BAB I PENDAHULUAN. skills) yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

Bab 1. Pendahuluan. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. murni atau true eksperimental. Penelitian eksperimental menurut Syamsuddin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. data dari JLPT (Japannese Language Proficiency Test) yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Kurniawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1968:2) mengungkapkan keempat keterampilan berbahasa, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan

2015 PENERAPAN TEKNIK READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TINGKAT DASAR

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, yakni: keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Begitu pula ketika

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang bersifat konvensional dan arbitreir.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin orang bisa mengunakan bahasa tersebut (Sartinah, 1988;71).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mega Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa asing untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga menurut pengertian ini tujuan dari aktivitas berbicara adalah agar

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia memiliki perbedaan

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembentukan dan pengembangan generasi bangsa, masyarakat, keterampilan yang cukup memadai dalam pengelolaannya secara

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa, kita harus memiliki empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar itu berhasil atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu bahasa kita mengenal empat keterampilan berbahasa (language skills) yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, penulis tertarik meneliti mengenai keterampilan menyimak, karena pada proses pemerolehan keterampilan berbahasa urutan awalnya, ketika kita kecil adalah belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu membaca lalu menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah (Tarigan: 2008). Paul T.Rankin (1926) menyatakan bahwa 42% waktu penggunaa bahasa tertuju pada menyimak. pada tahun 1950 Miriam E. Wilt menyatakan bhwa jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas sekolah dasar kira-kira 1-2 jam sehari. Tetapi pada kenyataanya tetap mengabaikan bagaimana cara yang terbaik untuk pengajaran menyimak, dan lebih terpaku pada asumsi menyimak merupakan kemampuan alamiah belaka dan akan sulit untuk melatihnya secara intensif. Ternyata faktanya Caffrey dalam Tarigan (2008) menyatakan bahwa latihan dalam menyimak akan mengakibatkan pengembangan

dan peningkatan pada keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya, termasuk keterampilan menyimak. Pengertian menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran (Tarigan; 1991). Menyimak berbeda dengan mendengar. Seperti dikemukakan oleh Tarigan (1994), pada kegiatan mendengar, memiliki unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti oleh unsur pemahaman. Sedangkan pada kegiatan menyimak memiliki unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman yang merupakan unsur utama dalam peristiwa menyimak. Kegiatan menyimak juga mencakup kegiatan mendengar, mendengarkan, dan memahami bahan yang disimak. Karena dalam menyimak tujuan utamanya adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahan simakan. Dalam pembelajaran bahasa Jepang, peristiwa menyimak yang disertai dengan pemahaman dari bahan simakan ini lah yang merupakan salah satu aspek keterampilan dalam berbahasa jepang (choukai). Akan tetapi untuk menyimak lalu dapat menangkap dan memahami pesan dalam bahasa Jepang tidaklah mudah. Pada pembelajaran menyimak/choukai dalam bahasa Jepang, pembelajar diharuskan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak dapat memahami secara mendalam. Karena menurut Tarigan (2008) dalam proses menyimak, kesatuan pemahaman lebih tertuju pada frase, kalimat atau paragraf ketimbang pada kata tunggal itu sendiri (kosakata).

Pada kenyataannya, kesulitan menyimak dialami oleh pembelajar bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia, yang masih kurang memahami strategi pembelajaran menyimak yang baik, memahami langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyimak, dan bahan simakkan yang berguna bagi pembelajar dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Jepang. Karena keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih kemampuan berpikir (Dawson, et all: 1963). Suryanti, Yanti (2002) melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penyebab pembelajar bahasa Inggris mengalami kesulitan menyimak di kelas. Penelitian ini dilakukan pada pembelajar bahasa Inggris di STKIP bale Bandung yang dalam uraian hasil penelitiannya menyatakan bahwa dari 55 orang pembelajar bahasa Inggris 38 orang (70%) pembelajarnya mengalami kesulitan dalam keterampilan menyimak (listening skills). Dalam hal ini dapat disimpulkan, walaupun menyimak merupakan kemampuan alamiah seseorang, tetapi pada hakikatnya menyimak dalam bahasa asing tetap akan dirasa memiliki kesulitan yang lebih dibandingkan ketika menyimak dalam bahasa Ibu. Maka dari itu, untuk dapat mencapai tujuan menyimak yang efektif dibutuhkanlah strategi pembelajaran. Dick and Carey dalam (Sanjaya, Wina: 2010) mengatakan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran haruslah didukung oleh metode pembelajaran pada proses pelaksanaanya.

