BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2008). Dalam kehidupan masarakat sekarang ini pornografi sangan sulit untuk dipisahkan, terlebih lagi dengan kemajuan jaman sekarang ini. Demikian juga halnya dengan aksi pornografi dengan didukung jaringan internet. Didunia maya banyak sekali situs atau web yang berbau pornografi, sampai halnya tidak tersaring, sehingga adanya hal-hal yang merugikan, seperti adanya tindakan kejahatan seksual atau perilaku seksual. Hal ini tentunya sangat berbahaya dan merugikan bagi tumbuh kembang remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat remaja belum memiliki kematangan mental oleh karena masih mencari identitas atau jati dirinya sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dalam lingkungan pergaulan termasuk dalam perilaku seksualnya (Sarwono, 2011).

2 Hasrat seksualitas pada remaja meningkat tinggi karena faktor-faktor perubahan- perubahan hormonal. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan perkawinan. Selanjutnya remaja akan berkembang lebih jauh terhadap hasrat seksual kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan mastrubasi. Kecenderungan semakin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media pornografi yang dengan adanya teknologi canggih (video cassette, fotokopi, satelit, VCD, telepon genggam, internet, TV, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi yang sedang dalam periode ingin tau dan ingin mencoba (Sarwono, 2011).Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku seperti berfantasi, pegangan tangan, berciuman, berpelukan sampai dengan melakukan hubungan seksual (Kusmiran, 2013). Survei Nasional Amerika Serikat melaporkan bahwa sebanyak 60,7% laki-laki dan 62,3% perempuan telah melakukan hubungan seksual semenjak duduk di kelas 3 SMA. Persentase tersebut menunjukkan meningkatnya penyebaran HIV dan PMS (Penyakit Menular Seksual) di kalangan remaja. Di Amerika Serikat, remaja merupakan kelompok utama dalam penyebaran AIDS; dilaporkan bahwa 25% kasus PMS setiap tahunnya terjadi pada remaja

3 dan setengah dari remaja yang terinfeksi HIV telah terinfeksi sebelum usia mereka mencapai 25 tahun (Donenberg et al., 2006). Hasil penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2010. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR), bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan data hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Hasil survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah sebanyak 2,3%. Pernyataan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BkkbN Julianto Witjaksono yang dirilis pada tanggal 12 Agustus 2014 yang mengatakan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengalami tren peningkatan. Berdasarkan catatan lembaganya, Julianto mengatakan 46 persen remaja Indonesia berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seks. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51 persen perempuan hamil adalah remaja (BkkbN,2014).

4 Berdasarkan hasil survei tahun 2012 di jawa tengah, kepala BKKBN mengatakan kategori umur 18 tahun hingga 20 tahun sudah melakukan hubungan di luar nikah. Bahkan data terakhir menunjukkan remaja usia 15 tahun hingga 19 tahun juga pernah merasakan hubungan seksual di luar nikah. Data dari satu kabupaten di Jawa Tengah menyebut dari 70 pernikahan dalam setahun, 37 di antaranya karena hamil di luar nikah. Dari hasil penelitian Anggriyani 2011 sebagian besar responden di SMK Kerabat Kita Bumiayu Kabupaten Brebes mempunyai sikap kurang baik terhadap seks pranikah sebanyak 31 responden (34,8%), mempunyai perilaku seksual berisiko terhadap seks pranikah sebanyak 48 responden (53,9%) dan ada hubungan yang signifikan antara sikap remaja terhadap seks pranikah dengan perilaku seksual remaja di SMK Kerabat Kita Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun 2010. Berdasarkan uraian diatas dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes di dapatkan data antara lain, Salah satu guru mengatakan bahwa ditemukan rekaman video porno di handphone pada saat razia handphone (gadget). Penggunaan media pornografi (handphone) juga sulit untuk terkontrol menurut salah satu guru yang peneliti wawancarai. Dan hasil dari wawancara peneliti kepada siswa MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes ditemukan 3 dari 10 siswa mengatakan

5 mempunyai pacar (pasangan), mereka mengatakan bahwa dalam berpacaran berpegangan tangan sudah hal yang biasa dan menganggap bukan merupakan sebuah pelanggaran norma tingkah perilaku. Sedangkan di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes itu adalah sebuah sekolah menengah pertama yang berbasi dan berbudaya agama islam, dimana dalam setiap pembelajaran selalu diajarkan norma-norma islam, termasuk juga dengan halnya norma-norma tingkah perilaku. Dari temuan itu peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada Hubungan Paparan Media Pornografi Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah remaja di MTs Negeri Bangbayang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah remaja di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.

