BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Laporan keuangan juga memberikan suatu informasi yang memperlihatkan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur kepemilikan dan good corporate governance terhadap earnings management yang dikutip dari beberapa sumber: 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris, persentase saham publik, komite audit, leverage secara simultan dan parsial terhadap manajemen laba. Hasil peneilitian ini adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris, leverage tidak terdapat pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan persentase saham publik, dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Persamaan: 1. Metode penelitian menggunakan penelitian kuantitatif. 2. Variabel dependen adalah manajemen laba. 3. Variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan institusional dan variabel good corporate governance yang diukur dengan komite audit. 4. Menggunakan teori keagenan. 11

12 Perbedaan: 1. Variabel independen di dalam penelitian terdahulu adalah dewan komisaris, presentase saham publik, dan leverage. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik, serta variabel independen good corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit, dewan direksi. 2. Penelitian terdahulu dilakukan di perusahaan manufaktur pada periode 2008-2013, sedangkan penelitian ini dilakukan menggunakan perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014. 3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data SPSS, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis data PLS. 2. Rei Adrianto, Idrianita Anis (2014) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh struktur good corporate governance yang diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, komite audit, dan kontrak hutang terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini adalah variabel good corporate governance yang diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, serta variabel kontrak hutang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan variabel good corporate governance yang diukur dengan dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

13 Persamaan: 1. Menggunakan teori keagenan. 2. Variabel dependen adalah manajemen laba. 3. Variabel independen adalah good corporate governance yang diukur dengan komite audit, dan dewan direksi. Perbedaan: 1. Variabel independen dalam penelitian terdahulu adalah good corporate governance yang diukur kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan variabel independen kontrak hutang. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik, serta variabel independen good corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit, dewan direksi. 2. Penelitian terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode 2009-2011, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014. 3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data SPSS, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis data PLS. 3. Audita Ananda Nundini, Hexana Sri Lastanti (2014) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari konvergensi IFRS dan mekanisme corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap earnings

14 management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konvergensi IFRS dan mekanisme corporate governance yang diukur dengan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Sedangkan variabel mekanisme corporate governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Persamaan: 1. Menggunakan teori keagenan. 2. Variabel dependen adalah earnings management. 3. Variabel independen adalah mekanisme corporate governance yang diukur dengan komisaris independen. Perbedaan: 1. Variabel independen dalam penelitian terdahulu adalah pengaruh konvergensi IFRS dan variabel independen mekanisme corporate governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik, serta variabel independen good corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit, dewan direksi. 2. Penelitian terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur BEI, ICMD (Indonesia Capital Market Directory) dengan periode 2009-2011, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014.

15 3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data SPSS, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis data PLS. 4. Indra Kusumawardhani (2012) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari corporate governance, struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, serta ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah variabel independen corporate governance, struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial, serta variabel ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan secara parsial variabel independen corporate governance, dan struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan intitusional, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan. Persamaan: 1. Menggunakan teori keagenan. 2. Variabel dependen manajemen laba. 3. Variabel independen corporate governance dan struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Perbedaan: 1. Variabel independen dalam penelitian terdahulu adalah ukuran perusahaan. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan

16 institusional, dan kepemilikan publik, serta variabel independen good corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit, dewan direksi. 2. Penelitian terdahulu dilakukan pada perusahaan manufaktur periode 2006-2011, sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014. 3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data SPSS, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis data PLS. 5. Dinni Reviani dan Djoko Sudantoko (2012) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan publik, ukuran perusahaan, dan corporate governance yang diukur dengan komposisi dewan komisaris, kualitas audit, dan komite audit. Hasil dari penelitian ini adalah struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan publik, ukuran perusahaan, dan corporate governance yang diukur dengan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sementara variabel corporate governance yang diukur dengan komposisi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Persamaan: 1. Menggunakan teori keagenan. 2. Variabel dependen manajemen laba.

17 3. Variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan publik, dan variabel independen corporate governance yang diukur dengan komite audit. Perbedaan: 1. Variabel independen dalam penelitian terdahulu menambahkan variabel corporate governance yang diukur dengan komposisi dewan komisaris, dan kualitas audit. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, serta variabel independen good corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit, dewan direksi. 2. Penelitian terdahulu dilakukan pada perusahaan manufaktur periode 2008-2011, sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014. 3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data SPSS, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis data PLS. 2.2 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mendasari dan mendukung penelitian ini antara lain: 2.2.1 Agency Theory Agency theory menjelaskan mengenai hubungan agent dengan principal. Agensi theory bertujuan untuk menyelesaikan masalah, yang pertama adalah masalah agency yang muncul ketika adanya konflik kepentingan antara principal

