BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE 5S SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN I-1

Pranata Pembangunan Pertemuan 11 Ketertiban dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor terpenting dari suatu pekerjaan. Dalam pemenuhan kebutuhannya,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perusahaan. Setiap karyawan berhak mendapatkan keselamatan saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) UNTUK MENGKATEGORIKAN HAZARD DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT. BAMBANG DJAJA SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi. pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar I.1 Workstation aktual pengoperasian mesin CNC Router

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi dan menghindarkan pekerja dari kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan. Sejalan dengan itu, maka disusunlah UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan [1]. Dalam pasal 86 UU No. 13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilainilai agama [2]. Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Ketimpangan tersebut menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan kerugian akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam proses produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif, menyeluruh dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan [3]. Data kecelakaan kerja yang diperoleh dari PT. Jamsostek menunjukkan pada tahun 2011 telah

terjadi 9.891 kasus, tahun 2012 sebanyak 21.735, tahun 2013 sebanyak 35.917 kasus, tahun 2014 sebanyak 24.910 kasus [4] dan data kecelakaan kerja yang diperoleh dari BPJS Ketenagakerjaan tahun 2015 sebanyak 50.089 kasus [5]. Sejalan dengan hal itu, maka perusahaan atau industri harus menerapkan program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Sistem Manajemen K3) sesuai Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 [6]. Menurut International Labour Organization (ILO), keselamatan dan kesehatan kerja adalah disiplin ilmu dengan cakupan yang luas meliputi promosi dan perawatan tingkatan fisik tertinggi, mental dan sosial yang baik dari pekerja di semua pekerjaan; pencegahan kecelakaan untuk pekerja yang berdampak pada kesehatan terhadap kondisi bekerjanya; melindungi pekerja di dalam pekerjaannya dari resiko yang merugikan kesehatan; menempatkan dan merawat pekerja di dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan mental dan fisiknya; dan beradaptasi dengan pekerjaannya [7]. Resiko kerja muncul hampir di setiap kegiatan manusia. Sehubungan dengan keamanan mesin, resiko didefenisikan sebagai kombinasi potensi dari adanya cedera dan probabilitas terjadinya cedera [8]. Pada sektor industri, kecelakaan kerja sangat sering terjadi. Penyebabnya adalah kecerobohan dan ketidakhati-hatian pekerja saat bekerja [9]. Kondisi keamanan yang buruk masih sering terjadi di industri konstruksi. Walaupun sudah ada kebijakan program K3 namun pada kenyataannya tidak semua perusahaan menerapkan program tersebut [10]. Petunjuk pembimbingan digunakan untuk mengeliminasi atau mengontrol tanda kecelakaan dan menawarkan organisasi yang berpeluang untuk mendeteksi

dan mengurangi resiko sebelum terjadi kecelakaan atau keadaan yang berbahaya ditemukan [11]. Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki hubungan antara produktivitas kerja karyawan di dalam perusahaan. Semakin tinggi produktivitas karyawan maka semakin tinggi pula tingkat keselamatan dan kesehatan kerja [12]. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sumber daya manusia yang memiliki komitmen dalam bekerja dan pelatihan K3 yang dilakukan di perusahaan [13]. Cara lain yang dilakukan untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja di perusahaan adalah diterapkan budaya pelaporan terhadap setiap kecelakaan yang terjadi. Peran semua pekerja dan pembuat kebijakan K3 dibutuhkan agar terlaksananya budaya tersebut [14]. Hanya jaminan pembebasan dari tanggung jawab dengan pengembalian investasi yang dapat mempengaruhi K3 secara drastis [15]. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja mengakibatkan pengeluaran biaya untuk pekerja dan berdampak pada kehidupan pribadi dan sosial masing-masing individu [16]. Keuntungan dari memiliki program K3 di lingkungan kerja sangat banyak. Keuntungannya yaitu dapat berkurangnya biaya yang harus dikeluarkan akibat kecelakaan dan tercipta kondisi kerja yang baik [17]. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat dihitung risiko dan biaya pelaksanaan tindakan perbaikan untuk memperbaiki bahaya dengan menggunakan metode William T. Fine. Metode ini menggabungkan skenario dari akibat, eksposisi dan probabilitas terjadinya peristiwa yang berbahaya [18].

