BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber-

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar adalah tolok ukur yang dipakai dalam mengukur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: SRI BANDIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) mengatakan bahwa: Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. 1

2 Pendidikan yang hanya menitikberatkan pada kemampuan intelektualnya saja, hanya akan melahirkan orang-orang yang pintar namun kurang dapat mengendalikan emosinya. Adapun anak-anak yang putus sekolah, terlibat perkelahian pelajar, sek bebas, mabuk-mabukan atau menggunakan obat-obat terlarang adalah bukti kurangnya pembelajaran emosi dan kecerdasan hati/ rasa. Disekolah banyak anak yang mengalami depresi, mudah cemas, gelisah, dan mudah putus asa, tidak dapat berkonsentrasi, sering melamun dan mempunyai motivasi belajar sehingga mereka mendapat nilai yang kurang memuaskan di sekolah. Hal ini terjadi karena proses belajar mengajar yang kurang memperhatikan aspek psikologis. Sisi buruk dari pendidikan yang kurang seimbang seperti ini harus dihindari, terutama di era kehidupan yang semakin modern yang lebih banyak faktor yang menyebabkan gangguan emosional. Kebanyakan program pendidikan di Indonesia hanya berpusat pada kecerdasan akal atau Intelektual Quotient (IQ), padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan jiwa atau hati dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam belajar, sehingga memiliki kesadaran dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ) sangat berperan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Hal tersebut berguna untuk menumbuhkan kondisi pembelajaran yang kondusif antara siswa dengan pendidik supaya memiliki kesamaan visi sehingga akan dapat merumuskan misi pembelajaran bersama-sama.

3 Keberadaan EQ tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Karena dengan adanya EQ yang baik, maka akan diperoleh motivasi, semangat, dorongan, kemauan belajar dan kesadaran serta kearifan diri yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan diri. Dengan pengembangan EQ yang terjadi pada sebuah forum pembelajaran akan dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang sedang dipelajari. Suasana kelas akan semakin hidup, karena masing-masing individu akan melakukan kegiatan pembelajaran tanpa adanya perasaan tertekan. Setiap siswa akan menyadari betulbetul akan tugas serta amanat yang dipikulnya serta mengemban setiap amanat tersebut tanpa adanya keterpaksaan. Siswa yang memiliki tingkat EQ yang tinggi akan mampu menjalankan peranannya sebagai peserta didik yang baik. Selain itu juga akan tercipta suasana yang baik bagi peserta didik maupun pendidik yang saling menghargai peran masing-masing dan menjalankannya guna meraih tujuan pendidikan secara bersama-sama. Dengan suasana masing-masing pihak dengan penuh toleransi dan tanpa paksaan saling memberikan dukungan untuk meraih keberhasilan, maka dengan mudah seorang siswa untuk dapat meraih prestasi belajar yang lebih baik. Hal ini dikarenakan lingkungan individu yang belajar tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik. Selain itu dengan keberadaan EQ yang baik dalam diri individu tersebut, maka peserta didik akan mampu membangkitkan motivasi dalam dirinya untuk terus berusaha meraih prestasi belajar yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

4 Selain IQ dan EQ, ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) yang merupakan faktor penting yang harus dikembangkan pada peserta didik. Sebab spiritualitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri peserta didik sebagai pribadi yang utuh. Pembelajaran yang tidak memperhatikan moral spiritual banyak melahirkan anak-anak yang mudah putus asa, apatis dan kurang mempunyai motivasi belajar, sehingga prestasi mereka rendah. Sementara mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka cenderung mengabaikan nilai-nilai spiritual, mereka menempuh jalan pintas dengan menyontek sewaktu ujian. Segala aktivitas manusia senantiasa diwarnai oleh kondisi spiritualnya. Apa yang menjadi motivasi maupun tujuan dari setiap tindakan bersumber hati, yang notebene adalah pusat spititual dalam pribadi manusia. Termasuk bagi peserta didik dalam hal ini adalah tugas belajar, akan tergantung pada motivasi dan tujuan hidup mereka. Jika siswa benar-benar mempunyai SQ yang tinggi maka besar kemungkinan mereka akan menjadi siswa yang baik, rajin belajar dan taat pada peraturan yang berlaku serta sendi-sendi agama yang diyakini. Siswa yang sadar bahwa belajar merupakan salah satu kewajiban dari ajaran ke-tuhanan, dia akan belajar dengan penuh kesadaran tanpa adanya unsur paksaan. Demikian juga dimasyarakat, apabila mereka selalu memegang erat prinsip- prinsip kebenaran, mereka akan takut melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma yang berlaku yang dapat mengganggu dan merugikan hak-hak orang lain. Siswa yang memiliki SQ yang tinggi, sadar bahwa hanya ditangan manusia yang beriman, bertaqwa dan

