I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan pada industri otomotif mengalami peningkatan yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. suatu produk atau jasa yang diterima oleh konsumen atau tidak.

I. PENDAHULUAN. Di lingkungan industri otomotif, bisnis sepeda motor memiliki. tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi. Selama tiga tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri otomotif semakin menunjukan peningkatan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan eksistensinya dalam dunia bisnis. Jadi manusia dalam hal ini para

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri otomotif khususnya sepeda motor di Indonesia saat ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aset tak terwujud dalam suatu perusahaan adalah ekuitas yang diwakili

I. PENDAHULUAN. empat membuat jalanan di kota-kota menjadi terganggu arus lalu-lintasnya, tidak heran

BAB I PENDAHULUAN. volume penjualan (Wahyuni, 2008). Usaha untuk dapat memenangkan. berkembang dan berubah-ubah (Kotler, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. produk otomotif yang beragam jenis dan variasi yang ditawarkan di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri otomotif di Indonesia sangat pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia, hewan, maupun mesin (Haryono:2009). Transportasi. sangat berperan dalam pembangunan secara menyeluruh.

BAB 1 PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Antony Rahardi, 2008).

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pembeli untuk meminta barang yang tersedia di pasar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. ketahun menunjukkan kebutuhan masyarakat akan tersedianya sarana. menggunakan sepeda motor. Permintaan akan sepeda motor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini persaingan dunia bisnis semakin ketat dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk. lebih praktis dan lebih mudah menerjang kemacetan.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perusahaan. Untuk dapat mengahadapi tingkat persaingan yang ketat, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah perubahan perekonomian dunia yang semakin berkembang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap orang dalam menjalankan aktifitas mereka. Salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. segelintir peneliti yang melakukan analisa terhadap perkembangan otomotif yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan nilai bagi

BAB I PENDAHULUAN. bertahan lama sesuai dengan keadaan serta situasi yang ada dan. bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN KENDARAAN BERMOTOR RODA 2 DI SURAKARTA (Studi Kasus Sepeda Motor Bebek Merk Honda)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan terletak pada seberapa jauh perusahaan tersebut memiliki kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Hal itu ditandai dengan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi khususnya roda dua akhir-akhir tahun ini sangat diminati

BAB I PENDAHULUAN. Dunia adalah pasar bagi seluruh pelaku bisnis. Dunia yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya penjualan mobil ditahun 2010 sebesar 763,751 unit. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal mobilitas dari satu tempat ketempat lain. Hal. favorit masyarakat karena dianggap paling efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa fungsi sepeda motor sangat bermanfaat bagi setiap orang,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tingkat persaingan produsen kendaraan bermotor dewasa ini semakin

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

BAB I PENDAHULUAN. ketat saat ini, khususnya untuk produk sepeda motor. Semakin banyaknnya

I. PENDAHULUAN. Kehidupan dunia bisnis yang mengalami perkembangan dan perubahan. membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai macam produk untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan. Sedangkan manfaatnya, diklasifikasikan menjadi empat bagian,

BAB I PENDAHULUAN. dalam memproduksi barang yang dibutuhkan, karena selain memasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen mutlak diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan secara konsisten memberikan

I PENDAHULUAN. kepada konsumen agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam skala besar, sedang,

BAB I PENDAHULUAN. pembeda diantara pesaingnya karena perusahaan yang mengembangkan merek

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan tak lepas dari

I. PENDAHULUAN. adalah bagaimana cara yang tepat untuk mengidentifikasi, mengukur dan

Abstrak. Kata kunci : celebrity endorser, brand image, kualitas produk dan niat beli

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, alat transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan globalisasi saat ini yang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kendaraan roda dua ini begitu diminati kerena dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Semakin maju dan berkembangnya teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Strategi-strategi baru inilah yang semakin menguatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggunakan produk atau jasa dari perusahaan. harus mampu menciptakan, memelihara, melindungi dan membangun image

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas jasa sudah menjadi standar yang dapat dengan mudah dan cepat ditiru dan dimiliki oleh siapa

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk yang sesuai dengan harapannya. Sehingga konsekuensi dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu

SKRIPSI. Disusun oleh: DWI NOLA RUDY ATMODJO B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dituntut untuk memiliki suatu keunikan tersendiri yang dapat memikat

