HANDPAPER/MAKALAH Al-Aqidah As-Salafiyah Al-Muyassar Bagian 2 Oleh : Abu Salmâ Muhammad Online Via http://mixlr.com/abusalmamuhammad TAUHID ULUHIYAH Makna : Meng ahad kan Allah di dalam perbuatan Makhluk. Maksudnya : meng ahad kan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqorrub yang disyariatkan seperti do a, nadzar, kurban, roja (pengharapan), takut, tawakkal, roghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah(taubat). Jadi segala ibadah yang dilakukan makhluk hanyalah ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta ala. Tauhid Uluhiyah juga disebut dengan Tauhidul Ibadah. Tauhid Rububiyah mengharuskan Tauhid Uluhiyah, sebagaimana dalam firman Allah Ta ala : Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan menciptakan orang-orang sebelummu agar kamu menjadi orang yang bertakwa. Dialah Allah yang menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap dan menurunkan dari langit air (hujan) yang dengannya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sebagai anugerah rizki bagimu, maka janganlah engkau membuat bagi Allah sekutu-sekutu sedangkan engkau mengetahuinya. (Al Baqarah 2 : 20-21). Dari ayat di atas tampak bahwa Allah ta ala menyatakan kerububiyahannya dengan menjadikan bagi manusia bumi sebagai hamparan, langit sebagai atap dan menurunkan air hujan yang dengan air hujan itu tumbuh bermacam-macam tumbuhan sebagai rizki bagi manusia, dimana setelah manusia mengetahui bahwa hal ini semua adalah dari Allah Ta ala maka merupakan suatu kewajiban bagi manusia untuk menyembah Allah Ta ala semata dan meninggalkan sesembahan-sesembahan selain Allah, dan ini merupakan konsekwensi Tauhid Rububiyah yang mengharuskan adanya Tauhid Uluhiah. (Baca juga QS Al An am 6 : 102; Al A raf 7 : 191; An Nahl 16 : 17). Tauhid Uluhiyah merupakan tujuan manusia diciptakan sebagaimana dalam firman Allah Ta ala : Tidaklah Ku-ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku (semata) (QS Adz-Dzariyat 51 : 65) Tauhid Uluhiyah merupakan puncak tertinggi dalam islam dimana para nabi dan rasul diutus untuknya (Baca An Nahl 16 : 36, Al Anbiya 21 : 25), Bahkan Nabi Nuh, Hud, Sholih, Syuaib dan nabi lainnya mengajak ummatnya dengan berseru : Hai kaumku sembahlah Allah semata, sekali-kali tiada ilah bagimu selain-nya. (Al A raf 7 : 59, 65, 73 dan 85). Tauhid Uluhiyah adalah Da wah Nabi Yusuf (QS Yusuf 12 : 36-42), Da wah Nabi Musa (Thaha 20 : 4-1
15; An Naaziat 79 : 21-25), dakwahnya Kholilullah Ibrahim (An Nahl 16 : 123; Al An am 6 : 74-83; Maryam 19 : 41-50; Al Baqoroh 2 : 258; Al Anbiya 21 : 51-70) dan dakwahnya nabi kita MuhammadShallallahu alaihi wa Salam (Shad 38 : 5-6; Az Zumar 39 : 2-3, 11-14; Al An am 6 : 162-163, Al A raf 7 : 158) Tauhid Uluhiyah merupakan intisari dari kalimat At-tauhid Laa Ilaaha Illallah yang merupakan gerbang masuk islam, jalan keselamatan dan terpeliharanya harta, jiwa dan kehomatannya. (banyak hadits yang menjelaskannya diantaranya Dalam Arbain Nawawi hadits ke-2 tentang Iman, islam dan Ihsan, hadits ke-3 tentang rukun islam yang lima, hadits ke-8 tentang terpeliharanya kehormatan seorang muslim). Tauhid Uluhiyah yang membedakan antara orang kafir dan musyrikin dengan orang islam yangmuwahidin (mentauhidkan Allah). Tauhid Uluhiyah merupakan pondasi islam yang harus ditegakkan pertama kali sebelum lainnya karena ia merupakan hak Allah yang harus dipenuhi makhluk-nya dan merupakan ini dakwah para nabi dan rasul. Tauhid uluhiyah juga merupakan dasar dalam tarbiyah yang harus diprioritaskan sebelum lainnya. Tauhid Uluhiyah merupakan asas dan pondasi dibangunnya seluruh amal, tanpa realisasitauhid Uluhiyah semua ibadah dan amal makhluk tidak akan diterima bahkan ia menjadi orang kafir yang kekal di dalam neraka. (An nisa 4 : 48,116; Al An am 6 : 85, Az Zumar 39 : 65)(ibnu burhan) MAKNA SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH Makna Laa Ilaaha Illallah ijmaalan (global) : Laa Ma buda Bihaqqin Illallah Artinya Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Kata Laa harus ditaqdirkan dengan bihaqqin (yang haq), tidak boleh ditaqdirkan dengan maujud (yang