Selain melaksanakan sistem manajemen K3, perusahaan harus melaksanakan MESH System (Management, Environment, Safety, and Health System) sebagai wujud kesadaran akan pentingnya keadaan lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satu cara untuk mengimplementasikan MESH System adalah dengan melakukan penerapan housekeeping management dari Jepang, yaitu: 5S yang terdiri dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Sedangkan bila di artikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 5R yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Sistem Housekeeping ini harus diterapkan karena terjadinya ketidakteraturan penempatan tools dan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja, khususnya pada departemen produksi [19]. Metode manajemen 5S merupakan seperangkat kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan produktivitas dan mendukung terciptanya lingkungan kerja yang bersih [20]. Gerakan 5R/5S (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) sangat berkaitan erat dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang sesuai dengan standar OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety Assessment Series) [21]. Pada industri skala kecil, 5S berdampak pada kinerja pekerja. Keefisienan dari penerapan 5S adalah perbaikan yang berkelanjutan terhadap produktivitas di pabrik manufaktur [22]. Manfaat yang didapat dari penerapan 5S yaitu area kerja yang digunakan menjadi lebih baik, mencegah kehilangan peralatan kerja, mengurangi polusi dan meningkatnya kesadaran pekerja [23]. Implementasi program 5S merupakan hal yang mudah dilakukan dan untuk menjaga keberlangsungannya merupakan tantangan dasar yang harus

diterapkan pada banyak organisasi di perusahaan. Keuntungan yang diperoleh adalah keamanan pekerja dapat diperbaiki, meningkatkan moral pekerja, meningkatkan produktivitas dan persaingan [24]. PT Industri Karet Nusantara menganggap penting program keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3). Meskipun Sistem Manajemen K3 telah ada, namun pelaksanaannya belum dilakukan secara optimal. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dilakukan sejak tahun 1998 masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan oleh masih terdapatnya beberapa kriteria pencapaian SMK3 yang belum dilaksanakan. Beberapa kriteria tersebut yaitu alat pelindung diri yang tidak diperhatikan masa kadaluarsanya sehingga tidak selalu dalam kondisi layak pakai, inspeksi tempat kerja dan cara kerja yang belum dilakukan secara teratur, kurangnya pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologi serta tidak pelaporan sesuai perundang-undangan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pekerja pada PT Industri Karet Nusantara banyak yang mengeluh karena kondisi lingkungan yang tidak teratur atau ergonomis dan kondisi alat pelindung diri yang tidak layak pakai. Tercecernya oli di lantai produksi membuat lantai menjadi licin dan sering kali menyebabkan pekerja sering terpeleset. Peletakan peralatan cetakan dari besi yang banyak berserakan di lantai produksi mengakibatkan pekerja sering tersandung dan terjatuh saat lalu lalang dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Pada proses pemotongan bahan baku pekerja bekerja

sambil bercerita dengan pekerja lain. Hal ini mengakibatkan tidak fokusnya pekerja saat pisau pemotong memotong bahan baku. Akibat lain yang ditimbulkan adalah terpotongnya jari pekerja karena ketidakfokusan saat bekerja. Pada uraian di atas dijelaskan bahwa ada risiko kecelakaan kerja maka perlu dilakukan penilaian risiko berdasarkan potensi bahaya yang ada. Dari uraian tentang program K3 di PT Industri Karet Nusantara yang diterapkan, masih terjadi kecelakaan kerja. Data kecelakaan kerja PT Industri Karet Nusantara dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut. Tabel 1.1. Jumlah Kecelakaan Kerja PT Industri Karet Nusantara dari Tahun 2011-2015 Tahun Jumlah Kecelakaan Kerja 2011 3 2012 5 2013 2 2014 4 2015 5 Sumber: PT Industri Karet Nusantara Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan untuk menganalisis penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bagian produksi dengan metode 5S sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT Industri Karet Nusantara. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah: Bagaimana menganalisa penerapan program keselamatan

