PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VIII G DI SMP N 19 KOTA JAMBI. Oleh : NOVI RAHAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat terpenting bagi setiap individu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tryout atau uji coba sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sekolah. Kedisiplinan itu ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATERI VERBAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO RECORDING DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dewasa ini sangat dominan, di negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyatakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Penelitian Hasil pengamatan peneliti pada observasi awal yang dilakukan di SMP Kartika XIX-2 Bandung dimulai sejak tanggal 1 Februari 2015 di kelas VIII-C dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan, dari observasi ini peneliti menemukan beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran IPS, dari beberapa masalah tersebut terdapat masalah yang paling dominan sehingga mengakibatkan munculnya masalah-masalah lain. Masalah yang paling dominan yaitu masih banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Temuan permasalahan yang dominan tersebut mengakibatkan munculnya permasalahan lain dalam pembelajaran IPS diantaranya, pertama masih banyak siswa yang terlambat masuk kelas melebihi batas waktu yang telah ditentukan, kedua dalam pemakaian seragam ada beberapa siswa yang belum mematuhi aturan sekolah akibatnya pakaian seragam yang dipakai siswa tidak sesuai dengan aturan sekolah, ketigasebagian besar siswa masih ada yang mencontek tugas dari temannya, keempat pada saat proses pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang sibuk mengobrol dengan teman sebangku dan tidak mengikuti proses pembelajaran dengan semestinya, kelimadalam pembelajaran IPS guru cenderung kurang memberikan apresiasi terhadap perilaku siswa dalam bentuk positif maupun negatif. Adanya berbagai permasalahan di kelas VIII-C ini, peneliti dapat mengidentifikasi bahwa perilaku siswa dalam disiplin belajar masih rendah ketika mengikuti proses pembelajaran IPS. Keadaan seperti ini mendorong peneliti dan segenap pendidik lainnya untuk bersama-sama terjun secara aktif dalam mengatasi berbagai

2 permasalahan tersebut yakni melalui jalur pendidikan karena pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan jiwa generasi anak bangsa yang baik. Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa: Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan pengertian di atas, Ilyasin (dalam Umiarso & Zamroni, 2011, hlm. 25) menyatakan bahwa, pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia (human resource) yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa. Dari dua pengertian di atas jelas bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia melalui usaha manusia secara sadar dan terencana dalam bentuk belajar dengan bersungguh-sungguh sehingga akan membentuk seorang pribadi yang unggul dan memiliki banyak keterampilan sosial yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, masyarakat sekitar, bangsa maupun negara. Bentuk kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas adalah melalui perilaku disiplin belajar, misalnya mengumpulkan tugas tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tidak mengobrol dengan teman sebangku ketika guru sedang menjelaskan pembelajaran, berpakaian rapi dan sopan mengikuti aturan sekolah serta datang tepat waktu ketika akan mengikuti proses pembelajaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Soejono (dalam Yatimah, D. dkk, 2006, hlm. 6) sebagai berikut: disiplin belajar memiliki pengertian yang beraneka ragam. Dalam arti luas, disiplin merupakan ketaatan dalam mematuhi peraturan dan tata tertib, latihan karakter dan watak agar segala perbuatan sesuai dengan ketentuan dan pola tingkah laku yang terpimpin. Dalam pengertian sehari-hari, disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan di mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Menurut pengertian di atas disiplin belajar merupakan suatu sikap kepatuhan terhadap pola-pola tertentu yang telah ditetapkan oleh lingkungan

3 tempat tinggalnya, dengan demikian perilaku disiplin belajar ini dapat ditumbuhkan dalam diri setiap orang. Secara garis besar disiplin belajar merupakan sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi suatu ketentuan dan peraturan atau norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Adapun unsur-unsur yang dapat diterima atau yang harus ada dalam disiplin belajar adalah adanya pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan dan kesadaran merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kedisiplinan seseorang itu. Disiplin belajar pada hakekatnya ditumbuhkan di lingkungan sekolah dengan tujuan setiap siswa mampu memiliki kompetensi diri yang unggul baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor melalui usaha siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Disiplin belajar yang dilakukan siswa dengan bersungguh-sungguh dalam pendidikan tentu saja harus diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Syaodih (2005, hlm. 4) menyatakan bahwa, tujuantujuan pendidikan ini bisa menyangkut kepentingan siswa sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya siswa, masyarakat dan pekerjaan sekaligus.sejalan dengan Syaodih, N. Driyarkara (dalam Elmubarok, 2009, hlm. 19) menegaskan bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda. Dari kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan yang sebenarnya adalah membantu siswa untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas,memiliki keahlian serta lebih manusiawi yang ketiga aspek tersebut sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan proses perubahan dari satu keadaan menjadi keadaan lain, dan berlangsung pada diri seseorang secara terus-menerus sepanjang hayat yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi berubah menuju arah kesempurnaan. Pertumbuhan dan perkembangan siswa dapat dimulai dari penerapan perilaku disiplin belajar pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Saefullah (2012, hlm. 27), melalui pendekatan behaviorisme pola-pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan

4 mengondisikan atau menciptakan stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Hal ini merupakan suatu gambaran tentang stimulus dan respon apabila diterapkan antara siswa dengan guru misalnya untuk meningkatkan perilaku disiplin belajar, guru dapat memberikan stimulus berupa pemberian hadiah (reward) kepada siswa yang berperilaku baik, dengan harapan siswa tersebut akan dapat mengulang perilakunya sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Beberapa fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang mengerjakan tugas-tugas itu secara tidak berdisiplin. Pada hari pengumpulan tugas, seringkali siswa menyelesaikan tugas-tugas itu di sekolah. Beberapa siswa bahkan menyelesaikan tugas itu dengan cara meniru milik temannya, ada pula yang menyebutkan ia lupa mengerjakannya, tertinggal di rumah, dan beberapa alasan lain yang umumnya bermuara pada pembelaan diri agar mendapatkan respon positif dari gurunya. Respon yang diberikan oleh beberapa siswa umumnya berbeda-beda, ada yang menerima tugas dengan senang hati dan menyelesaikannya dengan tepat waktu, ada pula yang menolak. Penolakan mereka seringkali disertai alasan bahwa tugas mereka sudah terlampau banyak, esok hari ada ulangan, waktu untuk mengerjakan tugas terlalu singkat, dan sebagainya yang mengindikasikan bahwa pemberian tugas itu merupakan beban yang memberatkan mereka. Latihan penyelesaian tugas itu memungkinkan tumbuhnya kekuatan daya analisis dan ingatan untuk merekam semua materi pelajaran dengan lebih baik. Efektivitas dan intensitas, perhatian, motivasi, dan ingatan siswa secara akumulasi akan menumbuhkan kebiasaan belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Perilaku manusia dalam berinteraksi tentu saja beragam seperti halnya ketika berusaha menghindar dari cubitan temannya, dan ada juga yang pasrah dicubit guru karena ketahuan makan di kelas pada saat jam pelajaran. Perilaku manusia ini terbentuk dari pembiasaan yang sudah berlangsung sejak dini namun ada juga perilaku bawaan, bukan hasil dari proses belajar misalnya gerakan refleks seperti kedipan mata dan menghindar dari rasa sakit. Namun kenyataannya perilaku yang ditunjukan oleh manusia sebagian besar merupakan hasil belajar melalui proses pembiasaan. Sebagaimana pendapat

5 menurut Supriadi (dalam Zaenal, 2012, hlm. 136), peningkatan kualitas diri siswa dapat di lakukan melalui sikap dan kebiasaan belajar yang bagus, terencana, sistematis, dan terarah. Pendapat di atas didukung pula dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (dalam Syah, 2010, hlm. 106) yang menjelaskan bahwa apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), maka stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki (CR). Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku individu atau siswa dapat dirubah melalui suatu perlakuan yang dilakukan secara terus menerus dan memiliki tujuan akhir yang jelas sehingga dengan tujuan tersebut muncul suatu perubahan yang perubahan tersebut dikategorikan dalam suatu keberhasilan. Untuk menghasilkan perubahan perilaku yang dihasilkan dari adanya perlakuan secara terus menerus, siswa dapat mendapatkannya melalui belajar. Dengan demikian, pemberian tugas oleh guru terhadap siswa merupakan salah satu faktor untuk menumbuhkan disiplin belajar siswa. Sebagaimana pendapat menurut Yatimah, D.dkk (2006, hlm. 3) yang menjelaskan bahwa kebiasaan belajar atau disiplin belajar siswa akan banyak dipengaruhi oleh kebiasaan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Menurut pendapat para ahli di atas, untuk membentuk perilaku disiplin belajar pada siswa, hendaknya guru memberikan tugas yang berhubungan dengan materi ajar yang telah disampaikan. Apresiasi guru terhadap siswa yang mengerjakan tugas, mengikuti pembelajaran dengan baik serta mematuhi segala peraturan baik dari sekolah maupun dari guru, sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan atau interaksi positif antara guru dan siswa agar tercipta suasana yang harmonis dan terbuka sehingga akan mendorong siswa aktif berpartisipasi dan percaya diri, hal-hal tersebut akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan demikian, pemberian teknik reinforcement positifsangat dibutuhkan dalam pembentukan perilaku disiplin belajar siswa. Menurut E. Fidelis (2010, hlm.83) berpendapat bahwa:

