BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Negaranegara maju membawa pengaruh dan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. produk dengan kualitas-kualitas yang lebih baik. Untuk memenuhi. sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan tentang mudahnya berkomunikasi ataupun dalam memperoleh informasi, tetapi di sisi lain juga mudahnya masuk kebudayaan luar yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia seperti cara berpakaian, etika pergaulan film-film yang tak pantas kita tonton sehingga banyak mempengaruhi gaya hidup orang Indonesia teruma anakanak dan generasi muda yang mudah terpengaruh hal-hal yang negatif. Untuk mengsikapi hal itu kita harus pandai-pandai-pandai memilih mana yang perlu kita contoh dan mana-mana yang kita tolak. Kenyataan yang ada banyak generasi muda yang terjerumus ke hal-hal yang tidak sesuai dengan kepribadian kita, seperti sek bebas, narkoba, cara pergaulan, dan berpakaian yang kurang pantas. Menurut Akbar (2009), praktek pendidikan di Indonesia cenderung lebih berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill (ketrampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emosional intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ). Pembelajaran di berbagai sekolah bahkan 1

2 perguruan tinggi menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai ujian. Banyak guru memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil ulangan atau ujian yang tinggi. Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan hanya berbasis hard skill yaitu menghasilkan nilai atau lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis namun mengesampingkan karakter. Pada saat seperti inilah pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membentuk etika, moral dan sopan santun. Untuk mengantisipasi hal itu, sebetulnya pemerintah telah menerbitkan UU No. 20 Tahun 2003 (UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal III) tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selama ini pendidikan dilingkungan keluarga belum dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dalam pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan

3 aktivitas orang tua menyebabkan mereka tak sempat lagi memperhatikan anaknya, sehingga mereka mungkin bisa terpengaruh oleh pergaulan, media elektronik yang negatif semakin banyak, sehingga tak sempat lagi memperhatikan kegiatan anaknya apalagi mendidik. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal itu adalah dengan pengelolaan pendidikan karakter terutama dalam pendidkan kewarganegaraan. Pembentukan dan pendidikan karakter melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Sekolah bertanggung jawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknonogi,tetapi juga dalam karakter dan kepribadian. Hal ini relevan dan kontektual bukan di negara-negara yang tengah mengalami kritis karakter, seperti indonesia, tetapi juga bagi negara-negara maju (Fraernkel, 1977: Kirschenbaum & Simon 1974). Usaha pembentukan dan pendidikan karakter melalui sekolah, hemat saya bisa dilakukan setidaknya melalui pendekatan, sebagai berikut: Pertama, menerapkan pendekatan modelling atau uswah hasanah, yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah menghidupkan dan menegakkan nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaknya mampu menjadi uswah hasanah yang hidup (living eremplary) bagi setiap peserta didik. Mereka juga harus siap untuk mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilai yang baik.

4 Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Usaha ini bisa dibarengi pula dengan langkah-langkah memberi penghargaan (prizing) dan menumbuh suburkan (cherising) nilai-nilai yang baik, dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discouraging) berlakunya nilai-nilai yang buruk, menegaskan nilai-nilai yang baik, dan buruk secara terbuka dan berkesinambungan; memberi kesempatan pada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang dalam-dalam berbagai konskensi dari setiap pilihan dan tindakan; membiasakan bersikap dan bertindak atas nilai prasangka baik (husn alzhan) dan tujuan ideal; membiasakan bersikap dan bertindak dengan pola-pola yang baik yang diulangi secara terus menerus dan konsisten. Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (charakterbased education). Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan characterbased approach ke dalam setiap mata pelajaran yang ada disamping mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, Pendidikan Kwarganegaraan dan sejarah. Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pengelolaan

5 tersebut meliputi pengelolaan nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam muatan kurikulum terutama dalam pendidikan kewarganegaraan. Kurikulum KTSP berbasis kompetensi memuat soft skill yang penerapannya tidak mudah karena merupakan ketrampilan dari seseorang yang lebih bersifat kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Mengingat soft skill lebih mengarah pada ketrampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata tetapi bisa dirasakan adalah perilaku sopan disiplin, keteguhan hati ketrampilan kerja sama membantu orang lain. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejujuran dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari: a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. Kelompok mata pelajaran dan ilmu pengetahuan dan teknologi; d. Kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian jelas sekali berkaitan atau bahkan identik dengan pendidikan karakter.