ada) karena menyelisihi makna sebenarnya. Jika ditaqdirkan dengan maujud maka menjadi Laa Ma buda maujudin illallah (Tidak ada sesembahan yang ada kecuali Allah) yang mengimplikasikan bahwa tidak ada sesembahan yang ada di bumi ini melainkan Ia-lah Allah, sehingga batu yang disembah, patung yang disembah, berhala yang disembah dan segala hal yang disembah maka Ia-lah Allah. Namun jika ditaqdirkan dengan bihaqqin maka implikasinya tidak ada sesembahan yang benar/haq untuk disembah kecuali Allah, maka segala sesembahan yang tidak haq yang disembah adalah bathil dan satusatunya sesembahan yang haq disembah adalah Allah Ta ala semata. TAFSIR BATHIL MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH 1. Laa Ilaaha Illallah dimaknai dengan Laa ma budan Ilallah (Tiada sesembahan kecuali Allah). Tafsir ini adalah bathil, karena jika tiada sesembahan yang disembah kecuali Allah, maka implikasinya setiap sesembahan baik yang haq maupun bathil maka Ia-lah Allah. 2. Laa Ilaaha Illallah dimaknai dengan Laa Kholiqon Illallah (Tiada pencipta kecuali Allah). Tafsir ini bathil dan kurang. Jikalau Laa Ilaaha Illallah ditafsirkan dengan tiada yang menciptakan kecuali Allah, penafsiran ini hanyalah mencakup sifat rububiyah Allah saja, sedangkan orang-orang musyrikin juga mengakui kerububiyahan Allah, sehingga jika 2
ditafsirkan dengan makna ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kaum musyrikin adalah muslim. 3. Laa Ilaaha Illallah dimaknai dengan Laa Haakimiah Illallah (Tiada hakim kecuali Allah). Tafsir ini bathil dan kurang karena hanya mencakup satu sifat dari sifat-sifat Allah. MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH TAFSHILAN (TERPERINCI) MENURUT I RABNYA : Laa disebut dengan Laa naafiyatan Lil Jinsi artinya ia adalah huruf yang berfungsi meniadakan seluruh jenis. Ilah adalah Ism, ia mabni fathah (senantiasa dalam keadaan fathah), sedangkan khobar (berita)-nyamahdzuf (dibuang) dan ditaqdirkan (dikira-kirakan) dengan lafadz Haqqun sehingga bermaksud Laa Ilaaha haqqun. Ilah bermakna segala sesuatu yang disembah, diminta pertolongan, dijadikan tumpuan hati untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot. Illa merupakan istitsna (pengecualian) dari khobar di belakangnya. Allah merupakan khobar yang rofa setelah istitsna. Allah adalah ism alamiyah (nama) bagi diri-nya. Yang berderivat (musytaq) dari kata Ilah dimana fa ul ism-nya dibuang dan ditambahkan lam az-za idah sehingga menjadi lafadh Allah. (baca Fathul Majid pada syarh basmalah) RUKUN SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH Laa Ilaaha Illallah mempunyai dua rukun : 1. An-Nafyu atau peniadaan pada kalimat Laa Ilaaha : Membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah. 2. Al-Itsbat atau penetapan pada kalimat Illallah : Menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya. Kedua rukun di atas itu sebagaimana dalam firman Allah : Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka sungguh ia telah berpegang pada tali Allah yang amat kuat (Al Baqarah 2 : 256). Firman AllahBarangsiapa yang ingkar kepada thaghut merupakan makna nafyun dari Laa Ilaaha, rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah beriman kepada Allah adalah makna itsbat dari rukun kedua Illallah. Juga dalam firman Allah Ta ala : (berkata Ibrahim) Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku (Az Zukhruf 43 : 26-27) Firman Allah Ta ala Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, merupakan makna nafyun pada rukun pertama dan Fiman Allah tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku merupakan makna itsbat pada rukun kedua. 3
