BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN YAYASAN NURUL AMANAH AL MAKKY BASANAH TANAH MERAH BANGKALAN

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN BAHAUDDIN AL- ISMAILIYAH. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan formal maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang beradab menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB V PENUTUP. dalam dokumen sekolah. Komite Sekolah SMA Islam Kartika Surabaya tidak. komite tidak banyak berpartisipasi dalam standar pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III LOKASI PENELITIAN. desa sumber rezeki beserta tokoh agama setempat. Menurut Ustadz Sya dun Toyyib Al-Hafidz selaku pimpinan Pondok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi telah menjadi suatu kebutuhan dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik learning activities yang ada di Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

Variabel Distribusi : 1. Apakah Anda mempertimbangkan jarak/lokasi sekolah dengan tempat tinggal Anda?

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat Dukungan Sosial Siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

Transkripsi:

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT Dalam pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan pada santri dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi penerus. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar untuk mengembangkan potensi diri seseorang agar ia memiliki kekuatan spritual keagamaan dan kecerdasan seperti yang diharapkan. 1 Pada hakikatnya sifat manusia bersifat sosial, yakni dapat mempelajari interaksi antar sesama manusia lainnya dan hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain, di rumah, di sekolah dan lain sebagainya. 2 Pendidikan juga dapat dipandang sebagai proses sosialisasi, santri dirasa perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dimana ia hidup. Kepribadian santri dalam beberapa hal tertentu ditentukan oleh perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses. Setiap lembaga pemerintah dalam masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh masyarakat dapat memberi hasil yang baik kepada para santri, serta dapat mengupayakan untuk mensosialkan santri. Dalam proses pembentukan karakter pada para santri berhubungan erat dengan faktor intern (individu) para santri itu sendiri dan juga faktor ekstern 1 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 10. 2 Ibid., 12.

(lingkungan) baik dalam masyarakat, rumah, sekolah, pondok pesantren, dan sebagainya. Faktor intern (individu manusia) yang telah diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang telah dibekali dengan daya pikir, cipta, dan kemauan atau secara singkat dimaknai sebagai fitrah manusia yang memiliki karakteristik berbeda dengan lainnya, merupakan salah satu faktor yang menetukan pembentukan karakter tersebut. Faktor ekstern (lingkungan) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku individu baik lingkungan fisik maupun sosiologi pada santri, sehingga dapat menciptakan perubahan karakteristik. Hal ini dapat dilihat dari dinamikadinamika berpikir yang merupakan pertarungan antara pemahaman awal dengan keadaan hingga memunculkan sebuah karakteristik yang berbeda dari peserta didik tersebut. Dalam menjelaskan karakteristik pada santri dapat dilihat dengan fisik, mental dan emosional pada setiap tingkat perkembangan santri. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan karakteristik santri menjadi perhatian utama dalam pesantren. Hal ini menjadikan pendidikan di pesantren menjadi satu-satunya cara dalam upaya pembangunan karakteristik tersebut menuju kearah yang lebih baik dan tetap berpegang pada nilai-nilai

masyarakat, agama, dan kebudayaan sehingga peserta didik akan mampu bersosialisasi dengan masyarakat secara dinamis. 3 Dapat disadari bahwa perbedaan-perbedaan antara individu dengan individu lainnya dan juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan ciri-ciri dari semua pelajaran pada suatu tingkat belajar santri. Pengaruh pada perbedaan individu dalam tingkat tujuan pendidikan santri, isi, teknik-teknik pendidikan yang telah ditetapkan hendaknya disesuaikan dengan perbedaanperbedaan yang ada pada santri. Dalam kelompok santri dapat berkomunikasi dan membentuk jaringan relasi dalam pergaulan sosial. Oleh karena itu, karakter individu merupakan sumber yang dimiliki oleh manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budayanya. Masyarakat menganggap bahwa pendidikan budaya mendapat ketetapan secara tegas dan baik. 4 Dalam kepribadian pada santri juga mempunyai fungsi sebagai penentu kebutuhan pokok dalam menentukan keberhasilan perkembangan di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Penentu juga berarti faktor yang mendukung atau mempengaruhi pada proses penyesuaian. Proses pendidikan di pesantren ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor penentu dalam perkembangan di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah identik dengan faktor-faktor yang mengatur dalam terbentuknya pribadi santri. Faktor-faktor tersebut pada santri dapat dikelompokkan sebagai berikut; kondisi fisik santri, 3 Sunarto dan Agung Hartanto, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 5 4 Ibid., 17-18.

