis dan Schippeer (1999) bahwa perubahan laba bersih dan nilai laba memiliki hubungan positif terhadap return saham sehingga menunjukkan bahwa informasi laba sangat relevan dalam pengambilan keputusan di bursa saham. Hal tersebut menyebabkan para penyusun laporan keuangan cenderung memanfaatkan bias yang terjadi karena pengguna hanya cenderung melihat informasi laba bersih dalam laporan laba rugi. Fenomena ini merupakan salah satu pemicu berkembangnya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Prinsipnya, nilai laba tidak hanya ditentukan dari suatu transaksi, tetapi ditentukan juga oleh beberapa kebijakan dan metode akuntansi, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Akibatnya, investor dapat salah menginterpretasikan informasi keuanagan jika tidak tahu bagaimana sebenarnya informasi itu disusun, terutama dalam penyusunan laporan tentang comprehensive income (Sulistiawan, 2011). Subramanyam (1996) menemukan bahwa manajer memilih akrual untuk meningkatkan keinformatifan (informativeness) laba akuntansi melalui

2 manajemen laba. Peran akrual sebagai ukuran ringkas kinerja perusahaan menjadi pertanyaan penting dalam riset akuntansi. Laba akrual dipandang sebagai ukuran kinerja perusahan yang lebih superior daripada aliran kas karena akrual mengurangi masalah waktu dan ketidakcocokan (mismatching) yang melekat dalam pengukuran aliran kas (Dechow, 1994). Walaupun demikian, karena adanya fleksibilitas standar akuntansi, akuntansi akrual menjadi subjek kebijakan manajerial. Kebijakan manajerial dapat meningkatkan keinformatifan laba dengan memberikan komunikasi privat (Watts dan Zimmerman, 1986). Disamping itu, adanya ketidaksepakatan (misalignment) antara manajer dan pemegang saham mendorong manajer untuk menggunakan fleksibilitas yang diberikan oleh standar akuntansi untuk mengatur laba secara oportunistik yang menyebabkan distorsi atas laba yang dilaporkan (Watts dan Zimmerman, 1986) Dechow (1994), Subramanyam (1996) dan Francis et al. (2004) menemukan bukti empirik bahwa informasi akrual relevan untuk menilai sebuah perusahaan. Pandangan lain yang menganggap manajemen laba merupakan upaya untuk memuaskan pemegang saham, dapat juga dilakukan sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan ketika terdapat asimetri informasi (Chaney dan Lewis, 1994). Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya risiko persepsian investor akibat ketidakpastian return di masa depan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki nilai pemegang saham. Leuz et al. (2003) memberikan bukti empirik bahwa Indonesia adalah negara yang paling besar tingkat manajemen labanya dibandingkan negara ASEAN lainnya. Berbagai emiten di Indonesia telah melakukan overstate earnings dalam

3 pengelolaan laba. Di samping itu, legal inforcement di Indonesia sangat lemah dan hal ini berdampak pada rendahnya tingkat proteksi terhadap investor. Selain itu, berdasarkan pada survey yang dilakukan oleh PriceWaterhouseCooper (Eccles et al., 2006 dalam Purwanto, 2012) dinyatakan bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia cenderung melakukan pengelolaan laba dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan bonus para manajer pada tahun berjalan dan meningkatkan harga saham. Adanya bukti empirik bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah, menimbulkan pertanyaaan, apakah investor mempertimbangkan besaran akrual dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan adalah tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor untuk menanamkan uangnya di perusahaan, dan dikenal dengan sebutan biaya modal ekuitas. Dechow et al. (1996) memperoleh bukti bahwa biaya modal perusahaan yang terkena sanksi SEC (Securities Exchange Commission) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol akibat telah melakukan penyimpangan terhadap standar akuntansi yang berlaku dengan melakukan income increasing. Utami (2005) dan Francis (2000) membuktikan bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas dan emiten cenderung melakukan income increasing accruals. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat informasi akrual, maka semakin tinggi biaya modal ekuitas. Jika investor sudah menyadari bahwa praktik manajemen laba banyak dilakukan oleh emiten dalam suatu pelaporan keuangan, maka ia akan