BAB V PENUTUP. Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dalam teknologi telekomunikasi dan transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, persaingan bukanlah suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan memenangkan persaingan bila dapat menciptakan nilai

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis wilayah yang ada di Indonesia maka industri otomotif kendaraan roda dua memiliki potensi pasar yang sangat menjanjikan. Bila dilihat dari pendapatan per kapita masyarakat Indonesia serta mobilitas transportasi masyarakat yang cukup tinggi maka kepemilikan kendaraan bermotor roda dua menjadi suatu kebutuhan utama yang terjangkau bagi solusi transportasi mereka. Berdirinya Banten sebagai Propinsi akan lebih terbuka peluang pasar bagi industri otomotif. Kebijakan kebijakan pun dibuat oleh pemerintah setempat tanpa perlu menunggu persetujuan pemerintah pusat. Penduduk Banten sendiri menurut Susenas 2004 sudah mencapai angka 9 juta jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat maka industri otomotif terutama roda dua akan memiliki prospek yang cerah. Seiring banyaknya jumlah penduduk bila dilihat dari tingkat pertumbuhan Banten yang mencapai 3,21 persen setiap tahun maka kebutuhan sarana dan fasilitas transportasi juga akan cenderung meningkat. Jumlah kendaraan roda dua yang ada di Banten hanya berkisar 500.000 unit, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk maka satu sepeda motor digunakan oleh 18 orang penduduk. Luas wilayah Propinsi Banten sendiri sebesar 943.833 ha dengan hampir separuh lahannya diperuntukkan bagi areal perkebunan.

Sedangkan untuk sistem transportasi darat di Propinsi Banten menurut data tahun 2001 Jalan Nasional sepanjang 115,78 km, Jalan Propinsi dengan panjang 679,83 km serta Jalan Perkotaan dan Jalan Pedesaan sepanjang 915,762 km. Melihat kondisi wilayah serta prasarana yang tersedia maka alat transportasi sepeda motor bisa dijadikan alternatif utama dalam proses transportasi masyarakat Banten. Tabel 1 Jumlah Penduduk Banten 1961 2004 Kabupaten/Kotamadya 1961 1971 1980 1990 2000 2004 1. Kab. Pandeglang 440.213 572.628 694.759 858.435 1.011.788 1.100.911 2. Kab. Lebak 427.802 546.364 682.868 873.646 1.030.040 1.132.899 3. Kab. Tangerang 643.647 789.870 1.131.199 1.843.755 2.781.428 3.194.282 4. Kab. Serang 648.115 766.410 968.358 1.244.755 1.652.763 1.834.514 5. Kota Tangerang 206.743 276.825 397.825 921.848 1.325.854 1.488.666 6. Kota Cilegon 72.054 93.057 140.828 226.083 294.936 331.872 Banten 2.258.574 3.045.154 4.015.837 5.967.907 8.096.809 9.083.144 Sumber : Biro Pusat Statistik Banten Tabel 2 Tingkat Pertumbuhan Penduduk Banten (dalam %) Kabupaten/Kotamadya 1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000 1. Kab. Pandeglang 2,66 2,17 2,14 1,71 2. Kab. Lebak 2,48 2,51 2,49 1,72 3. Kab. Tangerang 4,07 4,07 5,00 4,35 4. Kab. Serang 2,69 2,63 2,54 2,98 5. Kota Tangerang 2,96 4,11 8,77 3,83 6. Kota Cilegon 2,59 4,71 4,85 2,79 Banten 2,25 3,12 4,04 3,21 Sumber : Biro Pusat Statistik Banten 2

Tabel 3 Jumlah Kendaraan Roda Dua di Banten 2003 Jenis Kendaraan Stok Lama Baru Masuk Penambahan Keluar Stok Akhir Roda Dua 64 151.795 16.620 145.072 23.343 145.072 Sumber : Biro Pusat Statistik Banten PT Federal International Finance (FIF) merupakan salah satu perusahaan pembiayaan sepeda motor didirikan pada tahun 1989 yang juga merupakan anak perusahaan PT ASTRA International (AI), FIF bertujuan untuk membantu penjualan sepeda motor Honda di mana AI menjadi agen tunggal pemegang merek di bawah bendera PT Astra Honda Motor (AHM). FIF membantu penjualan Honda dengan memberikan fasilitas pembiayaan konsumen atau yang lebih umum dikenal dengan kredit. Persentase antara kredit dan tunai sudah mencapai angka 60 persen : 40 persen. Tabel 4 Data Penjualan Sepeda Motor Baru Wilayah Banten Tahun Unit Honda Suzuki Yamaha Pangsa Unit Pangsa Unit Pangsa Pasar (%) Pasar (%) Pasar (%) 2000 1.846 42,40 369 8,50 146 3,40 2001 7.371 66,10 710 6,40 565 5,10 2002 12.295 70,10 1.499 8,50 760 4,30 2003 20.960 66,70 2.890 9,20 2.591 8,20 2004 24.732 66,20 4.925 10,00 6.877 13,96 Sumber : Data Registrasi Samsat 3