Mengacu pada pendapat diatas, penulis mencoba membuat teknik story retelling dengan menggunakan media film, sebagai metode untuk mencapai tujuan pembelajaran menyimak dalam bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia. Seperti dijelaskan oleh Anderson dalam Tarigan (2008) bahwa menyimak dan membaca berhubungan erat sebagai alat untuk menerima komunikasi (input), sedangkan berbicara dan menulis berhubungan erat dalam hal mengekspresikan makna (output). Menyimak akan dijadikan input kepada pembelajar bahasa jepang dan output nya berupa lisan atau tulisan. Pengertian story retelling itu sendiri adalah a strategy in which a student retells or write the action of a story in his or own word. Story retelling can take many forms and be used for different purposes, such as recalling the sequence of event or summarizing the story. (http//id.m.termiwiki.com/en:retelling). Dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah story retelling adalah sebuah strategi dimana pembelajar menceritakan kembali isi cerita atau menuliskannya dengan bahasa sendiri. Story retelling dapat digunakan dalam berbagai bentuk dan tujuan tertentu, seperti mengunakan urutan cerita atau merangkum isi cerita. (translator: Ayu Amanda). Media film dipilih penulis dengan alasan menonton filem adalah salah satu kegiatan yang akan turut mempertinggi daya simak pembelajar. (Tarigan: 2008). Beberapa penelitian mengenai teknik story retelling yang pernah dilakukan oleh Morrow (1986), Pelegrini & Galad (1982) menggunakan strategi story retelling dalam pembelajaran listening di taman kanak-kanak dan hasilnya dapat meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berbicara dengan baik, benar dan

logis, khususnya ketika menceritakan kembali bahan simakan. Lalu French (1988) menggunakan story retelling sebagai acuan dasar dalam mengajar pembelajaran bahasa selama 8 tahun di sekolah dasar dan hasilnya dapat meningkatkan kemampuan berbahasa terhadap pembelajar sekolah dasar tersebut. Kemudia Lin (2010) melakukan penelitian mengenai efektifitas teknik retelling di kelas reading pada 126 pembelajar China di universitas Taiwan. Penelitian ini dibagi kedalam 2 kelas, yaitu 65 kelas eksperimen dan 61 kelas Kontrol. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kelas eksperimen dapat lulus test EFL/ESL, dan dapat meningkatkan kemampuan membaca arti dari keseluruhan teks yang diberikan, dibandingkan dengan kelas Kontrol yang tidak menggunakan teknik story retelling. Oleh karena itu, teknik story retelling penulis pilih sebagai salah satu strategi pembelajaran yang akan diaplikasikan pada pembelajaran menyimak di Universitas Pendidikan Indonesia pada pembelajaran choukai. Berdasarkan uraian diatas, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian menggunakan teknik story retelling pada pembelajaran choukai untuk meningkatkan kemampuan menyimak dalam bahasa Jepang, dengan judul Efektifitas Teknik Story retelling dalam Meningkatkan Kemampuan Choukai (Penelitian Eksperimen Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Tingkat II Tahun Ajaran 2012/2013). 1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah Peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan menyimak pembelajar bahasa Jepang tingkat II UPI sebelum dan sesudah menggunakan teknik story retelling. 2. Adakah perbedaan kemampuan menyimak pembelajar bahasa jepang tingkat II UPI yang menggunakan teknik story retelling dengan yang tidak menggunakan teknik story retelling. 3. Bagaimana respon atau sikap mahasiswa terhadap pembelajaran choukai menggunakan teknik story retelling. Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu, penelitian ini hanya meneliti penggunaan teknik story retelling dengan media dorama pada pembelajaran choukai. 1.3 Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Kemampuan menyimak pembelajar bahasa Jepang tingkat II UPI sebelum dan sesudah menggunakan teknik story retelling. 2. Perbedaan kemampuan menyimak pembelajar bahasa jepang tingkat II UPI yang menggunakan teknik story retelling dengan yang tidak menggunakan teknik story retelling. 3. Hasil kajian mengenai respon atau sikap pembelajar bahasa jepang tingkat II UPI terhadap pembelajaran choukai menggunakan teknik story retelling.