6 apabila ingin membentuk perilaku yang diharapkan, maka perlu diberikan penguatan atau hadiah, yakni konsekuensi positif yang dapat meningkatkan probabilitas bahwa perilaku tersebut akan dilakukan lagi oleh yang bersangkutan. Menurut pendapat ahli di atas, jelas bahwa apabila seseorang melakukan perbuatan positif atau tidak melanggar aturan maka orang tersebut akan mendapatkan hadiah sebagai tanda apresiasi yang bertujuan agar orang tersebut akan terus mengulang perbuatan positifnya sehingga kedepannya orang tersebut dapat terbiasa melakukan perilaku yang tidak menyimpang dari aturan yang mengikatnya. Dengan demikian, reinforcement positif dapat pula dijadikan sebagai motivasi agar seseorang tersebut terbiasa patuh terhadap peraturan yang mengikatnya dan dapat pula sebagai pembentuk perilaku seseorang untuk mengarahkan seseorang itu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Berangkat dari temuan masalah di lapangan yang telah dijelaskan di awal dan kondisi pembelajaran di kelas yang belum menerapkan teknik reinforcement positif dengan efektif, secara garis besar siswa belum memiliki perilaku disiplin belajar oleh karena itu melalui teknik reinforcement positif ini peneliti berharap kurangnya perilaku siswa dalam disiplin belajar dapatteratasi dengan baik. Dalam penulisan ini peneliti mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas tentang Peningkatan Perilaku Disiplin Belajar Siswa Melalui TeknikReinforcement Positif Dalam Pembelajaran IPS B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengidentifikasikan masalah, yaitu: 1. Siswa kurang berdisiplin dalam belajar seperti pengumpulan tugas yang tidak tepat waktu. 2. Pemilihan teknik pembelajaran kurang memperhatikan karakteristik siswa. 3. Siswa kurang mendapatkan reward dari perilakunya selama proses pembelajaran. C. Rumusan Masalah

7 Secara umum penelitian dirumuskan: Bagaimana peningkatkan perilaku disiplin belajar siswa melalui teknik reinforcement positifdalam pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung?. Selanjutnya rumusan masalah umum tersebut dijabarkan pada rumusan masalah khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan penggunaan teknik pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan teknik pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung? 3. Bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan teknik reinforcement positif untuk meningkatkan perilaku disiplin belajar siswadalam pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung? 4. Bagaimana hambatan dan solusi pembelajaran dengan menggunakan teknik pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui bagaimana peningkatkan perilaku disiplin belajar siswa melalui teknik reinforcement positifdalam pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung. Adapun tujuan khusus berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan penggunaan teknik pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung.

8 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan teknik pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung. 3. Bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan teknik reinforcement positifuntuk meningkatkan perilaku disiplin belajar siswadalam pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung. 4. Bagaimana hambatan dan solusi pembelajaran dengan menggunakan teknik pembelajaran IPS di kelas VIII-C SMP Kartika XIX-2 Bandung. E. Manfaat Penelitian Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara: 1. Teoretis Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan sarana informasi bagi dunia pendidikan mengenai pentingnya perilaku disiplin belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penggunaan teknik reinforcement positifsebagai upaya dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. 2. Praktis a. Penulis Bagi penulis penelitian berguna sebagai sarana dalam memperluas wawasan keilmuan IPS melalui teknik reinforcement positifdalam upaya peningkatan perilaku disiplin belajar siswa. b. Sekolah Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas pembelajaran IPS dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMP Kartika XIX-2 Bandung. c. Guru

9 Bagi guru, penelitian ini diharapkan berguna dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas terutama dalam ranah afektif, khususnya pada pembelajaran IPS di kelas VIII-C di SMP Kartika XIX-2 Bandung. d. Siswa Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya peningkatkan perilaku disiplin belajar sehingga kompetensi dalam mata pelajaran IPS dapat tercapai secara optimal. F. Struktur Organisasi Penelitian Sistematika penulisan pada bagian awal berisikan judul yaitu, Peningkatan Perilaku Disiplin Belajar Siswa Melalui TeknikReinforcement Positif Dalam Pembelajaran IPS, pernyataan mengenai maksud karya ilmiah yaitu diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, nama dan kedudukan tim pembimbing, pernyataan tentang keaslian karya ilmiah, kata pengantar, abstrak yang menjelaskan secara singkat isi skripsi, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, akan dipaparkan melalui penjelasan berikut: BAB I yaitu pendahuluan. Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II yaitu kajian pustaka. Dalam bab ini peneliti membahas mengenai uraian teori terkait dan temuan penelitian yang relevan. BAB III membahas mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini peneliti memaparkan pelaksanaan penelitian yang berisi tentang setting penelitian, subjek penelitian, aspek yang dikaji, desain penelitian, jenis data dan jenis instrumen dan cara penggunaannya, pelaksanaan tindakan, cara pengamatan, analisis data dan indikator keberhasilan. BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi uraian pada setiap

10 siklus mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kemudian keberhasilan yang dicapai pada setiap siklus. BAB V yaitu simpulan dan saran. Dalam bab ini peneliti memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dengan memperhatikan masalah dan tujuan penelitian. Saran berisi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dan untuk penerapan hasil penelitian.