kondisi lingkungan santri khususnya dalam keluarga dan masyarakat dan perkembangan sosial dan intelektual santri. Pemahaman tentang faktor-faktor diatas dan bagaimana fungsinya dalam perkembangan di pondok pesantren merupakan proses perkembangan pada santri. Oleh karena itu, keberhasilan dalam perkembangan di pesantren tumbuh dari hubungan para santri dengan masyarakat. 5 Akan tetapi dalam pembahasan kali ini, penulis tidak akan memaparkan secara keseluruhan dari berbagai faktor tersebut, pembahasan kali ini lebih pada faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah yang bergerak dalam perkembagan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah yang berada di Ngelom Sepanjang Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah didirikan oleh KH. Chamzah Ismail pada tahun 1958. Sejalan dengan perkembangan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah, terdapat pula beberapa faktor pendukung dan penghambat yang menyertainya. Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambatnya terbagi menjadi faktor internal dan eksternal, yang penulis jelaskan sebagaimana berikut ini: A. Faktor Pendukung 1. Faktor Pendukung Internal Faktor internal adalah faktor pendukung berkembanganya Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah yang dilihat dari sisi dalamnya, adapun faktor pendukung tersebut adalah: 5 Ibid., 229.

a. Adanya kinerja pengurus yang baik. Di suatu pesantren tentunya terdapat pengurus dan tenaga pendidik yang turut serta dalam mengembangkan keberadaan pondok pesantren, hal ini juga sejalan dengan realita yang ada di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Pengurus pesantren yang sedia dan memberikan sumbangsih besar disetiap perkembangan yang ada di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah, dan dengan adanya kepengurusan yang mempuni ini, membuat jalannya kehidupan pesantren menjadi teratur serta berakibat baik bagi kelangsungan para santri dan masyarakat di desa Ngelom. 6 Tidak hanya pengurus yang mempunyai peran aktif di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Peran dari seorang tenaga pendidik pula terhitung sangat besar. Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah adalah salah satu lembaga pendidikan sosial dan keagamaan, yang tentunya menaungi beberapa lembaga pendidikan, diantaranya pondok pesantren, MIS, SMP, SMA, dan TK Muslimat Nu. 7 Fungsi tenaga pengajar sangatlah penting bagi kelangsungan lembaga pendidikan ini, dengan adanya tenaga pendidikan yang mempuni, Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah higga sekarang dapat berkembangan dengan baik dan dapat diterima dengan baik pula oleh masyarakat sekitarnya. b. Peran aktif pendiri pesantren 6 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017. 7 Muhammad Nuh Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

KH. Chamzah Ismail yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah ini berdiri karena adanya kegigihan dan dukungan dari kedua orang tua dan masyarakat disekitar Ngelom, sehingga ia bertekad untuk mendirikan pondok pesantren. Dengan tujuan untuk mewadahi kebutuhan masyarakat yang heterogen dan dinamis khususnya dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Tanpa KH. Chamzah Ismail Pondok Pesantren Bahauddin Al-Isamiliyah tidak dapat berdiri dan berkembang dengan baik seperti saat ini. 8 c. Adanya interaksi yang baik antara ustadz dan santri. Dengan adanya ustadz-ustadzah yang baik dan bijak dapat menjadi panutan untuk santri, sehingga dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat. Di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah interaksi antara ustadz-ustadzah dan murid terjalin dengan sangat baik, hingga membuat para pengurus pesantren tidak perlu khawatir jika ada santri yang ingin boyong. Sebab para santri sudah dianggap seperti anak sendiri. Dengan adanya interaksi yang baik ini, membuat keberlangsungan pesantren menjadi lebih baik lagi. 9 d. Proses pembelajaran yang berkualitas. Dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah juga terdapat kurikulum yang menyertai siswa maupun santri di setiap pembelajarannya. Tujuannya untuk memenuhi 8 Muhammad Sholeh Qosim, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017. 9 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

kurikulum serta minat bakat dari para santri. Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah juga menyediakan berbagai proses pembelajaran yang menarik, seperti ekstrakurikuler dan pelatihan tambahan. Adapun beberapa ekstrakurikuler yang ada adalah belajar pidato, banjari dan marawis. Sedangkan, pelatihan tambahan juga diberikan kepada para santri, diataranya pelatihan menjahit dan mesin. Dengan adanya proses pembelajaran yang baik dan sejalan dengan perkembangan santri. Oleh karena itu, keberadaan pesantren berserta mengalami peningkatan dalam penambahan santri yang ingin sekolah di lembaga pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh beberapa santri dalam bidang akademik maupun non akademik. 10 e. Dukungan dari keluarga besar KH. Chamzah Ismail Keluarga besar KH. Chamzah Ismail merupakan faktor pendukung utama dalam berdirinya Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah, tidak hanya dukungan moral yang diterima namun dukungan dalam masalah dana pembangunan juga diberikan oleh keluarga KH. Chamzah Ismail, tanpa mereka Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah tidak akan berdiri seperti sekarang ini. Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting bagi saya dan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah berkat bantuan dan doa mereka Pondok Pesantren dapat berdiri dan berkembang. 10 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