6 Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Pengeloaan pendidikan karakter dalam pendidikan kwarganegaraan di SD Negeri Banyuyoso Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Pendidikan karakter sangat penting diajarkan di semua jenjang pendidikan teruma pada pendidikan dasar khususnya di Sekolah Dasar. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau suatu kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa diri sendiri, sesama lingkungan maupun kebangsaan, sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan

7 karakter di sekolah, semua komponen (stakeholder) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian, kwalitas hubungan, penanganan dan pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Di sinilah perlunya pengelolaan pendidikan karakter sangat perlu kita ajarkan kembali. Sejak tahun 1990 an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan, Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya The Return of Character Education, sedangkan menurut Ryan dan Bohlin ada tiga unsur pokok dalam pendidikan karakter, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter pada saat ini memang sangat dibutuhkan mengingat situasi besarnya pengaruh negatif globalisasi yang kian mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Terutama untuk membentuk generasi muda menjadi manusia yang utuh. Utuh yang dimaksud adalah intelektualitas (kognitif), sosial, moralitas, emosi, afeksi estetika, religius, kepribadian dan fisik. Pola hidup bangsa Indonesia sudah meniru kebudayaan Amerika yang belum tentu sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia, sopan santun

8 sudah ditinggalkan oleh bangsa Indonesia bahkan melanggar aturan agama. Guru dalam mengajar hanya mengejar nilai indek prestasi komulatif tanpa memperhatikan nilai kepribadian seperi kejujuran sehingga menbiarkan siswanya menyontek temannya dan lain-lain. Akibat nilai kepribadian yang terabaikan adalah terjadi korupsi ditingkat atas yang dimulai dengan ketidak jujuran dari awal dari tingkat sekolah dasar terjadi tawuran antar pelajar, suku, agama, kelompok karena berbagai macam kepentingan Di sinilah pentingnya pendidikan karakter bangsa Indonesia diajarkan. Menurut Socrates tujuan paling mendasar adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Menurut Rasulullah Muhammad SAW menegaskan misi utamanya dalam mendidik manusia adalah mengutamakan pendidikan karakter yang baik (good character). Keduanya berpendapat bahwa moral akhak atau karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga menurut Marthin Luther King menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan Intelligence plus character that is the true aim of education. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan melalui perbagai macam pembelajaran diantaranya Pendidikan Kwaganegaraan. Idealnya pendidikan karakter bangsa diajarkan dan dibantukan secara sinergis. Pendidikan karakter sebagimana pendidikan yang lain yang berlangsung seumur hidup dimulai sejak kecil usia sekolah dasar hingga dewasa agar terbentuk mental-mental yang jujur, disiplin kerja keras memiliki daya juang yang kuat dan menghargai orang lain.

9 B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada Bagaimana Pengelolaan Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV di SD Negeri Banyuyoso Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Fokus tersebut dirinci menjadi 3 fokus yaitu : 1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dilakukan? 2. Bagaimana pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dilaksanakan? 3. Bagaimana evaluasi pembelajaran karakter dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dilaksanakan? C. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran pendidikan karakter dalam pendidikan kwarganegaraan. b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter dalam pendidikan kwarganegaraan. c. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pendidikan karakter dalam pendidikan kwarganegaraan.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang lain tentang pembelajaran PKn. 2. Praktis a. Hasil penetian diharapkan bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan bagi siswa dan masukan bagi guru dalam menanamkan pendidikan karakter. b. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3).