dan kesehatan kerja bagian produksi dengan metode 5S untuk mencegah kecelakaan kerja di PT Industri Karet Nusantara? 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan usulan perbaikan penerapan program K3 sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di bagian produksi PT Industri Karet Nusantara dengan metode 5S. Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini antara lain: 1. Menghitung tingkat frekuensi kecelakaan kerja, keparahan kecelakaan kerja dan nilai T selamat. 2. Mengetahui hubungan keselamatan kerja dengan produktivitas. 3. Mengetahui risiko kecelakaan kerja dan penilaian risiko berdasarkan identifikasi bahaya pada aktivitas produksi pembuatan packing pintu rebusan. 4. Mengkaji penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan metode 5S di lantai produksi PT Industri Karet Nusantara. 5. Memberikan rekomendasi pengendalian untuk mencegah bahaya yang terjadi pada tingkatan risiko tertinggi. Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi Mahasiswa a. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh dari dunia akademis yang salah satunya adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

b. Mengetahui penerapan program Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT Industri Karet Nusantara khususnya pada bagian produksi. 2. Manfaat bagi Perusahaan Perusahaan dapat memperoleh informasi yang reliable dalam hal implementasi program (K3), Hazards yang berpotensi menimbulkan kecelakaan serta beberapa masukan yang dapat digunakan dalam mendukung proses implementasi program (K3) selanjutnya. 3. Manfaat bagi Lembaga atau Institusi Pendidikan a. Menambah literatur tentang K3 khususnya penanganan terhadap potensi bahaya yang dijumpai di dalam perusahaan. b. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh para mahasiswa dapat menerapkan ilmunya di dalam perusahaan. c. Dapat merangsang dan memberi informasi bagi mahasiswa/peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Objek penelitian pada bagian produksi atau semua peralatan/mesin yang ada di bagian produksi PT Industri Karet Nusantara. 2. Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai bahaya-bahaya yang terjadi yang disebabkan oleh manusia dan peralatan yang dipakai bekerja serta lingkungan kerja termasuk kecelakaan-kecelakaan yang terjadi.

3. Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data kecelakaan kerja mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2015. 4. Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang hilang dengan jumlah jam kerja karyawan. 5. Analisis hanya dilakukan untuk kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban manusia (pekerja). Asumsi-asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah : 1. Kondisi psikologi pekerja di lantai produksi dianggap sama. 2. Layout pabrik dan metode kerja tidak berubah saat penelitian dilakukan. 3. Alat yang digunakan dalam keadaan baik dan sesuai standar. 1.5. Sistematika Penulisan Laporan Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN, Meliputi pembahasan mengenai latar belakang, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian serta sistematika penulisan laporan. BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai perusahaan yang menjadi objek studi, sejarah perusahaan, uraian mengenai bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan proses produksi serta struktur organisasi dan manajemen dari perusahaan (PT Industri Karet Nusantara).

BAB III : LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan secara singkat mengenai teori-teori yang berkaitan dan mendukung dalam pemecahan permasalahan. BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan tahapan tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian. BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Bab ini berisikan tentang pengumpulan data yang diperoeh dari hasil pengamatan objek kerja secara langsung dan hasil wawancara dari karyawan yang berkaitan dengan bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, untuk keperluan pengolahan data sebagai dasar pemecahan masalah dan pembahasan analisis penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3). BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH. Bab ini berisikan tentang analisa pemecahan masalah dengan menggunakan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan. Analisa dilakukan dengan mengacu pada referensi dan literatur yang mendukung. BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menguraikan tentang kesimpulan berdasarkan hasil penelitian serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh.