DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD)

(Studi Kasus pada DPRD Se Eks Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT, TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENYUSUNAN APBD

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER PROGRAM STUDI AKUNTANSI-FEB UMS, 25 JUNI 2014 ISBN: SUB TEMA: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kepentingan Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN APBD

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit. Hal tersebut berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara serta segala

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN ANGGARAN DAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembaruan dan perubahan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH. (Studi Empiris Kota Salatiga Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan. akuntabel (Pramita dan Andriyani, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB I PENDAHULUAN. daya daerah, dan (3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi. keuangan daerah secara ekonomis, efesien, efektif, transparan, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

Faisal, Yusri Hazmi, Ali Imran, & Aryati. Politeknik Negeri Lhokseumawe Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN KOMITMEN

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

DAFTAR PUSTAKA. Adam, Shendy Jangan Pilih Artis Di Pemilu? Jadilah Pemilih Cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

SKRIPSI. Disusun Oleh: RIYA B

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

Disusun oleh : KRISNA B

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI MASYARAKAT, TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK, DAN PENGETAHUAN DEWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK SERTA PENGETAHUAN DEWAN TERHADAP ANGGARAN DALAM PENYUSUNAN APBD

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Irma Novalia B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 156 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

DAFTAR PUSTAKA. Anthony Govindarajan. (2005). Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

Afdol Rahmi 1, Dwi Fitri Puspa 2, Meihendri 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

Accounting Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menciptakan good governance sebagai prasyarat dengan

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DAN KINERJA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN APBD: PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH STUDI EMPIRIS DI DPRD KABUPATEN SERANG BANTEN

ANALISIS PENGETAHUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

Patiar Sri Rustiyaningsih Dwi Handayani Program Studi Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

TESIS. Oleh: Yuni Setyawati NIM: S

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

Transkripsi:

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD) (Studi Empiris Pada DPRD Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: SATRYADI NUGROHO B 200 090 057 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan tranparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). Berdasarkan hasil penelitian ini diharap0kan dapat memperdalam pengetahuan serta pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) di Kabupaten Grobogan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi moderating dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi (R 2 ). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota DPRD Kabupaten Grobogan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu anggota dewan yang membidangi perekonomi dan keuangan karena bidang (komisi) inilah yang berkaitan dengan keuangan daerah (APBD). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 1 diterima. Komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 2 diterima. Akuntabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 3 diterima. Partisipasi masyarakat tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 4 ditolak. Transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 5 ditolak. Kata kunci: pengetahuan dewan tentang anggaran, pengawasan, komitmen organisasi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat, transaparnsi kebijakan publik.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penerapan Undang-Undang tentang Otonomi Daerah menuntut good governance dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang harus mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi. Sehubungan dengan hal tersebut maka peran dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut Dewan) menjadi semakin strategis dalam pencapaian tujuan pembangunan daerah dengan cara mengawasi penggunaan keuangan daerah (APBD). Kabupaten Grobogan mendapatkan sorotan yang cukup tajam dari masyarakat akibat adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh Ketua DPRD. Ketua DPRD Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, M Yaeni duduk sebagai terdakwa dalam sidang perkara anggaran fiktif pemeliharaan mobil dinas senilai Rp 1,95 miliar. Perbuatan tersebut dilakukan bersama sejumlah pejabat Sekretariat DPRD tahun 2006-2008, antara lain dengan merekayasa kuitansi.hasil audit yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jawa Tengah pada 29 Desember 2009 menyebutkan, akibat penyimpangan itu negara dirugikan sebesar Rp 1,95 miliar. Target Pendapatan Kabupaten Grobogan tahun 2012 adalah sebesar Rp.1.297.756.363.000,- dan terealisasi sebesar Rp.1.323.837.610.516,- atau 102,01% dengan perincian target Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.88.139.303.000,- terealisasi sebesar Rp.105.463.320.984,- atau 119,66%, target Dana Perimbangan sebesar Rp.972.655.932.000,- terealisasi sebesar Rp. 976.816.606.098,- atau 100,43%, dan target lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp.236.961.128.000,- terealisasi sebesar Rp. 241.557.683.434,- atau 101,94%. Berdasarkan data tabel tersebut diketahui bahwa Dana Perimbangan memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan APBD tahun 2012, yaitu sebesar 73,79%. Sedangkan komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah menyumbang Pendapatan APBD sebesar 18,25% dan dari komponen Pendapatan Asli Daerah sebesar 7,97% (www.grobogan.go.id). Pengawasan keuangan daerah (APBD) secara efektif hanya dapat dilakukan oleh DPRD apabila anggotanya terdiri dari SDM yang berkualitas tinggi. Masalah

