BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan lebih maju dalam bidang IPTEK dan sains, dengan perbagai cara berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses tranformasi budaya dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang tidak dapat dilihat oleh mata lahir. Sabda Nabi Muhammad

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatan jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. 1 Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. 2 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan tersebut menunjukkan adanya suatu kecocokan antara lembaga pendidikan yang bersangkutan dengan masyarakat dan lebih dari pada itu, lembaga pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan kemampuan ilmu maupun teknologi guna menguasai suatu bidang kehidupan tertentu. Karena lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang memungkinkan bagi generasi muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta 162 1 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. (Jakarta: Inis, 1994), hal. 4 2 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hal. 1

2 ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 3 Maka, di dalam pendidikan memerlukan unsur-unsur yang dapat membantu mencapai tujuan. menjelaskan: Menurut Akhyak dalam bukunya Profil Pendidikan Sukses, Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan yang dapat memberikan kesan dan pengaruh. 4 Pada prinsipnya guru hanya wajib bertanggung jawab atas tersenggaranya proses belajar mengajar. Namun di samping itu, ia diharapkan ikut bertanggung jawab dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam UU. No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Bagi guru khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI), tugas dan kewajiban sebagaimana dikemukakan di atas merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. 24 hal. 7 3 Wiji suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 4 Akhyak, Profil Pendidikan Sukses. (Surabaya: elkaf, 2005), hal. 3 5 UU. RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

3 Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. 6 Allah menjelaskan: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An-Nisa: 58) 7 Semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah mulai diberikan di sekolah-sekolah negeri. Dan pelaksanaan pendidikan agama tersebut diserahkan kepada Kementerian Agama. Untuk merealisir hal tersebut Menteri Agama mengeluarkan keputusan untuk menentukan adanya pengajaran Agama di Sekolah-sekolah Rakyat Negeri sejak kelas IV dengan dua jam pelajaran per-minggu. Dengan adanya peraturan tersebut secara resmi pendidikan agama telah dimasukkan di sekolah-sekolah negeri maupun swasta mulai dari Sekolah Rakyat sampai Sekolah Menengah Atas dan juga Sekolah Kejuruan. 8 6 Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Amissco, 2003), hal. 3 7 Al-Qur an, Terjemah dan Tafsir. (Bandung: Jabal), hal. 87 8 Zuhairi, Metodologi Pendidikan Islam. (Surabaya: Ramadhani, 1993), hal. 48

4 Dengan ditetapkannya UU No. 04 tahun 1950, maka pendidikan agama semakin kuat kedudukannya karena disebutkan dalam Bab XII pasal 20 ayat 1 yang berbunyi: Dalam Sekolah-sekolah Negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran agama. Ayat 2 cara penyelenggaraan pengajaran agama di Sekolah-sekolah Negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan bersama-sama dengan Menteri Agama. 9 Seiring dengan perkembangan waktu, maka pendidikan agama semakin menjadi perhatian dengan pengertian bahwa pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh setiap manusia terutama yang masih duduk dibangku sekolah. Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. 10 Berbagai uraian di atas menggambarkan betapa perhatian dan pengetahuan bangsa Indonesia terhadap Pendidikan Islam dalam upaya mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perhatian dalam pengakuan tersebut merupakan tantangan yang memerlukan respon positif dari para pemikir dan pengelola Pendidikan Islam di Indonesia. Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan saat ini dengan berbagai fasilitas dan keunggulan teknologi yang selalu mengarungi 9 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Surabaya: Pustaka Belajar, 2003), hal. 87 10 Zuhairi, Metodologi Pendidikan Islam..., hal. 51

5 kehidupan manusia tidak menutup kemungkinan mereka terbawa arus kemodernan yang kebanyakan mengarah pada negara barat yang tidak sesuai dengan budaya timur, dengan demikian maka budaya timur secara tidak sadar sedikit demi sedikit terkikis, yakni ditandai dengan munculnya kenakalan remaja, pergaulan bebas, hilangnya norma dan adat ketimuran, serta berbagai minuman keras yang selalu mengiringi keseharian remaja. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan menjalar pada siswa. Sementara memahami konsep keagamaan pada siswa berarti memahami sifat agama pada siswa. Sesuai dengan ciri-ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada siswa tumbuh mengikuti pola ideas concept on authority (ide keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka). 11 Dilihat secara psikologis, maka siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) masuk dalam kategori ini. Mereka menganut orang-orang yang ada di sekitarnya. Ketaatan beragama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka dan dipelajari dari orang tua maupun guru mereka. Sejalan dengan perkembangannya keagamaannya sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani mereka juga. Pembinaan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintah. Keberhasilan dari suatu pendidikan tidak lepas dari keempat hal tersebut. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam membentuk manusia 70 11 Jalaludin, Psikologi Agama Edisi Revisi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal.

