EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

TEBU. (Saccharum officinarum L).

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

PEMBUATAN POLYBAG ORGANIK SEBAGAI TEMPAT MEDIA PEMBIBITAN DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)

BIOENERGI. Bioenergi : energi yang diperoleh dari biomasa (mahluk hidup) Biofuel : bahan bakar yang berbahan baku dari tanaman

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik.

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dibarengi juga dengan kebutuhan untuk setiap saat. menyempurnakan dan mengembangkan data statistik yang ada.

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Kebijakan Sektor Pertanian Mendukung Pengembangan BBN

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

ANALISIS KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG KAYU DAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN VARIASI KOMPOSISI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan enzim,yaitu α-amilase, β-

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

AREN (Arenga pinnata MERR)

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang UKDW. minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

NURUL FATIMAH A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

I. PENDAHULUAN. hanya sekitar 7,8% dari 15 TW (terawatt) konsumsi energi dunia yang

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

DELIGNIFIKASI KULIT KOPI MENJADI BAHAN BAKU PULP DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI. Oleh: Kanidia Kunta Dena Nurseta

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

Transkripsi:

EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: R A K H A 05 112 027 SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

EKSPLORASI TANAMAN TEBU (saccharum officinarum L) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRAK Penelitian tentang eksplorasi tanaman tebu di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat telah di lakukan di Nagari Muaro Bodi, Mundam, Palangki, Koto Baru, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2010. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi jumlah genotipe yang ada di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung yang kemudian dijadikan koleksi dan mengetahui kadar lignoselulosa pada genotipe yang didapatkan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan pengambilan sampel (tebu) berupa pemaparan ciri morfologi. Pengambilan sampel dilakukan dengan pengumpulan data beberapa genotipe tebu dengan pengamatan dan pengumpulan data langsung dengan pemotretan dan mencatat data penampakan morfologi genotipe tebu yang ditemukan. Dari hasil penelitian didapatkan lima genotipe tebu yang dibudidayakan di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung yaitu tebu Hitam, tebu Betung Kecil, tebu Kapur, tebu Udang, dan tebu Kuning. Tebu hasil eksplorasi di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung memiliki sistim kekerabatan yang jauh dengan tebu pembanding di PT. Laju Perdana Indah, terutama dengan genotipe GPS95-287. Kadar selulosa pada setiap genotipe tebu hasil eksplorasi di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung secara keseluruhan lebih tinggi dari genotipe tebu yang dikembangkan oleh PT. Laju Perdana Indah.

I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi persoalan energi yang serius akibat ketergantungan yang sangat besar terhadap energi fosil, sementara pengembangan bioenergi sebagai alternatif masih kurang mendapat perhatian. Sesungguhnya potensi Indonesia untuk mengembangkan bioenergi relatif besar, baik bioetanol maupun biodisel. Salah satu potensi yang relatif besar adalah pengembangan bioetanol berbahan baku tebu. Tebu merupakan salah satu jenis tanaman potensial di Indonesia untuk dijadikan sumber bioetanol yang diperlukan sebagai bahan bakar nabati. Bioetanol sebagai bahan bakar nabati lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak. Selain itu pembakaran bahan bakar fosil ini telah memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Kualitas udara yang semakin menurun akibat asap pembakaran minyak bumi, adalah salah satu efek yang dapat kita lihat dengan jelas. Kemudian efek gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh gas CO 2 hasil pembakaran minyak bumi. Oleh karena itu penggunaan suatu bahan bakar terbarukan yang lebih aman bagi lingkungan adalah suatu hal yang mutlak (Isroi, 2008). Ampas tebu merupakan limbah pabrik gula yang sangat mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Tebu mengandung gula sehingga mudah diproses menjadi bioetanol. Satu ton tebu mampu menghasilkan 70-90 liter etanol dan menghasilkan 6.000 liter per hektar. Bagas (sisa batang tebu yang diperas airnya) dan daun keringnya juga bisa digunakan. Dari bagas tebu bisa diperoleh 27-33 liter etanol/ton dan daun keringnya menghasilkan 11-16 liter etanol/ton. (Toharisman, 2008). Untuk meningkatkan daya saingnya secara ekonomis, pilihan varietas tebu yang digunakan perlu ikut jadi pertimbangan, karena hasil bioetanol yang diperoleh banyak bergantung pada varietas dan bagaimana cara pengolahan. Ini juga berpengaruh pada prioritas varietas mana yang akan dikembangkan untuk tujuan