18 dan agent, serta kesulitan principal untuk melakukan verifikasi pekerjaan agent, dan yang kedua adalah masalah pembagian risiko yang muncul ketika principal dan agent memiliki perilaku yang berbeda terhadap resiko (Arfan dan Herkulanus, 2008 : 76). Agency theory memberikan gambaran bahwa earnings management (manajemen laba) dapat dieliminasi dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik). Earnings management (manajemen laba) yang dilakukan oleh manajer (agent) dapat diminimalkan melalui pengawasan untuk menyelaraskan ketidaksejajaran kepentingan antara pemilik (principal) dan manajer (agent), yaitu dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan dari individu maupun kelompok pemegang saham (Sugiarto, 2009 : 36). Adanya perbedaan kepentingan antara manajer (agent) dan pemilik (principal) dapat mendorong timbulnya konflik yang dapat merugikan kedua belah pihak. Dalam hal tersebut, manajer (agent) yang memegang kuasa dari principal (pemilik perusahaan) biasanya cenderung melakukan perilaku yang tidak seharusnya (dysfunctional behaviour), hal tersebut dilakukan karena adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan. Good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) tidak terlepas dari teori keagenan. Teori agen menyatakan bahwa terdapat pemisahan fungsi antara pemilik perusahaan (principal) dengan pengelola perusahaan (agent). Perusahaan yang dikelola oleh bukan pemilik, kemungkinan akan terdapat perbedaan kepentingan antara pengelola perusahaan (agent) dengan

19 pemilik perusahaan (principal). Pengelola perusahaan (agent) memiliki informasi yang lebih cepat, akurat, dan lengkap dibandingkan pemilik perusahaan (principal), sehingga pengelola perusahaan (agent) memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan informasi tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Pemilik perusahaan (principal) ingin mendapatkan peningkatan nilai pasar sahamnya, sedangkan pengelola perusahaan (agent) ingin mendapatkan bonus yang besar untuk kepentingannya sendiri. Ketika bonus pengelola perusahaan (agent) ditentukan berdasarkan persentase terhadap laba, manajer cenderung menggunakan kebijakan atau tindakan akuntansi untuk menaikkan laba perusahaan agar mendapatkan bonus yang besar. Dengan tata kelola perusahaan yang baik akan meningkatkan kepercayaan masyarakat serta meningkatkan struktur perusahaan, sehingga perusahaan akan berfokus pada kinerja perusahaan dan dapat meminimalkan earnings management (manajemen laba) karena adanya pengawasan dari pemegang kepentingan yang lebih luas (Dedhy et all, 2009 : 29). 2.2.2 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme yang berguna untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer perusahaan dengan pemegang saham. Struktur kepemilikan digunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara pihak internal dengan pihak eksternal perusahaan yang berkepentingan. Struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bagian terpenting yang terdapat di dalam struktur modal yang tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang

20 atau ekuitas tetapi juga oleh persentase kepemilikan oleh manajerial, institusional dan publik (Jensen dan Meckling, 1976). Struktur kepemilikan merupakan prosentase kepemilikan saham perusahaan yaitu dengan perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh investor individu maupun kelompok dengan jumlah saham perusahaan (Sugiarto, 2009 : 36). 1. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham oleh pihak manajerial dapat mensejajarkan kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer akan ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer juga akan menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Semakin besar kepemilikan manajerial di dalam perusahaan, maka pihak manajerial akan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham, sehingga dapat menghindari adanya earnings management (manajemen laba) yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, komisaris, dan direksi. Kepemilikan saham ditunjukkan oleh saham yang dikuasai oleh investor dalam bentuk prosentase dari total jumlah saham beredar (Sugiarto, 2009 : 38). Kepemilikan manajerial diukur dengan: Kepemilikan manajerial = Σ saham yang dimiliki oleh manajerial Σ saham perusahaan yang beredar

21 2. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi lain, yaitu kepemilikan oleh perusahaan lain, bank, dan institusi lainnya. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dapat memberikan pengawasan lebih besar yang dilakukan oleh pihak investor institusional, sehingga dapat meminimalkan tingkat penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang dapat menurunkan nilai perusahaan. Kepemilikan saham ditunjukkan oleh saham yang dikuasai oleh investor dalam bentuk prosentase dari total jumlah saham beredar (Sugiarto, 2009 : 38). Kepemilikan institusional diukur dengan: Kepemilikan institusional = Σ saham yang dimiliki oleh institusional Σ saham perusahaan yang beredar 3. Kepemilikan Publik Kepemilikan publik merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Tingkat kepemilikan publik yang tinggi akan memberikan pengawasan terhadap perusahaan menjadi semakin besar. Dengan adanya kepemilikan publik akan mengakibatkan manajer mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi internal perusahaan kepada publik secara berkala sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan. Kepemilikan saham ditunjukkan oleh saham yang dikuasai oleh investor dalam bentuk prosentase dari total jumlah saham beredar (Sugiarto, 2009 : 38).

22 Kepemilikan publik diukur dengan: Kepemilikan publik = Σ saham yang dimiliki oleh publik Σ saham perusahaan yang beredar 2.2.3 Good Corporate Governance Good corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Struktur corporate governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan direksi, manajer, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Corporate governance merupakan suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Muh. Arief, 2009 : 1). Good corporate governance didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Implementasi prinsip-prinsip good corporate governance secara konsisten dapat menarik minat para investor, dan hal tersebut sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Prinsip-prinsip good corporate governance didasarkan pada KNKG, 2006. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa KNKG merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang bertugas untuk menciptakan pedoman dan melaksanakan praktik good corporate governance bagi para pemangku kepentingan (Romanus, 2014 : 230). Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

23 1. Transparansi (Transparency) Perusahaan harus terbuka dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan serta menyediakan informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan dengan cara yang mudah dipahami oleh pemangku kepentingan. Kurangnya informasi akan membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai, resiko dan pertambahan dari perubahan modal. 2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus memberikan kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan ekonomis. 3. Pertanggungjawaban (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka yang panjang. 4. Independensi (Independence) Suatu keadaan dimana perusahaan harus dikelola secara independen dan profesional, sehingga tidak mendapat pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. 5. Kewajaran (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memenuhi hak-hak para pemangku kepentingan yang terjadi akibat dari perjanjian maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24 Konsep corporate governance digunakan untuk tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Good corporate governance meliputi: 1. Komisaris Independen Komisaris independen merupakan pihak yang berfungsi sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris serta untuk menjalankan pengawasan yang bersifat independen terhadap kinerja perusahaan (Muh. Arief, 2009 : 9). Efektivitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris. Konteks independensi ini menjadi semakin kompleks dalam perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Dengan semakin meningkatnya tekanan dari lingkungan perusahaan, maka kebutuhan dari luar akan semakin meningkat. Komisaris independen diukur dengan: Komisaris Independen = Σ Komisaris Independen 2. Komite Audit Komite audit merupakan komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Tugas dari komite audit adalah membantu dan memperkuat fungsi dari dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam proses pelaporan keuangan (Muh. Arief, 2009 : 25). Keberadaan komite audit sangatlah penting bagi pengelolaan perusahaan. Selain itu komite audit juga dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak

25 manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Komite audit diukur dengan: Komite Audit = Σ Komite Audit 3. Dewan Direksi Dewan direksi merupakan pihak yang berfungsi untuk mengelola perusahaan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham atau pemilik modal (Muh. Arief, 2009 : 9). Dewan direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk kepentingan perusahaan dan memastikan perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari para pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dewan direksi diukur dengan: Dewan Direksi = Σ Dewan Direksi 2.2.4 Earnings Management Earnings management (manajemen laba) adalah tindakan manajer untuk menaikan atau menurunkan laba periode berjalan dari perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang (Sri, 2008 : 49). Earnings management (manajemen laba) melalui kebijakan akuntansi akan melakukan perubahan-perubahan angka laba dengan menggunakan teknik dan kebijakan akuntansi. Sementara earnings management melalui aktivitas riil akan melakukan manipulasi angka laba yang dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal dari kegiatan bisnis normal atau

26 yang berhubungan dengan kegiatan operasional, misalnya menunda kegiatan promosi produk atau mempercepat penjualan dengan pemberian diskon besarbesaran. Earnings management (manajemen laba) dengan tidakan akuntansi dilakukan dengan cara merubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, yaitu dengan memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, dan estimasi biaya garansi. Selain itu dengan merubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode saldo menurun ganda ke metode depresiasi garis lurus, serta dengan menggeser periode biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai. Perubahan metode penyusutan sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan masa manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan pada biaya sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen, sedangkan non discretionary accrual adalah

27 pengakuan akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Earnings management (manajemen laba) merupakan potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (Scott, 2012 : 423). Terdapat beberapa mekanisme dalam melakukan earnings management yang meliputi: 1. Taking a bath Pola Taking a bath dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi yang tidak menguntungkan dan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat. 2. Income minimization Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah daripada laba sebenarnya. Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya.

28 3. Income maximization Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih tinggi daripada laba sebenarnya. Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk melakukan manipulasi data akuntansi dengan cara menaikkan laba agar pembayaran bonus tahunan juga meningkat. 4. Income smoothing Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Praktik earnings management dapat dideteksi menggunakan analisis akuntansi yang dapat dilakukan dengan beberapa tahapan (Dedhy et all, 2011 : 67). Tahapan tersebut meliputi: 1. Mengidentifikasi kebijakan akuntansi utama yang digunakan oleh sebuah perusahaan atau industri. 2. Menilai penggunaan fleksibilitas akuntansi perusahaan, yaitu seberapa fleksibel perusahaan menerapkan kebijakan akuntansinya. 3. Menilai strategi yang dijalankan perusahaan, yaitu sejauh manakah perbedaan akuntansi perusahaan yang sedang dijalankan dengan kebijakan akuntansi perusahaan lain. Pada prinsipnya, pengguna laporan keuangan bisa membandingkan metode akuntasi untuk perusahaan yang sejenis.

