BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan kepemilikan kendaraan makin meningkat, pada gilirannya. berdampak pada kecelakaan yang terjadi cenderung meningkat.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RAMBU LALU LINTAS JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBATASAN JAM OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN TANAH DAN PASIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional disatu sisi telah meningkatkan

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KELAS JALAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan pesat teknologi yang terjadi saat ini telah. memberi banyak kenyamanan dan kemudahan bagi kehidupan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah administrasi yang luas dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern saat ini, penyampaian informasi mengalami kemajuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan suatu kebutuhan yang amat vital bagi masyarakat Cilacap menyadari peranan transportasi ini, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, aman, nyaman, cepat, tepat, teratur, lancar dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke seluruh wilayah dan daerah dikarenakan Cilacap adalah kabupaten terbesar di jawa tengah yang terdiri dari 24 kecamatan sehingga perlu dikembangkan lalu lintas dan angkutan jalan yang ditata dalam satu kesatuan sistem yang dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang terdiri jaringan transportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya, serta peraturan-peraturan, prosedur dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang utuh, berdayaguna dan berhasil guna. Secara sosiologis-yuridis tampak adanya perkembangan wilayah perkotaan yang relatif pesat di Indonesia khususnya di Cilacap. Perkembangan wilayah ini ditandai dengan terjadinya perkembangan wilayah, peningkatan kualitas kehidupan, pertambahan fasilitas fisik, dan seterusnya. Masalah-masalah pokok yang perlu ditanggulangi pada proses perkembangan wilayah perkotaan adalah mencakup segi-segi : kehidupan sosial-ekonomi, kehidupan yang tentram dan tertib, perkembangan kota, angkutan kota dan lalu lintas. Masalah perilaku berlalulintas yang buruk sudah merupakan suatu fenomena yang terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang, seperti persoalan lalu lintas muncul berkait dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, yang berakibat juga semakin meningkatnya pergerakan atau aktivitas di jalan raya. Lalu lintas yang beraneka ragam dan pertambahan jumlah 1

2 kendaraan yang jauh lebih cepat dibandingkan pertambahan pra-sarana jalan, menyebabkan masalah lalu-lintas berupa pelangaran dan kecelakaan. Penerapan peraturan perundangan lalu lintas secara baik dan benar sangatlah urgen, mengingat para pemakai atau pengguna jalan terutama pengendara kendaraan bermotor secara kolektif menggunakan ruas jalan yang sama. Melalui penerapan peraturan perundangan lalu lintas secara efektif, ketertiban lalu lintas sebagai suatu sistem hubungan atau komunikasi antar pemakai atau pengguna jalan dapat berlangsung secara efektif pula. Sebaliknya, pelanggaran terhadap peraturan perundangan lalu lintas selain menimbulkan ketidaktertiban dalam berlalu lintas, pada tingkat tertentu dapat menimbulkan kecelakaan yang berdampak terhadap keselamatan dan kepentingan para pemakai atau pengguna jalan itu sendiri. Setiap hari pelanggaran rambu-rambu lalu lintas semakin memprihatinkan, Selain bisa diamati sendiri perkembangannya setiap hari kecenderungan berkurangnya ketertiban pengguna jalan bisa dibaca dari maraknya surat-surat pembaca di media massa yang isinya mengeluhkan keadaan ini, dari data yang diperoleh dari DLLAJR, Departemen Perhubungan misalnya, lebih dari 85% faktor penyebab kecelakaan jalan raya di Indonesia adalah faktor manusia, khususnya para pengemudi. Hal ini akibat pelanggaran terhadap ramburambu dan marka jalan. Peraturan pada dasarnya dibuat dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Dapat dibayangkan bila di jalanan tidak ada peraturan, tidak ada rambu-rambu lalu lintas, dapat dipastikan setiap pengguna jalan akan berbuat seenaknya sendiri tanpa mau mengindahkan kepentingan orang lain. Setelah peraturan dibuat ternyata tidak ada jaminan bahwa peraturan tersebut akan dipatuhi. Di Cilacap, rambu-rambu lalu lintas seakan hanya menjadi hiasan yang tidak memiliki makna apa-apa. Praktis hanya lampu lalu lintas saja yang di patuhi, itupun pada ruas jalan tertentu saja. Perilaku yang tidak tertib ini diperparah dengan pertambahan jumlah kendaraan yang sulit dibendung sementara jumlah pertambahan ruas jalan tidak mampu mengimbanginya.