utama yang dihadapi Daerah adalah kurangnya sumberdaya manusia daerah yang berkualitas sehingga fenomena yang ada lemahnya pengawasan terhadap keuangan daerah (APDB). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yulinda Devi Pramita Lilik Andriyani (2010) tentang pengawasan keuangan daerah di DPRD Se-Karesidenan Kedu. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelum pada penelitian ini dilakukan pada anggota Dewan di KabupatenGrobogan, selain itu penelitian ini dilakukan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil kemungkinan cenderung dipolitisasi. Oleh sebab itu diperlukan suatu penelitian yang berkaitan dengan masalah ini. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD)? 2. Apakah komitmen organisasi mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD)? 3. Apakah akuntabilitas mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD)? 4. Apakah partisipasi masyarakat mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD)? 5. Apakah transparansi kebijakan publik mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD)? Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD).

2. Mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). 3. Mengetahui pengaruh akuntabilitas terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). 4. Mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD. 5. Mengetahui pengaruh transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pengawasan yang dilakukan DPRD atau Dewan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung serta preventif an represif. Pengawasan yang bersifat langsung dilakukan secara pribadi dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri di tempat pekerjaan dan minta secara langsung dari pelaksana dengan cara inspeksi. Sedangkan pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan preventif dilakukan melalu pre audit sebelum pekerjaan dimulai, sedangkan pengawasan represif dilakukan melaui post audit melalui pemeriksaan di tempat (Sopanah dan Mardiasmo, 2003). Hipotesis 1. Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) H 1 : Pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) 2. Komitmen Organisasi dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD)

H 2 : Komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) 3. Akuntabilitas dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) H 3 : Akuntabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewantentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). 4. Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) H 4 : Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). 5. Transparansi Kebijakan Publik dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) H 5 : Tranparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) METODE PENELITIAN Populasi dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah anggota DPRD Kabupaten Grobogan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu anggota dewan yang membidangi perekonomian dan keuangan karena bidang (komisi) inilah yang berkaitan dengan keuangan daerah (APBD). Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung kepada objek penelitian dengan mekanisme kuisioner model tertutup yang memuat daftar pertanyaan yang terkelompok menurut dimensi-dimensi pengukuran variabel. Untuk memperoleh data primer, digunakan penelitian lapangan (field research) dengan teknik pengumpulan data melalui kuisioner yang merupakan daftar pertanyaan tersruktur yang ditujukan pada responden. Adapun model

kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dan untuk informasi tertentu yang perlu penjelasan digunakan kuisioner tebuka. Metode Analisis Data Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda bertujuan mengetahui determinasi hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut: Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) Hasil pengujian hipotesis 1 (H 1 ) untuk pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: PDKD = 11,920 + 0,645 PDTA (4,783)** Keterangan: * Hubungan signifikan pada level 5% ** Hubungan signifikan pada level 1% Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis 1 (H 1 ) untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh nilai t hitung sebesar 4,783 dengan p= 0,000. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, sehingga H 1 diterima, artinya pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). Alamsyah (1997) dalam Rosseptalia (2006) menyebutkan bahwa tujuan adanya pengawasan APBD adalah untuk (1) menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dijalankan, (2) menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah digariskan, dan (3) menjaga agar hasil pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Yudoyono (2002) dalam Coryanata (2007) menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara

tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan sebagainya. Pengetahuan yang akan dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daearah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Apabila pengetahuan dewan tentang anggaran baik maka diharapkan anggota dewan dapat mendeteksi adanya pemborosan dan kebocoran anggaran. Pengalaman dan pengetahuan dewan yang tinggi akan sangat membantu seseorang dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya sesuai dengan kedudukan anggota DPRD sebagai wakil rakyat. Komitmen Organisasi dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) Hasil pengujian hipotesis 2 (H 2 ) untuk pengaruh komitmen organisasi pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: PDKD = 116,333-1,600 PDTA 2,688 KO + 0,066 PDTA*KO (-1,979) (-1,362) (2,134)* Keterangan: * Hubungan signifikan pada level 5% ** Hubungan signifikan pada level 1% Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis 2 (H 2 ) untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh nilai t hitung sebesar 2,134 dengan p= 0,038. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, sehingga H 2 diterima, artinya komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). Pada konteks pengawasan dewan terhadap keuangan daerah (APBD), dewan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, akan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan pengawasan terhadap anggaran menjadi relatif lebih tepat dan baik. Komitmen organisasi dapat merupakan alat

bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dan Parker, 1996; McClurg, 1999; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002 dalam Sutartono (2006)). Jadi, psikologi dewan dapat tercermin dari komitmen organisasi yang benar-benar dilakukan oleh seorang dewan sebagai wakil rakyat. Komitmen organisasi dewan sangat penting mengingat anggota dewan umumnya berangkat dari politik (partai). Hal tersebut bisa jadi memperkuat atau memperlemah hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. Pada konteks kinerja dewan di DPRD, komitmen organisasi dalam era reformasi dan demokrasi seperti sekarang ini dalam sangat perlu dimiliki. Akuntabilitas dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) Hasil pengujian hipotesis 3 (H 3 ) untuk pengaruh akuntabilitas pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: PDKD = 106,583-1,346 PDTA 2,187 AK + 0,052 PDTA*AK (-1,872) (-1,377) (2,101)* Keterangan: * Hubungan signifikan pada level 5% ** Hubungan signifikan pada level 1% Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis 3 (H 3 ) untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh nilai t hitung sebesar 2,101 dengan p= 0,041. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, sehingga H 3 diterima, artinya akuntabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2003). Dalam organisasi sektor publik,

khususnya pemerintah daerah, hubungan agensi muncul antara pemerintah daerah sebagai agen dan DPRD sebagai principal dan publik/warga berlaku sebagai prinsipal yang memberikan otoritas kepada DPRD (agen) untuk mengawasi kinerja pemerintah daerah. Akuntabilitas menjadi suatu konsekuensi logis adanya hubungan antara agen dan prinsipal. Dewan sebagai anggota legislatif perlu mengerti dan memahami pedoman akuntabilitas instansi pemerintah agar dapat menjalankan fungsinya dalam mengawasi tahapan penyusunan hingga laporan pertanggungjawaban keuangan daerah (APBD). Kegagalan dalam menerapkan standar operasional prosedur akuntabilitas mengakibatkan pemborosan waktu, pemborosan sumber dana dan sumber-sumber daya yang lain, penyimpangan kewenangan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintahan. Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) Hasil pengujian hipotesis 4 (H 4 ) untuk pengaruh partisipasi masyarakat pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: PDKD = -44,372 + 1,475 PDTA + 1,889 PM - 0,028 PDTA*PM (0,862) (0,519) (-0,481) Keterangan: * Hubungan signifikan pada level 5% ** Hubungan signifikan pada level 1% Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis 4 (H 4 ) untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarkaat pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh nilai t hitung sebesar -0,481 dengan p= 0,633. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p > 0,05, sehingga H 4 ditolak, artinya partisipasi masyarakat tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). Demi terciptanya akuntabilitas kepada publik diperlukan partisipasi kepala instansi dan warga masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan anggaran