Untuk Propinsi Banten FIF memiliki 1 cabang besar yang berlokasi di Kota Cilegon dan memiliki 3 kantor representative yaitu Serang, Pandeglang dan Malingping. Saat ini total konsumen yang dikelola oleh Cabang Cilegon adalah sebesar 32.000 dengan estimasi piutang yang dikelola sebesar Rp 250 miliar. Tabel 5 Data Jumlah Konsumen FIF Banten Tahun Kredit Honda (unit) 2000 430 2001 3.210 2002 5.759 2003 10.574 2004 12.155 Sumber : Data Penjualan FIF Wilayah Banten Menurut Suhartanto (2001), persepsi terbentuk dari dua faktor utama, yaitu komunikasi dan pengalaman konsumen selama mengkonsumsi barang atau jasa. Faktor pertama yang membentuk dan mempengaruhi persepsi adalah komunikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan baik berupa promosi seperti brosur dan poster maupun melalui media massa seperti koran, TV, majalah, dan radio. Komunikasi tersebut dapat mempengaruhi persepsi konsumen tentang bauran pemasaran suatu perusahaan. Selain dipengaruhi oleh komunikasi melalui media yang dilakukan oleh suatu perusahaan, persepsi konsumen tentang suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh komunikasi yang terjadi di antara konsumen dengan konsumen lain yang dikenal sebagai komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication). Faktor kedua yang 4

mempengaruhi persepsi adalah pengalaman konsumen, baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam berhubungan dengan penyedia produk maupun jasa. Peluang untuk menjadi merek yang unggul, tidak hanya pada harga saja, penawaran dan persepsi yang berbeda dibandingkan dengan pesaing akan membuat merek tersebut lebih unggul. Citra Niat Perilaku Konsekuensi Keuangan Bagus Positif Tetap Pembelian meningkat Bersedia membayar lebih tinggi Merekomendasikan konsumen lain Buruk Negatif Pindah Membeli ke perusahaan lain Negatif Word-of-mouth comunication Biaya promosi meningkat Sumber: Zeithaml dkk, 1996; Gronroos, 1983 dalam Suhartanto, 2001. Gambar 1. Model Efek Citra terhadap Perilaku Konsumen dan Keuangan Perusahaan Gambar 1 menjelaskan keuntungan citra yang baik dan positif bagi sebuah merek. Merek yang memiliki citra yang baik di masyarakat, akan lebih mampu mempertahankan konsumen sehingga konsumen akan loyal terhadap mereknya. Loyalitas konsumen ini akan berdampak pada perilaku pembelian, seperti nilai pembelian yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan dan daya belinya. Di samping itu, konsumen yang memiliki citra yang baik terhadap merek dan puas akan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi sehingga akan meningkatkan marjin keuntungan perusahaan. Dampak lainnya, 5

konsumen akan merekomendasikan merek tersebut ke teman-teman dan konsumen lainnya. Sebaliknya, merek yang memiliki citra yang buruk akan dinilai negatif oleh konsumen. Implikasinya, perilaku belanja konsumen akan berpindah ke merek lain yang dinilai baik. Konsumen juga akan mengurangi nilai belanjanya karena mereka tidak ingin berlama-lama di showroom/dealer tersebut sehingga tidak menimbulkan impulse buying. Kemudian konsumen mengomunikasikan hal-hal negatif tersebut kepada orang lain. Apabila merek dalam kondisi seperti tersebut, maka akan sulit bagi peritel untuk memulihkan citranya dan biaya promosi toko untuk mempertahankan dan menarik konsumen akan semakin meningkat. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image (Durianto, et.al, 2001). Merek akan bernilai tinggi untuk atribut-atribut yang dikehendaki seperti pelayanan yang bersahabat, atau menduduki suatu posisi yang berbeda dari posisi pesaing. Jika suatu toko diposisikan dalam atribut kunci untuk kelas produk tertentu, pesaing akan kesulitan menyerang. Karena itu, sebuah asosiasi dapat menjadi halangan bagi para pesaing (Aaker, 1997). Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan di industri otomotif maka persaingan antar merek sepeda motor menjadi hal yang menarik untuk dikaji terutama berkenaan dengan persepsi konsumen tentang merek merek sepeda motor yang ada. Hal ini akan menjadi parameter yang sangat strategis bagi para produsen sepeda motor, dimana hasil 6