f. Orang tua santri turut mendukung dalam peraturan yang dijalankan Keberadaan sistem pengajaran di sebuah pesantren yang merupakan elemen penting dalam pendidikan demi tercapainya belajar yang baik bagi para santri. Dengan adanya orang tua yang mendukung terhadap sistem pengajaran yang telah ditentukan oleh Pondok Pesantren, maka hubungan antar wali santri dengan pengurus maupun pengasuh dapat terjalin dengan sangat baik. g. Sarana dan prasarana yang memadai. Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah telah berkembang menjadi lebih baik. Perkembangan ini tentunya juga ditunjang oleh keberadaan sarana dan prasarana yang memadai. Dengan adanya sarana prasarana yang memadai, maka keadaan belajar mengajar di Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah berjalan dengan lancar dan mengalami peningkatan yang baik setiap tahunnya. 11 2. Faktor Pendukung Eksternal Dalam menjelaskan faktor pendukung internal di atas, keberadaan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah juga mendapat beberapa dukungan yang berasal dari masyarakatnya. Adapun faktor pendukung eksternal terhadap Pondok Pesantren Bahauddin Al-Isamiliyah antara lain sebagai berikut: a. Dukungan Pemerintah Desa maupun Kota. 11 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah adalah salah satu pesantren yang juga terdaftar di lembaga hukum dan lembaga pemerintahan. Pemerintah sekitar sangat mendukung dengan adanya keberadaan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Isamailiyah, karena secara langsung Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah ikut serta dalam proses pendidikan SDM pada masyarakat sekitar dan hal itu juga membantu jalannya tugas pemerintah sebagai pelindung dan pemenuhan sumber daya manusia bagi masyarakatnya. 12 b. Dukungan Positif Tokoh Masyarakat dan Warga Setempat. KH. Chamzah Ismail mendirikan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Isamailiyah, terlebih dulu berpamitan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat. Kemudian Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah mendapat restu dan sambutan yang baik dari kalangan para tokoh-tokoh masyarakat dan warga umum sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya tiap kegiatan-kegiatan dalam pesantren masyarakat ikut membantu dalam setiap acara pesantren. Dengan adanya pesantren terkadang masyarakat sangat bersyukur, karena tidak perlu jauh-jauh untuk belajar agama. Jadi, masyarakat mendukung dengan adanya pesantren, sampai terkadang masyarakat juga ada yang menyumbang dalam bentuk materi maupun non materi untuk membangun pesantren sebagai tempat belajar dan mengajar para santri. 12 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

c. Letak Pesantren secara Strategis Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah terletak di tengahtengah kota karena berada di perbatasan antara Sidoarjo dan Surabaya. Sehingga, dengan letak yang strategis ini membuat pesantren menjadi ramai dan akses untuk keluar tamu atau wali santri mnjadi lebih mudah dan membuat daya minat masyarakat luar menjadi sangat tinggi. Suasana Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah juga terbilang sejuk dan asri karena bangunannya berdiri kokoh di tengah tengah kota. Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah berdiri diatas tanah dengan luas 985 m². B. Faktor Penghambat Adapun faktor penghambat Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah antara lain sebagai berikut: 1. Faktor Hambatan Internal Faktor Hambatan Internal dapat dilihat dari sisi Internal Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah, Adapun faktor penghambat tersebut antara lain sebagai berikut: a. Pola perilaku santri dan siswa yang terkadang sulit diatur Dalam Pondok Pesantren pengurus berperan utama untuk para santri dalam mengatur setiap kegiatan maupun diluar kegiatan santri. Pengurus memberikan metode dengan tidak berteriak kepada santri melainkan memberi peringatan secara perlahan, karena banyak santri yang berbeda-beda sifat dan perilaku. Selain itu juga pengurus dapat