(Rubin, 1996 dalam Coryanata, 2007). Achmadi (2002) dalam Coryanata (2007) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. Dobell dan Ulrich (2002) dalam Werimon, dkk (2007) menyatakan bahwa ada tiga peran penting parlemen dalam proses anggaran yaitu mewakili kepentingan-kepentingan masyarakat (representating citizen interests), memberdayakan pemerintah (empowering the government), dan mengawasi kinerja pemerintah (scrutinizing the government s performance). Salah satu efek positif adanya partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran adalah pertukaran informasi yang efektif. Transparansi Kebijakan Publik dan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) Hasil pengujian hipotesis 5 (H 5 ) untuk pengaruh transparansi kebijakan publik pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: PDKD = -39,804 + 0,907 PDTA + 3,668 TKP - 0,030 PDTA*TKP (0,858) (1,065) (-0,593) Keterangan: * Hubungan signifikan pada level 5% ** Hubungan signifikan pada level 1% Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis 5 (H 5 ) untuk mengetahui pengaruh transparansi kebijakan publik pada hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah diperoleh nilai t hitung sebesar -0,593 dengan p= 0,556. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p > 0,05, sehingga H 5 ditolak, artinya transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD). Transparansi publik merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi

merupakan salah satu prinsip dari good governance. Asumsi yang dapat dirumuskan, semakin transparan kebijakan publik, yang dalam hal ini adalah APBD maka pengawasan yang dilakukan oleh Dewan akan semakin meningkat karena masyarakat juga terlibat dalam mengawasi kebijakan publik tersebut. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang determinasi hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) di Kabupaten Grobogan dapat ditarik kesimpulan: 1. Pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 1 diterima. 2. Komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 2 diterima. 3. Akuntabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 3 diterima. 4. Partisipasi masyarakat tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 4 ditolak. 5. Transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD), sehingga H 5 ditolak. Saran Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi anggota DPRD Kabupaten Grobogan diharapkan semakin meningkatkan pengawasan dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpanan dalam penggunaan keuangan daerah.

2. Bagi masyarakat diharapkan partisipasinya dalam pengelolaan keuangan daerah dan melaporkan segala bentuk pengelolaan keuangan daerah yang menyimpang dari APBD. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan semakin memperluas penelitian dengan melakukan penelitian pada beberapa anggta DPRD di beberapa Kabupaten/Kota dan juga penggunaan variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap pengawasan pada keuangan daerah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fatchurrochman, Agam, 2004, Manajemen Keungan Publik, Materi Pelatihan Anti Korupsi, Indonesian Coroption Watch. Ghozali. Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gujarati, Damodar. 2003, Econometric, Erlangga, Jakarta. Halim. 2004. Otonomi Daerah, Penganggaran Daerah, Dan Korupsi, Seminar Nasional Dalam rangka Dies Natalis ke-44 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Ichsan, M, Ratih dan Trilaksono, N, 2007, Administrasi keuangan Daerah: Pengelolaan dan penyusunan APD, Malang, Brawijaya University Pers. Isma, Coryanata, 2007, Akuntabilitas partisipasi masyarakatdan transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating hubungan pengetahuandewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan Daerah (APBD), Simposium Nasional Akuntansi X: 1 24. Sopanah danmardiasmo. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Sopanah, 2003, Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Public Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah. (Tesis Program Pascasarjana MAKSI UGM Yogyakarta), SNA VI Surabaya, Oktober 2003, p1160.

Sutarnoto, Tejo, 2006, Pengaruh Kualitas SDM Aparatur terhadap Kinerja Pegawai, Tesis S2 Tidak di Publikasikan, Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi Negara, Universitas Brawijaya Malang. Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Yudono, Bambang, 2008, Optimalisasi Peran DPRD dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,http://www.bangda.depdagri.go.id/jurnal/jendela/jen dela3.htm.