3 Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka diperlukan pemikiran dan solusi yang lebih baik lagi dalam mengungkap besarnya tingkat kepatuhan masyarakat pengguna jalan terhadap fungsi rambu dan marka. Dari data kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang cukup tinggi ini, tentu sangat memprihatinkan sekali, sehingga menarik sekali untuk mengetahui tingkat kepatuhan masyarakat pengguna jalan terhadap fungsi rambu dan marka. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian yang berkaitan dengan Tingkat Kepatuhan Masyarakat Pengguna Jalan Terhadap Rambu Dan Marka ( Studi kasus di Cilacap ) sebagai berikut: 1) Bagaimana kondisi rambu dan marka di beberapa ruas jalan Cilacap? 2) Bagaimana tingkat kepatuhan masyarakat pengguna jalan di beberapa ruas jalan Cilacap terhadap rambu dan marka? 3) Bagaimana tingkat pemahaman masyarakat pengguna jalan di beberapa ruas jalan Cilacap terhadap rambu dan marka? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini antara lain : a) Mengetahui kondisi rambu dan marka di beberapa ruas jalan Cilacap. b) Mengetahui tingkat kepatuhan masyarakat pengguna jalan di beberapa ruas jalan Cilacap terhadap rambu dan marka. c) Mengetahui tingkat pemahaman masyarakat pengguna jalan di beberapa ruas jalan Cilacap terhadap rambu dan marka. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : a) Manfaat bagi penulis, dengan adanya penelitian ini maka penulis dapat mengetahui kondisi rambu dan marka, mengetahui bagaimana tingkat

4 kepatuhan dan pemahaman masyarakat pengguna jalan terhadap rambu dan marka di Cilacap. b) Manfaat bagi pembuat rambu dan marka (Dinas Perhubungan), dengan adanya penelitian ini maka dapat mengetahui ketahui kondisi rambu dan marka, sehingga dapat dilakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada rambu dan marka. c) Manfaat bagi penegak hukum (Polisi Lalu lintas), dengan adanya penelitian ini maka dapat mengetahui tingkat kepatuhan dan pemahaman masyarakat pengguna jalan di Cilacap terhadap rambu dan marka, sehingga dapat dilakukan penyuluhan dan pembinaan lebih lanjut agar Cilacap menjadi kawasan yang taat pada peraturan laulintas khususnya rambu dan marka. d) Manfaat bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini maka kita dapat mengetahui jenis dan fungsi dari rambu dan marka, sehingga pembaca memahami dan mematuhi rambu dan marka yang telah terpasang. D. Batasan Masalah Dalam penelitian tugas akhir perlu diberi batasan masalah agar penelitian lebih terarah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian ini dilakukan di Ibukota Kabupaten Cilacap yaitu Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan sebagai kota terpadat dan kota industri, dari lokasi penelitian tersebut hanya dipilih 2 ruas jalan yang mewakili jalan di ibukota kabupaten Cilacap yaitu Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Gatot Subroto, alasan utama pemilihan jalan tersebut karena sering terjadi pelanggaran rambu dan marka serta banyaknya rambu dan marka yang terpasang. 2. Data dalam penelitian ini antara lain data primer dan data sekunder. a) Data primer, diperoleh dari survei kondisi rambu dan marka jalan, survei volume lalu lintas serta pelanggaran rambu dan marka, dan pengisian kuisioner oleh responden.

5 b) Data sekunder meliputi data panjang, lebar, dan kelas jalan di ruas Jalan Urip Sumoharjo dan ruas Jalan Gatot Subroto yang diperoleh dari Bina Marga Kabupaten Cilacap serta data penempatan rambu dan marka yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Cilacap. 3. Faktor atribut dalam mengukur tingkat kepatuhan masyarakat pengguna jalan terhadap fungsi rambu dan marka meliputi : a) Rambu : Rambu yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah rambu yang bersifat larangan dan perintah, rambu petunjuk berupa arah yang diwajibkan, dan Lampu lalu lintas (TrafficLight). b) Marka : Marka yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah marka membujur, melintang, dan marka lainnya (Zebra Cross) 4. Metode pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Tingkat kepatuhan masyarakat pengguna jalan diperoleh dari persentase antara pelanggaran rambu dan marka terhadap volume lalu lintas. b) Tingkat pemahaman masyarakat pengguna jalan diperoleh dari banyaknya jumlah jawaban benar dengan data diri responden. E. Keaslian Penelitian Tugas akhir dengan judul Tingkat Kepatuhan Masyarakat Pengguna Jalan Terhadap Fungsi Rambu Dan Marka ( Studi Kasus Di Cilacap ), belum pernah dilakukan. Meskipun demikian, kajian tentang tingkat kepatuhan terhadap rambu lalu lintas pernah dilakukan, seperti Relationship Between Intention To Obey Traffic Signs And Disobeying Traffic Signs Behavior On Bus Driver In Jakarta oleh : Diah Setyowati A dan Guritnaningsih A. Santoso dari Universitas Indonesia Jakarta 2008, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Disiplin Berlalu lintas Dengan Kinerja oleh : Tintun Hari Wibowo, dari Universitas Muhammadiyah Surakarta 2008.