6 seutuhnya, baik sebagai makhluk pribadi, sosial, dan moral dengan segala eksistensinya. Di dalam UUSPN Bab II Pasal 2, disebutkan bahwa: Pendidikan moral bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, 12 yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan agama Islam di dalamnya memiliki tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak didiknya dengan tujuan membina akhlakul dan menanamkan keimanan ke dalam jiwa anak. Sebagaimana disebutkan di dalam tujuan pendidikan agama Islam bahwa: Pendidikan Agama Islam pada sekolah SMK bertujuan menguatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga mengerti dan menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlakul karimah dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa, dan bernegara. 13 Akhir-akhir ini banyak sekali kritikan terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah telah mengalami kegagalan dalam mendidik siswanya, seperti banyaknya kenakalan remaja khususnya para pelajar yang sering diberitakan di media masa maupun elektronik. 12 UUSPN. Bab II, Pasal 2. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hal. 4 13 Suplemen GBPP 1994, Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional), hal. 200

7 Salah satu tugas guru pendidikan agama Islam di sekolah adalah bagaimana membina dan mendidik siswanya melalui Pendidikan Agama Islam agar dapat membina akhlakul karimah para siswa dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tugas tersebut memang berat karena tanggung jawab mendidik dan membina siswa bukan ditanggung mutlak oleh guru melainkan juga keluarga dan masyarakat. Jika keluarga dan masyarakat tidak mendukung dan bertanggung jawab serta bekerja sama dalam mendidik anak, maka pembinaan akhlakul karimah akan sulit dicapai dengan baik. Pembinaan akhlakul karimah adalah suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan akhlak yang telah ada. Pembinaan akhlakul karimah siswa melalui memberikan bimbingan, pengawasan dan pengajaran akhlak pada siswa. Tujuannya supaya siswa bisa membedakan mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk. Dengan demikian siswa akan paham dan mengerti bahwa perbuatan yang baiklah yang harus mereka kerjakan. Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Untuk itu seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut kualitas dan keprofesionalannya dengan membina akhlakul karimah siswanya melalui Pendidikan Agama Islam di sekolah, karena dengan cara tersebut materi Pendidikan Agama Islam dapat diamalkan dan dipraktikkan oleh para siswa yang berakhlakul karimah. Ibnu Sina dalam buku H.M. Arifin sangat menekankan pentingnya pembinaan akhlakul karimah, karena akhlak adalah sumber segala

8 kehidupan. 14 Dengan kata lain, tak ada kehidupan tanpa akhlak. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan akhlakul karimah sangat penting dalam pendidikan khususnya pendidikan agama Islam yang di zaman sekarang dianggap remeh dan dikesampingkan. Dengan demikian pembinaan akhlakul karimah merupakan suatu misi yang paling utama yang harus dilakukan oleh guru terhadap akhlak anak didik, guru merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan terkait erat dengan proses pembinaan akhlakul karimah siswa. Berdasarkan dari berbagai uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian di SMK Sore Tulungagung karena dipandang perlu untuk mengetahui strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswanya untuk menjalani dan menghadapi perkembangan di era globalisasi. Dimana SMK Sore Tulungagung adalah sekolah swasta terbesar di Tulungagung dan mayoritas siswanya laki-laki. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa peneliti ingin mengetahui pembinaan akhlakul karimah di sekolah tersebut. Sehubungan dengan ini peneliti memandang bahwa pentingnya dilakukan pembinaan akhlakul karimah siswa terutama kita sebagai umat Islam yang mana erat sekali dengan norma-norma Islam yang sangat mementingkan akhlakul karimah dalam segala hal. Dan dari alasan itu juga peneliti mengambil judul Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa SMK Sore Tulungagung. 14 H.M. Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam (Terjemahan Dirasatun Muqaratun Fit Tarbiyatill Islamiyah). (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal. 121

9 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung? 2. Bagaimana pelaksanaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung? 3. Bagaimana evaluasi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis mengemukakan tujuan dari penelitian antara lain: 1. Untuk mengetahui perencanaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung. 3. Untuk mengetahui evaluasi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung.