6 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin responden di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebe tahun 2017. b. Mengetahui paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes tahun 2017. c. Mengetahui perilaku seksual pranikah pada remaja MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes tahun 2017. d. Mengetahui hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah remaja di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes tahun 2017. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Peneliti memperolah ilmu baru tentang hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah remaja di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes, sebagai tambahan pengetahuan dan merupakan pengalaman yang berharga dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmmiyah ini.

7 2. Bagi sekolah Sebagai masukan dan informasi bagi sekolah untuk dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tentang perilaku seksual pranikah pada remaja di MTs Negeri Bangbayang Kecamatan Bantarkawunng Kabupaten Brebes. 3. Bagi ilmu keperawatan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu keperawatan komunitas sebagai acuan informasi perilaku seksual pra nikah pada remaja baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan komunitas. E. Penelitian Terkait 1. Ika Ayu Lestaridengan (2014) judul penelitian factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada mahasiswa UNNES. Penelitian ini menggunakan Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, dengan jumlah sampel 320 orang. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 variabel yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah mahasiswa,yaitu status tempat tinggal (p=0,040),paparan pornografi (p=0,019), dan peran teman sebaya (p=0,001). Kesimpulan bahwa ada hubungan antara status tempat tinggal, paparan pornografi, dan peran teman sebaya. Perbedaan penelitian adalah tentang waktu, lokasi, dan penelitian ini tentang ruang lingkup factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

8 seksual pranikah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mneliti tentang perilaku seksual. 2. Novi Fardilla (2012) dengan judul penelitian Perilaku Seksual Remaja Putri Di SMK 1 Nusantar Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomenologis yang dilakukan sejak Agustus hingga Oktober 2012 di SMK I Nusantara Ciputat. Partisipan penelitian adalah remaja usia 14-17 tahun sebanyak lima orang. Pemilihan partisipan dilakukan dengan prinsip kesesuain (appopriateness) dan kecukupan (adequancy) sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi SMK Nusantara I Ciputat kurang benar dalam menggambarkan makna seksualitas. Remaja cenderung memahami bahwa seksualitas adalah hubungan seksual antara pria dan wanita. Beberapa perilaku seksual oleh remaja siswa I SMK Nusantara ciputat yaitu berpegangan tangan, pelukan, ciuman di pipi, berciuman bibir, cupang, bahkan "grepe" (Oral seks).perbedaan penelitian ini adalah tempat, lokasi, waktu, dan penelitian ini meneliti tentang perilaku seksual remaja putri. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku seksual. 3. Dewi Intan Puspitadesi (2011) dengan judul Hubungan Antara Figur Kelekatan Orangtua dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual

9 Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. Dengan sempel penelitian sebanyak 116 responden, pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel adalah pria dan wanita dan pernah atau sedang menjaln relasi heteroseksual. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu sekala figur kelekatan orang tua, skala kontrol diri, dan skala perilaku seksual. Dengan hasil menunjukan ada hubungan yang signifkan antara figur kelekatan orangtua dan kontrol diri dengan perilaku seksual remaja SMA N 11 Yogyakarta. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi, waktu, dan penelitian ini hanya ruanglingkup figur kelekatan orangtua dan kontrol diri dengan perilaku seksual remaja. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku seksual. 4. Fadila Oktavia Sari Banun (2012) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah PadaMahasiswa Semester V STIKes X Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2012 s/d Januari 2013 dengan responden sebanyak 261 responden yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah di uji coba terlebih dahulu. Dari hasil analisis, didapatkan perilaku