5 berilmu pengetahuanlah yang mampu mengubah tatanan masyarakat menuju masyarakat yang baldotun toyibatun selalu dalam naungan ridho Allah SWT, sehingga hal ini akan memotivasi mereka untuk lebih giat belajar. Pentingnya SQ tersebut hendaknya menjadi perhatian semua pihak bagi siswa, orang tua, dan pihak sekolah untuk lebih memperhatikan pembelajaran aspek spiritualitas ini. Pembelajaran hendaknya diformulasikan secara sistematis dan terstruktur di sekolah, agar siswa mempunyai kecerdasan yang seimbang, yaitu kecerdasan kognitif, kecerdasan emosi dan juga kecerdasan mental spiritual. Pengaruh IQ, EQ dan SQ terhadap sikap seseorang mungkin mempunyai kadar yang berbeda. Dari berbagai hasil penelitian telah banyak terbukti bahwa EQ memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan dengan IQ. Secara kuantitatif IQ hanya menyumbangkan kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, sedangkan 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (EQ). Walaupun demikian EQ dan IQ tidaklah cukup membawa diri seseorang, perusahaan, masyarakat atau suatu bangsa dalam mencapai suatu kebahagian dan kebenaran yang hakiki. Masih ada nilai-nilai lain yang tidak bisa di pungkiri keberadaannya yaitu SQ. SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Wujud dari SQ ini adalah sikap moral yang dipandang luhur (etis) oleh pelakunya dan orang lain. Dari berbagai ungkapan diatas dapat dipahami bahwa SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia (melebihi IQ maupun EQ) yang diwujudkan dalam sikap moral yang luhur (etis).

6 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 BATURETNO TAHUN AJARAN 2009/2010. B. Pembatasan Masalah Dalam suatu penelitian berbagai masalah muncul secara bersamaan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk mengadakan penelitian yang menyeluruh, maka perlu adanya pembatasan masalah agar pembatasan dapat terarah dan dalam pengkajiannya. Karena kualitas penelitian ilmiah tidak terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan masalahnya. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi masalahnya yaitu sebagai berikut: 1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali dirinya sendiri, kemampuan siswa untuk mengenali emosi orang lain, kemampuan memotivasi diri dan kemampuan untuk berempati serta kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. 2. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan siswa untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidupnya dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya serta menilai bahwa

7 tindakan atau jalan hidupnya lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. 3. Prestasi belajar akuntansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai raport semester ganjil yang diperoleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010? 2. Apakah ada pengaruh positif kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010? 3. Apakah ada pengaruh positif kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010?

8 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh yang positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui pengaruh yang positif kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh yang positif kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk referensi teori mengenai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang mempengaruhi kecerdasan belajar siswa. 2. Manfaat praktis a Bagi sekolah Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu proses belajar mengajar yang

9 komprehensip dan mencakup semua aspek individu siswa baik intelektual, emosional dan spiritual. b Bagi Guru Guru diharapkan dapat lebih memacu siswanya untuk memperoleh prestasi yang tinggi, dan dengan diketahui tingkat intelegensi siswa, diharapkan guru dapat lebih memacu kegiatan belajar siswa yang mempunyai intelegensi rendah sehingga tidak tertinggal dan akan mampu mengejar prestasi belajar yang memuaskan. c Bagi Siswa Sebagai masukan bagi siswa untuk dapat menggali potensi dirinya agar dapat mengembangkan diri untuk lebih berprestasi dan mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajar. d Bagi Penulis Dalam penelitian ini penulis akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diperoleh dari praktik penelitian secara langsung dengan menerapkan teori-teori yang didapat dari bangku kuliah.

10 F. Sistematika Penelitian Dalam hal ini penulis akan menggambarkan sedikit tentang sistematika yang penlulis teliti : BAB I PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai prestasi belajar siswa, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel dan sampling, teknik pengumpulan data, uji instrumen, uji prasyarat dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, penyajian data, analisis data dam pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPILAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.