10 D. Batasan Masalah Dari judul skripsi Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa SMK SORE Tulungagung. Maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Perencanaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung. 2. Pelaksanaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung. 3. Evaluasi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa SMK SORE Tulungagung. E. Kegunaan Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kemanfaatan yang dibedakan menjadi dua, yaitu: kegunaan secara teoritis dan secara praktis, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan benar-benar bermanfaat bagi berbagai pihak, bisa dimanfaatkan untuk memperkaya khazanah ilmiah dan sumbangan ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi masukan bagi SMK SORE Tulungagung untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, terutama dalam strategi guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa.

11 2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain: a. Bagi sekolah, untuk dijadikan masukan dalam menentukan kebijakan berkenaan dengan pendidikan anak yang dilakukan orang tua dan guru. Serta menjadikan lebih antusiasnya masyarakat pada pendidikan di lembaga tersebut. b. Bagi siswa, sebagai bahan kajian untuk mengadakan kajian lebih lanjut dalam bidang pembentukan akhlak siswa. c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dalam mendidik para siswa. Untuk tercapainya tujuan pendidikan agama Islam. d. Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman kepada pembaca akan pentingnya membina akhlakul karimah siswa dan diharapkan bisa dipakai dalam pengembangan penelitian yang relevan dengan topik. F. Definisi Istilah 1. Penegasan Konseptual a. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengandung berbagai aktifitas) yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. 15 15 Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 38

12 b. Guru adalah pendidik atau tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran dalam mata pelajaran dalam lingkup pendidikan islam. 16 c. Pendidikan agama Islam adalah Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. 17 d. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang digunakan secara berdaya guna dan berhasil untuk memperoleh hasil yang baik. 18 e. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 19 f. Siswa adalah pihak yang dididik, pihak yang diberi anjuran-anjuran, norma-norma dan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan, pihak yang dibentuk, pihak yang dihumanisasikan. 20 2. Penegasan Operasional Penegasan operasional merupakan hal yang sangat penting dalam pembahasan skripsi agar dapat dipahami dengan mudah dan jelas sesuai 16 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 71 17 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 23 18 Ericson Damanik, Pengertian dan Bentuk-bentuk Pembinaan Menurut Ahli dalam http://ariplie.blogspot.com/2015/04/pengertian-dan-bentuk-bentuk-pembinaan.html, diakses tanggal 09 Desember 2015 19 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 3 20 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan. (Jember: Center for Society Studies, 2007), hal. 86

13 dengan arah dan tujuan, serta agar tidak terjadi salah pengertian dalam penafsiran penulisan skripsi ini, penegasan operasional dari judul Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa SMK SORE Tulungagung adalah proses usaha sadar untuk membimbing ke arah pertumbuhan akhlak sesuai dengan ajaran agama Islam sehingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan melalui perencanaan dan pelaksanaan guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak ke dalam diri siswa, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan juga untuk menjadi insan kamil. Maka, diperlukan pembinaan akhlak agar siswa dapat meningkatkan akhlak baiknya. Dalam skripsi ini, akan dibahas mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa serta penjelasan mengenai akhlakul karimah sehingga dapat menjadikan acuan guru untuk meningkatkan strategi guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa. G. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab dan tiap bab terdiri dari beberapa sub bab bahasan yang saling berkaitan dan berhubungan. Bab I pendahuluan, terdiri dari: (a) konteks penelitian, (b) fokus penelitian, (c) batasan penelitian, (d) tujuan penelitian, (e) kegunaan penelitian, (f) definisi istilah dan (g) sistem penulisan skripsi.

14 Bab II kajian pustaka, terdiri dari: (a) kajian tentang strategi guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam membina akhlakul karimah siswa, (b) hasil penelitian terdahulu, dan (c) Paradigma Penelitian. Bab III metode penelitian, terdiri dari: (a) pendekatan dan jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) data dan sumber data, (e) teknik pengumpulan data, (f) analisis data, (g) pengecekan keabsahan temuan, dan (h) tahap-tahap penelitian. Bab IV hasil penelitian, terdiri dari: (a) deskripsi data, (b) temuan penelitian, dan (c) analisis data. Bab V pembahasan, terdiri dari: pembahasan tentang (a) perencanaan guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa SMK Sore Tulungagung, (b) pelaksanaan guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa SMK Sore Tulungagung, (c) evaluasi guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa SMK Sore Tulungagung. BAB VI penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar rujukan, lampiranlampiran, surat pernyataan keaslian tulisan, dan biodata penulis.