10 seksual berisiko sebanyak 55,2%. Gaya hidup yang berisiko 77,4%,tempat tinggal berisiko 47,5%, keharmonisan keluarga, berisiko 65,2%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa semester V STIKes X Jakarta Timur meliputi tempat tinggal (p-value 0,05), keharmonisan keluarga (pvalue 0,04) dan gaya hidup (p-value 0,001). Perbedaan penelitian ini adalah lokasi, waktu, dan penelitian ini meneliti tentang perilaku seksual pranikah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku sekual. 5. Murray, Elizabeth 2 ( 2012 ) dengan judul penelitian : Sex and Violence: Is Exposure to Media Content Harmful to Children? Artikel ini meneliti efek dari anak-anak dan paparan remaja terhadap kekerasan dan materi seksual yang eksplisit di media mainstream pada sikap mereka terhadap perilaku seksual di AS Telah dicatat bahwa mereka remaja dengan tingkat eksposur yang lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih permisif dari aktivitas seksual sebelum dan luar pernikahan, lebih mungkin untuk mempertimbangkan aktivitas seksual sebagai rekreasi, dan sikap yang lebih negatif pada pembatasan bahan berorientasi seksual. Selain itu, paparan yang lebih besar untuk kekerasan di media yang telah dikaitkan berulang kali untuk meningkatkan sikap dan perilaku agresif. Para penulis juga

11 menyebutkan pentingnya aktif mendidik anak-anak pada evaluasi kritis dari semua jenis sumber media untuk mencegah mereka dari bahaya. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi, waktu, dan penelitian ini meneliti tentang perilaku seksual pranikah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku sekual. 6. Kotrla, Bowie ( 2011 ) dengan judul penelitian : Integrating Psychological Theory Into the Design of an Online Intervention for Sexual Health: The Sexunzipped Website. Latar Belakang: Internet dapat menyediakan media rahasia dan nyaman untuk promosi kesehatan seksual bagi kaum muda. Tujuan: Makalah ini menjelaskan pengembangan website interaktif, teori berbasis (Sexunzipped) bertujuan untuk meningkatkan perilaku seksual yang aman dari orang-orang muda, serta garis besar protokol evaluasi. Metode: Website berfokus pada seks yang lebih aman, hubungan, dan kesenangan seksual. Sebuah gambaran dari situs yang disediakan, termasuk deskripsi dari konstruksi teoritis yang menjadi dasar dari pengembangan situs. Model perilaku terpadu terpilih sebagai teori membimbing untuk intervensi Sexunzipped. Sebuah desain uji coba secara acak akan digunakan untuk mengevaluasi situs kuantitatif. Hasil: Isi dari situs ini dijelaskan secara rinci dengan contoh jenis konten utama: halaman informasi, kuis, dan pengambilan

12 keputusan kegiatan. Kami menggambarkan protokol untuk evaluasi kuantitatif dari website menggunakan desain uji coba secara acak dan mendiskusikan tantangan utama yang terlibat dalam pengembangan situs, termasuk tantangan menyeimbangkan kebutuhan teori dengan pandangan orang-orang muda pada konten website dan desain. Kesimpulan: Pertimbangan untuk intervensi masa depan dibahas. Mengembangkan intervensi perubahan perilaku online adalah mahal dan memakan waktu. Mengingat potensi besar kesehatan masyarakat, biaya yang terlibat dalam mengembangkan intervensi online, dan kebutuhan untuk desain menarik, intervensi di masa depan dapat mengambil manfaat dari bekerja sama dengan situs yang didirikan yang sudah memiliki basis pengguna, merek, dan kehadiran Internet yang kuat. Sangat penting untuk melibatkan pengguna dalam keputusan tentang konten intervensi, desain, dan fitur, memperhatikan aspek-aspek yang akan menarik dan mempertahankan minat pengguna. Tantangan utama dalam mengembangkan efektif intervensi berbasis internet untuk anak muda adalah menemukan cara yang efektif untuk mengoperasionalkan teori dalam cara yang membahas pandangan dan perspektif dari orang-orang muda. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi, waktu, dan penelitian ini meneliti tentang

13 perilaku seksual pranikah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku sekual.