BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

Kronologis korupsi terjadi ketika Penggugat akan meminta uang ganti rugi terhadap

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSI ATAS PUTUSAN PIDANA KEDALAM PUTUSAN PERDATA. (Studi Kasus Pengadilan Negeri Sragen) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

METODE PENELITIAN. untuk itu agar diperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi kekacauan-kekacauan,

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

Presiden, DPR, dan BPK.

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan gejala Masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara dihadapkan pada masalah korupsi. Tidak berkelebihan jika pengertian korupsi selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. 1 Menurut L.Bayley korupsi dikaitan dengan perbuatan penyuapan yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi. 2 Perbuatan tindak pidana korupsi termasuk pelanggaran terhadap hakhak social dan hak-hak ekonomi Masyarakat, sehingga korupsi tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crime), melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Seperti contoh pada kasus korupsi dangan perkara nomor: 15/PID.B/2002/PN.SRG yang dilakukan oleh Ketua KUD Banaran, dengan mendapatkan bantuan kredit dari pemerintahan berupa dana pengadaan pangan, Kredit Usaha Tani, dan Hortikultura. Dengan adanya bantuan tersebut Ketua KUD Banaran telah menyalahgunakan kewenangan dengan tujuan untuk 1 Martiman Prodjohamidjojo, 2001, Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi, Jakarta: Mandar Maju, hal7. 2 Ibid.hal 9. 1

2 kepentingan dirinnya sendiri yang seharusnya disalurkan kepada kelompok Tani. Telah menggunakan keuangan KUD Banaran sebesar Rp. 163.137.300,-. Dengan rincian: 1) Dana kredit usaha tani dari kelompok tani Sri Rejeki yang tidak disalurkan sebesar Rp.114.169.300 2) Dana dari hasil penjualan pupuk kredit usaha tani yang tidak diambil petani sebesar Rp. 35.078.790 3) Dana dari angsuran kredit usaha tani yang tidak disetorkan sebesar Rp. 13.889.220 Ketua KUD Banaran menggunakan dana Kredit Usaha Tani sejumlah tersebut memindahkannya kepada usaha lain bukan padi dan Hortikultura sebagaimana kredit yang diterima, tetapi menyerahkan pihak ketiga untuk usaha perkayuan, sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih. Penggunaan uang tersebut dilakukan Ketua KUD Banaran tanpa mendapat persetujuan tertulis dari pengurus KUD maupun dari Kantor Departemen Koperasi Kabupaten Sragen sebagai pengawas dari KUD Banaran. Berdasarkan fakta fakta tersebut Ketua KUD Banaran terbukti bersalah melakukan tindak pidana KORUPSI dan selama pemeriksaan persidangan tidak ditemukan adanya alasan hukum yang dapat menghapuskan perbuatannyamaka haruslah dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.

3 Dalam perkara tindak pidana korupsi yang telah memiliki kekuatan hukum tetap ini dengan dakwaan sebagai berikut: 1. Melakukan perbuatan yang diatur dan diancam dengan pidana dalam pasal 1 ayat (1) sub b jo. Pasal 28 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHAP. 2. Melakukan perbuatan yang diatur dan diancam dengan pidana dalam pasal 372 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHAP. Dalam kasus ini hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan sebagai berikut: 1) Hal-hal yang memberatkan : a. Perbuatan korupsi tersebut merugikan keuangan Negara. 2) Hal-hal yang meringankan: a. Secara terus terang pelaku perbuatan korupsi tersebut menyesal atas perbuatannya. Majelis Hakim berpendapat bahwa hukuman yang dijatuhkan kepada Pelaku Korupsi tersebut adalah sudah tepat dan memenuhi rasa keadilan sebagaimana disebutkan dalam dictum Putusan terbukti secara sah melakukan tindak pidana korupsi, menghukum dengan hukuman penjara 9 (Sembilan) bulan dan denda sebesar Rp.8.000.000,- Pada kenyataannya selama hukuman penjara berlangsung ketua KUD Banaran tidak membayar ganti rugi kepada negara oleh karena itu kepala Kejaksaan Negeri Sragen selaku perorangan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Sragen. Berdasarkan Pasal 274 KUHAP menyatakan bahwa