penelitian ini akan memberikan masukan apakah aktivitas marketing yang sudah dijalankan dan diterima dalam benak konsumen sesuai dengan yang diharapkan. Selain harga dan model dari sepeda motor itu sendiri masih ada beberapa pertimbangan yang menjadi perhatian para konsumen. Kemudahan menjangkau showroom/dealer juga akan sangat penting, bila model bagus dan harga bersaing namun konsumen harus mengeluarkan biaya lebih untuk sampai ke titik penjualan maka justru akan menimbulkan image yang negative, dan pada akhirnya konsumen akan mencari merek yang dirasa lebih mudah dijangkau dari sisi lokasi outletnya. Pelayanan yang diberikan oleh karyawan suatu dealer/showroom sebelum terjadi pembelian, ketika transaksi pembelian dan setelah proses pembelian terjadi akan turut memberikan andil dalam menciptakan image sebuah merek. Pelayanan purna jual bagi industri otomotif sangat sensitive fungsinya, karena konsumen akan melihat pelayanan purna jual terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli sebuah sarana transportasi. Ketersediaan bengkel resmi merek tersebut, kemudahan suku cadang menjadi sangat penting dan bersifat wajib adanya jika ingin memenangkan pangsa pasar. Pasar sepeda motor di Banten pun sudah mulai diramaikan dengan berbagai macam merek. Kelompok tiga terbesar merek sepeda motor nasional juga hadir di Banten, yaitu Honda, Suzuki dan Yamaha. Secara nasional ketiga merek ini yang menguasai industri sepeda motor, sama 7

halnya dengan kondisi nasional untuk Banten pangsa pasar terbesar di pegang oleh Honda dan diikuti Suzuki serta Yamaha. Pangsa pasar sepeda motor Honda di dua tahun terakhir mulai memperlihatkan tren yang menurun, walaupun penurunan tidak terlalu signifikan namun hal tersebut perlu diantisipasi secepat mungkin. Bila dilihat pangsa pasar Honda mulai dari tahun 2003 sudah terlihat tanda tanda penurunan di mana di tahun 2002 pangsa pasar Honda sebesar 70,1 persen, namun di tahun 2004 menurun menjadi 66,2 persen, sedangkan dari merek Suzuki dan Yamaha menunjukkan angka pangsa pasar yang terus meningkat. 1.3 Perumusan Masalah a. Pertanyaan Manajemen: 1. Mengapa pangsa pasar sepeda motor Honda menurun? 2. Bagaimana strategi pemasaran yang harus dilakukan oleh PT Mitra Sendang Kemakmuran selaku distributor utama sepeda motor Honda di wilayah Banten dilihat dari sudut pandang konsumen? 3. Bagaimana membuat konsumen tidak pindah ke merek lain? b. Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana segmentasi, perilaku dan persepsi konsumen sepeda motor Honda di wilayah Banten agar dapat dirumuskan strategi pemasaran? 2. Apa yang diinginkan konsumen dari sepeda motor Honda? 8

c. Pertanyaan Investigasi: 1. Faktor-faktor apa yang menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih sepeda motor? 2. Bagaimana persepsi konsumen terhadap merek merek sepeda motor di wilayah Banten? 3. Bagaimana penilaian konsumen mengenai kinerja atribut-atribut sepeda motor di wilayah Banten? 1.4 Tujuan Penelitian a. Menganalisis segmentasi konsumen dan mengevaluasi kinerja atribut merek merek sepeda motor di wilayah Banten. b. Menganalisis perilaku, persepsi dan preferensi konsumen sepeda motor di wilayah Banten. c. Merumuskan strategi pemasaran sepeda motor Honda di wilayah Banten. 9

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB 10