4 melakukan antisipasi risiko dengan cara menaikkan estimasi tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Biaya modal ekuitas bagi perusahaan merupakan biaya riil yang harus dikeluarkan dalam mendapatkan dana dari sisi ekuitas, sehingga kecenderungannya biaya modal tersebut harus diminimalisir dalam pengeluaran biaya (Dhaliwal, 2011). Dalam upaya meminimalisir biaya yang rendah untuk modal ekuitas, maka perusahaan menerbitkan suatu pengungkapan. Pentingnya suatu pengungkapan dapat menurunkan ekspektasi investor terhadap risiko dan mengurangi asimetri informasi dimana masing-masing menunjukkan pengurangan biaya modal (Lang, 1996). Bagi industri bisnis yang berkaitan dengan dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas bisnis yang dijalankan, pengungkapan wajib diungkapkan dalam laporan tahunan. Salah satu dari tujuh aspek yang harus diungkapkan dalam suatu laporan tahunan perusahaan adalah laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (UU tentang Perseroan Terbatas no 40 tahun 2007 par 66 ayat 2). Setelah digulirkannya Undang-Undang tersebut berarti tanggung jawab sosial dan lingkungan (selanjutnya disebut CSER) bukan lagi sebagai wacana publik atau voluntary disclosure saja bagi perusahaan melainkan telah menjadi mandatory disclosure. Adanya suatu pengungkapan CSER menjadi salah satu aspek yang berdampak terhadap ekspektasi investor terhadap tingkat pengembalian atas investasi mereka. Ketika tingkat risiko dan ketidakpastian pembayaran yang dihadapi investor tinggi, maka wajar jika biaya ekuitas atau tingkat pengembalian yang diharapkan

5 investor dalam suatu investasinya pada suatu perusahaan juga tinggi (Ross et al., 2003). Di samping itu, motivasi perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan sukarelanya melalui CSR adalah biaya modal ekuitas yang tinggi pada tahun sebelumnya (Dhaliwal et al., 2010). Selain bersinggungan dengan biaya modal ekuitas, CSER juga bersinggungan dengan manajemen laba. Ketika praktik manipulasi laba secara sengaja dilakukan oleh para manajer pada akhirnya akan membawa konsekuensi negatif. Salah satu konsekuensi paling fatal akibat tindakan manipulasi yang memanipulasi laba adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari para stakeholders-nya (Prior et. al. 2008). Cespa dan Cestone (2007) menemukan bahwa manajer menggunakan suatu strategi pertahanan diri (entrenchment strategy) untuk mengantisipasi ketidakpuasan stakeholder-nya ketika ia melaporkan kinerja perusahaan yang kurang memuaskan. Strategi pertahanan diri manajer tersebut sebagai upaya untuk tetap mempertahankan reputasi perusahaan dan melindungi karir manajer secara pribadi. Salah satu cara yang digunakan manajer sebagai strategi pertahanan diri adalah dengan mengeluarkan kebijakan perusahaan tentang penerapan dan pengungkapan CSR. Melalui pengaturan laba secara opurtunistik, manajemen dapat melakukan proyek yang ramah lingkungan dan membantu masyarakat melalui CSR. Melalui taktik ini, pengelolaan laba dapat tetap dijalankan demi menjaga kepentingan pihak manajemen. Manajer termotivasi untuk memproyeksikan social-friendly image melalui aktivitas CSR sebagai dalih agar manajemen laba melalui overstate

6 earnings yang manager lakukan tidak dapat diteksi oleh pihak stakeholders (Chih et al. 2008). Argumen ini didukung pula oleh penelitian Chih et.al. (2008), Prior et.al. (2008) dan Handajani (2010) yang menunjukkan bahwa pengungkapan CSER dan manajemen laba memiliki hubungan yang positif. B. Rumusan Masalah Penelitian ini sebagai tindak lanjut dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Utami (2005), Prior et.al. (2008) dan Dhaliwal et al. (2011). Ketiga peneliti tersebut telah melakukan penelitian terhadap variabel yang berbeda yaitu manajemen laba dan biaya modal ekuitas oleh Utami (2005), manajemen laba dan pengungkapan CSR oleh dan Prior et.al. (2008), serta pengungkapan CSR dan biaya modal ekuitas oleh Dhaliwal et al. (2011). Penelitian sebelumnya hanya meneliti hubungan antar dua variabel dalam tiga penelitian yang berbeda. Namun, dalam penelitian ini akan mengkombinasikan variabel manajemen laba, pengungkapan CSR dan biaya modal ekuitas menjadi satu penelitian baru. Dengan demikian hal tersebut membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005), Dhaliwal et al. (2011) dan Prior et al (2008) menunjukkan adanya keterkaitan satu sama lain. Adanya tindakan pengelolaan laba secara opurtunistik oleh manajemen telah mengakibatkan informasi laba yang dilaporkan menjadi bias. Selain itu mengakibatkan pula tingginya risiko imbal hasil saham yang dipersyaratkan investor. Tingginya risiko tersebut memberikan konsekuensi bahwa investor akan