4 Dalam hal pengaadilan menjatuhkan juga putusan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 99, maka pelaksanaannya dilakukan menurut tata cara putusan perdata. Pasal 99 yang menyatakan bahwa Putusan mengenai ganti kerugian dengan sendirinya mendapat kekuatan tetap apabila putusan pidananya juga mendapat kekuatan hukum tetap. Adapun alasan pengguat mengajukan gugatan dengan dasar perbuatan tergugat sengaja tidak menunaikan kewajiban pembayaran uang pengganti yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan yang telah berkekuatan Hukum tetap tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, pasal 1365 KUHPerdata menentukan sebagai berikut Tiap perbuatan yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan tergugat menimbulkan kerugian bagi penggugat berupa kerugian materiil yaitu keharusan membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp. 148.137.300 belum dilaksanakan sampai gugatan ini diajukan tergugat belum membayar uang pengganti tersebut. Kewajiban hukum tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tersebut lahir dari undang-undang dan dari putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sehingga tergugat harus mematuhi isi putusan tersebut. Kewajiban kerugian immateriil, penggugat mengalami kerugian

5 immateriil selalu mendapat teguran dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia maupun Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah. Berdasarkan uraian yang telah tersebut diatas, maka penulis berniat untuk mengadakan penelitian menyusun penulisan hukum. Yang kemudian penulis konstruksikan sebagai judul skripsi, yaitu PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSI ATAS PUTUSAN PIDANA KE DALAM PUTUSAN PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan di teliti yang antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam menentukan putusan perdata atas perkara korupsi yang telah dijatuhi Putusan pidana? 2. Bagaimana akibat hukum setelah Putusan pidana dijatuhkan Putusan perdata atas perkara korupsi tersebut? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam menentukan Putusan perdata atas perkara korupsi yang telah dijatuhi Putusan pidana. 2. Untuk mengetahui akibat hukum setelah Putusan pidana dijatuhkan Putusan perdata atas perkara korupsi tersebut.

6 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberian manfaat baik untuk pribadi penulis sendiri, untuk ilmu akademis, dan untuk masyarakat secara umum, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum, khususnya hukum yang mengatur tentang penyelesaian perkara korupsi atas putusan pidana kedalam putusan perdata. 2. Manfaat Bagi Pribadi Penulis Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan pengetahuan dan penambahan wawasan bagi pribadi penulis, khususnya agar penulis lebih memahami dengan baik mengenai proses tentang penyelesaian perkara korupsi atas putusan pidana kedalam putusan erdata. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, penambahan wawasan dan pencerahan kepada Masyarakat luas dan khususnya dapat memberikan informasi dan pengetahuan hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk warga masyarakat dalam menyelesaikan perkara korupsi atas utusan pidana kedalam putusan perdata.

7 E. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.oleh karena itu sebelum penulis melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih dahulu mengenai metode yang hendak dipakai. Adapun metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif, disebut juga hukum doktrinal. Pada penelitian jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Sehingga dalam penelitian ini, penulis akan mencari dan menganalisis aspek-aspek hukum, kaidah-kaidah hukum, asas-asas hukum mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses penyelesaian perkara korupsi atas Putusan pidana kedalam Putusan perdata. 2. Jenis Penelitian Jenis kajian dalam penelitian ini bersifat Deskriptif, karena bermaksud untuk menggambarkan secara menyeluruh tentang hal-hal yang terkait dengan

8 objek yang diteliti, yaitu mengenai proses penyelesaian perkara perdata atas putusan hakim pidana kedalam putusan perdata. 3. Jenis Dan Sumber Data Dalam penelitian ini sebagai sumber datanya yang digunakan data primer dan data sekunder. Adapun data-data dalam penelitian ini antara lain: a. Data Sekunder Data sekunder tersebut dengan menggunakan bahan-bahan hukum sebagai berikut: 1) Bahan Hukum Primer Yaitu diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni perilaku masyarakat, melalui penelitian. 3 Dalam penelitian ini yang menjadi bahan hukum primernya adalah: a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b) HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement). c) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia. d) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. e) Jurisprudensi (Keputusan Pengadilan berkekuatan hukum tetap). 2) Bahan Hukum Sekunder 3 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia, Hal 12.