1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis, yakni dapat menjadi referensi dalam perkembangan penelitian dan pendidikan bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia, khususnya dalam menemukan alternatif strategi pengajaran yang efektif, variatif dan inovatif. 2. Manfaat praktis yakni: a. Bagi mahasiswa teknik story retelling ini dapat dijadikan sebagai strategi untuk mempermudah pembelajaran menyimak dalam bahasa Jepang. b. Bagi pengajar, diharapkan teknik story retelling ini dapat dijadikan suatu alternatif strategi pengajaran yang dapat meningkatkan efektifitas dalam hasil pembelajaran choukai. c. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pengayaan dalam membuat rancangan pembelajaran bahasa Jepang. 1.5 Hipotesis Penelitian Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, penulis membuat hipotesa berdasarkan pertanyaan pada rumusan masalah, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) berarti: Kemampuan menyimak berbahasa

Jepang mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun akademik 2012/2013 setelah diterapkan Teknik Story retelling tidak meningkat dan pengajaran choukai chuukyuu dengan menggunakan Teknik Story retelling tidak efektif dibandingkan dengan yang tidak menggunakan Teknik Story retelling. 1.6 Metododologi Penelitian 1.6.1.1 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu kelompok dengan pembelajaran menggunakan story retelling, sementara kelompok kontrol adalah kelompok dengan pembelajaran yang tidak menggunakan story retelling. Pada kedua kelompok tersebut akan diberikan pre-test dan post-test. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan menyimak/choukai awal pembelajar. Sementara post-test dilakukan untuk mengetahui hasil dari penerapan story retelling serta mengetahui perbedaan hasil pada kelompok yang tidak menggunakan story retelling. 1.6.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang tingkat II. Dari populasi tersebut diambil sampel secara selektif sebanyak 20 mahasiswa yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen sebanyak 10 mahasiswa dan kelompok kontrol sebanyak 10 mahasiswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok mahasiswa yang menggunakan teknik story retelling pada pembelajaran choukai. Sementara kelompok kontrol adalah mahasiswa yang tidak menggunakan teknik story retelling pada pembelajaran choukai. 1.6.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah test dan angket. Test yang diberikan berupa pretest dan postes. Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal mahasiswa tingkat II sebelum penelitian dilakukan. Sedangkan postes diberikan untuk mengukur kemampuan akhir mahasiswa tingkat II setelah penelitian dilakukan. Angket diberikan kepada mahasiswa tingkat II bertujuan untuk mengetahui respon atau tanggapan mahasiswa setelah menggunakan teknik story retelling pada pembelajaran choukai. 1.6.4 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan subbab: Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pendahuluan dengan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Hipotesis Penlitian. 1.6 Metode Penelitian. 1.7 Populasi dan Sample 1.8 Instrumen Penelitian 1.9 Sistematika Penulisan. Bab II Landasan Teori Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil kajian teoritis yang dianggap memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, dengan subbab: 2.1 Menyimak 2.2 Story retelling 2.3 Media Pembelajaran Film dalam Story retelling Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini akan diuraikan mengenai: 3.1 Metode Penelitian 3.2 Desain Penelitian 3.3 Tahapan Penelitian

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5 Instrumen Penelitian 3.6 Teknik Pengolahan Data Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penarikan kesimpulan. Bab V Kesimpulan dan Saran Penulis akan menarik kesimpulan mengenai teknik story retelling dan memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.