7 cenderung menaikkan rate biaya modal ekuitas (Utami, 2005). Di sisi lain, tingginya tingkat return yang diharapkan investor merupakan biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi harapan investor. Bagi perusahaan, biaya tersebut cenderung diminimalkan guna mengurangi risiko yang tinggi dengan melakukan suatu upaya. Risiko tersebut terkait ketidakpastain prospek perusahaan di masa yang akan datang. Upaya yang dapat ditempuh adalah melakukan aktivitas CSER dan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam suatu laporan tahunan (Dhaliwal et al., 2011). Selain pengungkapan CSER digunakan untuk menurunkan ekspektasi biaya modal ekuitas, pengungkapan ini dimotivasi oleh praktik manajemen laba. Ketika pengelolaan laba secara opurtunistik yang dilakukan oleh perusahaan terdeteksi, maka konsekuensi nya adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari para stakeholder (Arifin, 2012). Agar manajemen laba dapat tetap dijalankan demi menjaga kepentingan pihak manajemen, maka perusahaaan termotivasi untuk mengungkapkan kegiatan CSER sebagai alasan/dalih agar manajemen laba yang dilakukan tidak dapat dideteksi oleh pihak stakeholders. Dengan demikian, CSER dianggap sebagai alat yang ampuh yang dapat digunakan untuk menggalang dukungan dari para investor. Setelah digulirkannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan Bapepam LK No Kep-134/BL/2006 sebagai peraturan pelaksanaan aktivitas CSER bagi perusahaan publik di Indonesia, aktivitas CSR menjadi wajib untuk diungkapkan dalam setiap laporan tahunan terutama bagi perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Limbah akibat proses produksi yang

8 berdampak negatif bagi lingkungan hidup dan kegiatan eksplorasi yang berada di kawasan hutan lindung menjadi pemicu utama perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam sensitif terhadap isu lingkungan (Meythi, 2012). Marzully (2012) menyatakan bahwa industri yang resisten terhadap isu lingkunganantara lain industri pertambangan, peternakan, pertanian, kehutanan cenderung banyak melakukan pengungkapan CSER setelah terbitnya dua regulasi tersebut. Pengungkapan CSER yang diungkap oleh perusahaan yang rentan terhadap isu lingkungan belum sepenuhnya dilakukan secara berkelanjutan. Akibat regulasi tersebut, masih banyak perusahaan yang menerapkan aktivitas sosial dan lingkungan secara sporatif. CSER hanya dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban sosial. Di sisi lain, hanya sebagian kecil perusahaan yang telah memandang penting program CSER terhadap masyarakat atau lingkungan sekitar (Meythi, 2012). Berdasarkan kedua regulasi tersebut, saat ini CSER telah menjadi mandatory disclosure. Namun, luas pengungkapan CSER masih bersifat voluntary, sehingga tidak ada batasan minimum untuk melakukan pengungkapan CSER. Untuk digunakan sebagai suatu strategi pertahan diri bagi pihak manajer yang melakukan manajemen laba, maka ia akan memanfaatkan hal yang bersifat voluntary tersebut untuk mengungkapkan secara lebih aktif informasi terkait tentang CSER. Pihak manajer akan lebih proaktif dalam melakukan pengungkapan CSER secara berkelanjutan, sehingga hal itu akan membuat perhatian investor luput dari pemantauan manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen dan mendapatkan dukungan dari para stakeholders.

9 Adanya keuntungan potensial dari pengungkapan informasi CSER juga akan menumbuhkan image baik di mata investor, sehingga menyebabkan rendahnya asimetri informasi. Melalui rendahnya asimetri informasi, membuat persepsi investor terhadap risiko perusahaan di masa depan menurun, sehingga tingkat return yang diharapkan investor juga turun. Dengan rendahnya return yang diharapkan investor, maka hal ini akan mengurangi ekspektasi biaya modal ekuitas yang harus dibayar oleh perusahaan. Keterkaitan pengungkapan CSER dengan manajemen laba dan biaya modal ekuitas, mendorong peneliti untuk memediasi hubungan antara manajemen laba dan biaya modal ekuitas dengan pengungkapan CSER. Perusahaan yang mengelola laba secara opurtunistik, cenderung memotivasi untuk meningkatkan informasi dalam pengungkapan CSER. Selanjutnya, peningkatan pengungkapan CSER akan direspon positif oleh investor sehingga biaya modal ekuitas yang ditanggung perusahaan akan menurun. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dipaparkan dan atas tinjauan yang telah dilakukan, maka penulis mengangkat permasalahan mengenai pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas melalui pengungkapan CSER sebagai variabel intervening. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas perusahaan melalui pengungkapan CSER sebagai variabel intervening?

10 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empirik pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas perusahaan melalui pengungkapan CSER sebagai variabel intervening. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, menambah wawasan serta pengetahuan dan menjadi referensi penelitian di masa yang akan datang bagi para akademisi yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai intervensi adanya pengungkapan CSER pada manajemen laba dan biaya modal ekuitas. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembanding terdahulu sekaligus dapat digunakan sebagai referensi informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya. E. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori yang berisi kajian teoritis mengenai masalah yang dibahas, penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis.

11 BAB III Metode penelitian yang menguraikan populasi dan sampel, sumber data, definisi operasional variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV BAB V Analisis data dan pembahasan. Penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan, dan saran.