9 Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hukum perdata, buku tentang perbuatan melawan hukum, buku tentang ganti rugi, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana, atau pendapat para pakar hukum yang relevan dengan proses penyelesaian perkara perdata atas putusan hakim pidana dalam perkara korupsi. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum. b. Data primer Adapun yang dimaksud dengan data primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu dengan melakukan penelitian langsung dilapangan. 1) Lokasi penelitian Dalam hal ini penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Sragen. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan Pengadilan Negeri yang berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara mengenai proses penyelesaian perkara perdata atas putusan hakim pidana dalam perkara korupsi. Dan pemilihan wilayah di Kota Sragen itu sendiri supaya mudah dijangkau oleh peneliti, karena peneliti berdomisili di Wilayah

10 Sragen, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar dalam penyusunan penelitian ini. 2) Subyek penelitian Dalam penelitian ini penulis menetapkan subyek yang diteliti yaitu dengan informasi dan responden yang berkompeten dalam proses penyelesaian perkara perdata atas Putusan Hakim pidana dalam perkara korupsi, yaitu: Hakim Pengadilan Negeri Sragen. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang diakukan oleh penulis yakni: a. Pengumpulan Data Sekunder 1) Studi Kepustakaan Penulis menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan yang dilakukan dengan mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis, serta mempelajari data-data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. b. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer diperoleh penulis melalui: 1) Studi Lapangan Studi Lapangan diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung dengan cara sebagai berikut: a) Daftar Pertanyaan (Questionnaire)

11 Merupakan cara pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang disampaikan secara tertulis. 4 Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, tersusun secara urut dan sistematis. b) Wawancara (Interview) Wawancara merupakan metode dimana interviewer (Pewawancara) bertatap muka langsung dengan responden untuk melakukan Tanya jawab menanyakan perihal fakta-fakta hukum yang akan diteliti, pendapat maupun persepsi dari responden yang berkaitan dengan objek penelitian. 5 Dalam hal ini Peneliti bertindak sebagai Interviewer dan yang menjadi responden atau narasumbernya adalah Hakim Pengadilan Negeri Sragen. 5. Metode Analisis Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara Kualitatif dengan menganalisis data yang meliputi putusan pengadilan, peraturan Perundang-Undangan, dokumen-dokumen, buku-buku kepustakaan, jurisprudensi dan literature lainnya yang berkaitan dengan proses penyelesaian perkara korupsi atas Putusan pidana kedalam Putusan perdata, yang kemudian akan dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan responden, 4 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit., Hal 89-90. 5 Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, Hal 127.

12 kemudian dilakukan pengumpulan dan penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. F.Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari empat bab yang disusun secara sistematis. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, pembahasan serta penjabaran dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis menyusun sistematika penelitian sebagai berikut: Bab Pertama terdiri dari pendahuluan, yang memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian. Bab Kedua adalah tinjauan pustaka, yang meliputi tinjauan umum tentang perkara pidana yang diajukan gugatan perdata, Bab Ketiga adalah hasil penelitian dan pembahasan, yang memuat pertimbangan hakim dalam menentukan putusan perdata atas perkara korupsi yang telah dijatuhi putusan pidana, dan akibat hukum setelah putusan pidana dijatuhkan putusan perdata atas perkara korupsi tersebut. Adapun bab yang keempat adalah Penutup, yang berisi Kesimpulan dan Saran.