menghasilkan bioetanol dan varietas lainnya untuk dijadikan gula yang dikonsumsi langsung oleh manusia. Plasma nutfah yang merupakan sumber keanekaragaman genetik (gene source) suatu spesies tanaman dan kerabat liarnya perlu dilestarikan untuk mencegah terjadinya kerawanan erosi genetik dan kepunahan spesies. Salah satu caranya yaitu dengan menerapkan teknik konservasi ex-situ. Teknik konservasi ex-situ selain menyediakan cadangan bagi materi konservasi in-situ juga memberikan kemudahan pemanfaatan plasma nutfah baik untuk penelitian maupun pemuliaan tanaman. Pemberdayaan koleksi plasma nutfah tebu hanya bisa dilakukan apabila tersedia informasi yang cukup tentang potensi sifat-sifat yang dimilikinya. Salah satu upaya penggalian informasi tersebut yaitu dengan mengkarakterisasi penanda morfologinya, yaitu berdasarkan penampilan morfologi dan sifat-sifat agronominya. Sehingga varietas tebu yang ideal atau unggul sebagai tetua (parental) dapat diklasifikasikan (Andisujatmiko, 2010). Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa tebu hanya bisa dijadikan minuman air tebu dan obat tradisional. Padahal tanaman tebu memiliki berbagai kegunaaan. Salah satu diantaranya adalah tanaman tebu bisa dijadikan bioetanol. Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, sebagian besar masyarakat adalah petani, lahan digunakan masyarakat untuk tanaman semusim, tanaman tahunan, sawah, pemukiman dan ada lahan yang tidak di manfaatkan lagi. Lahan yang tidak dimanfaatkan tersebut digunakan masyarakat setempat untuk menanam tebu yang dijadikan usaha minuman air tebu. Tebu yang berada di kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung dilihat penampakannya morfologisnya memiliki kesamaan dengan tebu yang dikembangkan oleh PT. Laju Perdana Indah yang bergerak pada industri gula tebu dan pemanfaatan ampas tebu yang diolah menjadi bioetanol.

Berdasarkan pokok pemikiran tersebut, maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul Eksplorasi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi jumlah genotipe yang ada di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung yang kemudian dijadikan koleksi dan mengetahui kadar lignoselulosa pada genotipe tebu lokal yang didapatkan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil eksplorasi didapatkan lima genotipe tebu yang dibudidayakan di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung yaitu tebu Hitam, tebu Betung Kecil, tebu Kapur, tebu Udang, dan tebu Kuning. Tebu hasil eksplorasi di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung memiliki sistim kekerabatan yang jauh dengan tebu pembanding di PT. Laju Perdana Indah, terutama dengan genotipe GPS95-287. Kadar selulosa pada setiap genotipe tebu hasil eksplorasi di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung secara keseluruhan lebih tinggi dari genotipe tebu yang dikembangkan oleh PT. Laju Perdana Indah. 5.2 Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disarankan agar melanjutkan penelitian dengan menganalisis genotipe tebu lokal Sumatera Barat lainnya. Sehingga nantinya diperoleh gambaran kadar selulosa genotipe tebu yang ada di Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1983. Bercocok tanam tebu ( Saccharum officinarum L. ). Sumur Bandung. 110 hal. Andisujatmiko, 2010. Pengolahan Hasil Bioenergi. http://agribisnis.deptan.go.id [ 11 Januari 2011]. Anonim, 2008. Hasil Bioetanol Beberapa Varietas Tebu. http:// www.sinartani.com [20 Mei 2010]. Ardi, S.A. 2000. Uji PotensiHasil Beberapa Jenis Tebu (Saccharum officinarum) Lokal Sumatera Barat. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 71 hal. Edi, S.Y. Pengujian Kadar Lignin Dalam Pulp. http://www.chem-is-try.org. [18 Agustus 2010] Faisal, Ahmad, 2008. Morfologi Tebu. http://www.findtoyou.com. [11 Januari 2011] Haryanto, 2008. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Limbah Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan tebu (saccharum Officinarum L). 38 hal. Ismal, G. 1979. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 195 hal. Isroi, 2008. Karakteristik lignoselulosa sebagai bahan baku bioetanol. http://isro.wordpress.com [20 Mei 2008] Janick, J, Schery, R.W, Woods, F.W, and Ruttan, V.W. 1981. Plant Science, an Introduction to World Crop. W.H. Freeman Company. San Fransisco. 868 p. Lembaga Biologi Nasional, LIPI. 1980. Tanaman Industri. Jakarta. Balai Pustaka. 132 hal. Mangoendidjojo.W. 1995. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu, lika-liku permasalahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 94 hal. Tim penulis PS. 1992. Pembudidayaan tebu di lahan sawah dan tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal. Tjitrosoepomo, G. 1994. Morfologi tumbuhan. Universitas Gadjah Mada. 226 hal. Toharisman, A. 2008. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)atoharis@yahoo.com [20 Mai 2008]

Tsubaki, Kuro, 2010. Sekilas Mengenai Tebu. http://kuro-tsubaki.blogspot.com. [12 Januari 2011] Williams, C.N. 1975. The agronomy of the major tropical crops. Oxford Unversity Press Malaysia. 228 p. Yulianti, Y. 2010. Tebu dan Turunannya. http://www.unpad.ac.id. [18Agustus 2010]