SYARAT LAA ILAAHA ILLALLAH 1. Al- Ilmu artinya mengetahui maknanya. Oleh sebab itu, orang yang mengucapkannya tanpa memahami makna dan konsekuensianya, ia tidak dapat memetik manfaat sedikitpun, bagaikan orang yang berbicara namun tak faham apa yang dibicarakannya (Lihat QS Muhamad 47 : 19 dan Az Zukhruf 43 : 86). Lawannya adalah Al-jahlu(bodoh) 2. Al-Yaqin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran kalimat itu tanpa ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun (Lihat QS Al Hujurat 49 : 15). Lawannya adalah Asy-Syak (Ragu) 3. Al Qobul artinya menerima apa adanya tanpa menolak. Hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah (Lihat QS Ash Shoffat 37 : 35-36). Lawannya adalah Ar-Radd (menolak) 4. Al-Inqiyad artinya tunduk dan patuh melaksanakan hak-hak kalimat ini, dengan cara melaksanakan kewajiban atas dasar ikhlash dan mencari Ridha Allah (Lihat QS Luqman 31 : 22). Lawannya adalah At-Tark(Meninggalkan). 5. Al-Ikhlash artinya Ikhlash tanpa disertai kesyirikan sedikitpun (Lihat QS An Nisa 4 : 23). Lawannya adalahasy-syirk. 6. Ash-Shidq artinya jujur tanpa disertai sifat kemunafikan, karena banyak yang mengucapkan kalimat ini namun tidak meyakininya (Lihat QS Al baqarah 2 : 8-10). Lawannya adalah Al- Kadzib (mendustakan). 7. Al-Mahabbah artinya mencintai kalimat ini dan segala konsekuensinya. (Lihat QS Al Baqarah 2 : 165). Lawannya adalah Al-Baghdha (Benci) KEDUDUKAN KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Laa Ilaaha Illallah merupakan kalimat yang senantiasa dikumandangkan kaum muslimin, penegak bumi dan langit, sebab para nabi dan Rasul di utus, sebab kitab-kitab diturunkan, merupakan pondasi syariat, timbangan ditegakkannya keadilan, pemisah antara mukmin dan kafir, tujuan dihunusnya pedang tatkala jihad, merupakan hak Allah atas hambanya, gerbang masuk islam, kunci surga, terpelihara kehormatan, darah dan harta pengucapnya, prioritas utama da wah yang harus didahulukan. KEUTAMAAN KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAH (Disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab). Barangsiapa yang mengucapkan di akhir hayatnya dijamin masuk surga. Penyelamat kekalnya saeseorang di dalam neraka. Sebab diampuninya dosa. Kebajikan yang terbaik. Menghapus dosa dan kesalahan. Memparbaharui iman dalam hati. Merupakan do a dan dzikir terbaik. Amalan yang paling Utama Pengaman kesengsaraa kubur. Pemelihara dari gangguan Syaithan. Kunci dibukanya delapan pintu surga. 4
PEMBATAL-PEMBATAL SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH 1. Syirik di dalam beribadah kepada Allah (Dalil : QS. An-Nisa 4 : 48, Al-Ma idah 5 : 72) 2. Orang yang menjadikan antara dirinya dan Allah perantara-perantara (wasilah) untuk di jadikan saranataqarrub kepada Allah dalam berdo a, meminta syafa at,pertolongan dan lain sebagainya. 3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang yang kafir dan musyrik (seperti kafirnya ahlul kitab, kaum musyrikin Hindhu, Budha, atau selainnya) ataupun masih ragu akan kekufuran mereka bahkan membenarkan madzhab/pendapat-pendapat mereka. 4. Orang yang beri tiqod (berkeyakinan di dalam hatinya) bahwa petunjuk selain Nabi lebih sempurna dan lebih baik daripada petunjuk Nabi. Seperti orang-orang yang lebih mendahulukan hukum thaghut di atas hukum Rasulullah, seperti undang-undang manusia. 5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah sekalipun ia mengamalkannya. 6. Siapa yang mengejek, menghina atau meremehkan sesuatu dari agama Rasulullah baik pahala maupun siksanya. (QS At-Taubah 9 : 65-66) 7. Mempelajari dan mengamalkan sihir, termasuk di dalamnya tenaga-tenaga dalam, ilmu santet dan semacamnya. (QS Al-Baqarah 2 : 102). 8. Mendukung dan membela kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi ummat islam. (QS Al-Maidah 5 : 51) 9. Barangsiapa yang meyakini bolehnya manusia keluar dari syariat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam sebagaimana keyakinan ghulat shufiyah (kaum sufi yang melampau batas) bahwa manusia dapat memiliki tingkatan-tingkatan dimana pada tingkatan tertentu ia boleh tidak melakukan ibadah kepada Allah (Dalam hal ini tingkatan haqiqat kemudian tingkatanma rifat.) 10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak mau mengamalkannya (QS As- Sajdah 32 : 22) Peringatan : Dalam permasalahan pembatal syahadat di atas pelaku telah melakukan perbuatan kufur amali, namun kita tidak boleh langsung memvonis kafir pada pelaku sebelum tegak syarat-syaratnya. Dalam hal ini ada pembahasan khusus mengenai takfir (pengkafiran) maka berhati-hatilah!!! ********** Bersambung Bagian 3 5