menghargai setiap apa yang dikerjakan oleh santri meskipun ada kesalahan, akan tetapi pengurus mencoba memuji hasil dari santri tersebut. Hal ini membuat para santri menjadi lebih baik dan merasa nyaman didalam Pondok Pesantren dan tidak ingin boyong. 13 b. Sarana dan prasarana yang tidak terjaga. Sarana dan Prasarana merupakan penunjang untuk tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian santri di pesantren. Maka dalam pemeliharaan harus dijaga dengan baik. Akan tetapi, para santri tidak menjaga kebersihan dan tidak memperbaiki hal-hal kecil yang ada dipesantren. Misalnya, bangku dicoret-coret dan tembok dicoret-coret. c. Kurangnya pendanaan. Pendanaan adalah faktor terpenting dari keberlangsungan sebuah Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah yang sebagian dananya berasal dari tabungan KH. Chamzah Ismail serta dana yang berasal dari saudara KH. Chamzah Ismail dan kas pesantren yang diperoleh dari santri dan siswa. d. Adanya kebijakan pesantren yang terkadang dinilai sepihak dan jarang bisa diterima oleh masyarakat meskipun itu demi kebaikan pesantren. 14 Kebijakan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Isamiliyah terkadang tidak sejalan dengan masyarakat atau wali santri, seperti dalam 13 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017. 14 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

kebijakan lembaga pendidikan banyak yang menginginkan agar pesantren menggunakan metode modern. Akan tetapi pengasuh pesantren tetap mempertahankan metode tradisional yang sejak lama digunakan, sehingga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk meninggalkan dunia pesantren. 2. Faktor Hambatan Eksternal Dalam menjelaskan faktor penghambat internal di atas. Keberadaan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah juga mendapat beberapa hambatan yang berasal dari masyarakatnya pada aspek lingkungan. Adapun faktor penghambat Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah adalah sebagai berikut: a. Kurangnya minat masyarakat pada pesantren Adanya masyarakat yang kurang berminat untuk memasukkan anak mereka ke dalam pesantren ataupun sekolah yang berbasis Islam. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas untuk para santri dan siswa, masyarakat juga beranggapan bahwa tidak ada perbedaan antar anak yang belajar di lingkungan sekolah berbasis agama dengan anak yang tidak, karena mereka menganggap bahwa sekolah berbasis agama hanya mengedepankan ilmu salaf saja, dan mereka khawatir jika anak-anak mereka tidak mendapat ijasah umum. Sehingga banyak dari orang tua lebih senang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang berbasis umum saja.

Dari hal itu bisa kita lihat, penghambat dalam Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah tidak lepas dari orang-orang yang berkecimpung didalamnya, peran seorang kiai sangat dibutuhkan dalam hal ini dan sangat berpengaruh pada Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Oleh karena itu, dengan adanya faktor penghambat yang beraneka ragam di Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah, hal yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar dan tidak luput pula dengan kiat kiai yang selalu meningkatkan semangat para pengurus pondok pesantren agar suasana pesantren tidak kendor. Begitu juga dengan Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah, apabila faktor penghambat tersebut dievaluasi dengan baik, dicarikan jalan keluar yang cemerlang maka tidak perlu heran lagi apabila pondok pesantren dengan sendirinya akan semakin berkembang dalam mencetak para santri yang dapat menjadi kader bangsa yang sholihin-sholihat dan yang profesional. 15 b. Masyarakat Kurang Memahami Seluk Beluk Pesantren Adanya pemahaman yang negatif dari masyarakat, sehingga santri juga menganggap bahwa pendidikan agama Islam tidan penting dan sangat tidak diperlukan oleh setiap individu para santri untuk kelangsungan hidupnya dimasa mendatang. Sehingga para pengasuh dan pengurus pesantren memberikan motivasi agar dapat menunjang 15 Muhammad Jazuli Sholeh, Wawancara, Sidoarjo, 27 April 2017.

masyarakat dengan lebih jauh lagi, dapat memberikan program pendidikan agama Islam dengan baik dan unik sehingga santri merasa penasaran dan ingin mondok. c. Kurangnya Sarana Penunjang Sarana penunjang salah satu dari penghambat berdirinya Pondok Pesantren Bahauddin Al-Isamailiyah karena adanya transportasi yang sangat sulit dijangkau dari area Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah dengan letak yang di pinggiran kota. Selain itu juga, di dalam area parkir Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah sangat tidak memungkinkan karena kurangnya lahan parkir. Bukan dari segi transportasi juga, dari segi infrastuktur bangunan juga harus segera dibenahi, melainkan terdapat pula yang masih kekurangan ruangan pondok (asrama) sebagai tempat menetapnya santri.