29 4. Menilai kualitas pengungkapan perusahaan, yaitu dengan menilai apakah perusahaan telah menyediakan informasi yang memadai untuk menilai strategi dan memahami kondisi ekonomi dari kegiatan operasinya. 5. Mengidentifikasi adanya potensi permasalahan akuntansi. Earnings management (manajemen laba) diukur dengan discretionary accruals (DA) yang dihitung dari selisih nilai total akrual (TA) dan total nondiscretionary accruals (NDA). Dalam menghitung nilai DA, dapat menggunakan Kaznik Model (1999) (Dedhy et all, 2011 : 74). Kaznik berpendapat bahwa NDA merupakan fungsi dari perubahan pendapatan yang disesuaikan dengan adanya perubahan piutang, PPE, dan OCF. Secara detail, dengan model kaznik, penentuan discretionary accruals sebagai indikator earnings management dapat dijabarkan dalam tahap-tahap berikut: 1. Menentukan nilai total akrual (TA): TA jp = NI jp CFO jp 2. Menentukan niai parameter α p, β 1p, β 2p, dan β 3p : TA jp = α p + β 1p ( REV jp - REC jp ) + β 2p PPE jp + β 3p CF jp + ɛ jp Lalu, agar skalanya menjadi sama, variabel tersebut dibagi dengan aset tahun sebelumnya (A jp-1 ), sehingga formulasinya berubah menjadi: TA jp / (A jp-1 ) = α p + β 1p ( REV jp - REC jp )/ (A jp-1 ) + β 2p PPE jp/ (A jp-1 ) + β 3p CF jp/ (A jp-1 ) + ɛ jp 3. Menghitung nilai nondiskresioner akrual (NDA): NDA jp = α p + β 1p ( REV jp - REC jp ) + β 2p PPE jp + β 3p CF jp + ɛ jp

30 4. Menentukan nilai diskresioner yang merupakan indikator manajemen laba akrual dengan cara mengurangi total akrual dengan nondiskresioner akrual, dengan formulasi: DA jp = TA jp NDA jp Keterangan: TA jp NI jp CFO jp NDA jp DA jp A jp-1 REV jp REC jp PPE jp CF jp α p, β 1p, β 2p, β 3p ɛ jp = Total akrual perusahaan j pada periode p = Laba bersih perusahaan j pada periode p = Arus kas operasi perusahaan j pada periode p = Nondiskresioner akrual perusahaan j pada periode p = Diskresioner akrual perusahaan j pada periode p = Total aset perusahaan j pada periode p = Perubahan penjualan bersih perusahaan j pada periode p = Perubahan piutang bersih perusahaan j pada periode p = Property, plant, and equipment perusahaan j pada periode p = Perubahan arus kas operasional perusahaan j pada periode p = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi = Eror term perusahaan j pada periode p 2.2.5 Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen 1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Earnings Management Kepemilikan mengarah pada kekuasaan untuk melakukan kontrol dalam suatu perusahaan dengan menetapkan kebijakan dan tindakan pada perusahaan (Sugiarto, 2009 : 36). Banyak perusahaan yang tidak dikelola oleh pemiliknya,

31 melainkan dikelola oleh manajer profesional yang diberi kompensasi untuk menjalankan perusahaan sesuai dengan kepentingan pemilik. Hal tersebut akan memungkinkan untuk mengakibatkan adanya permasalahan keagenan (agency problem) maupun asimetri informasi. Masalah keagenan muncul saat manajer (agent) tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik (principal). Perilaku manajer (agent) untuk melakukan praktik earnings management (manajemen laba) akan terlihat pada saat manajer (agent) memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingan mereka, meskipun kebijakan tersebut bukan yang terbaik bagi pemilik perusahaan (principal). Praktik earnings management (manajemen laba) yang dilakukan oleh manajer (agent) dapat diminimalkan melalui pengawasan untuk menyelaraskan ketidaksejajaran kepentingan pemilik (principal) dan manajer perusahaan (agent), yaitu dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan institusional (Rei dan Idrianita, 2014), serta dengan memperbesar kepemilikan saham oleh publik (Putu et all, 2015). Sistem pengelolaan perusahaan meliputi dua kriteria, yaitu perusahaan yang dipimpin oleh manajer pemilik dan perusahaan yang dipimpin oleh manajer dan non pemilik (Boediono, 2005). Dua kriteria tersebut mempengaruhi earnings management (manajemen laba) karena kepemilikan oleh manajer akan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan. Adanya kepemilikan saham oleh manajer perusahaan, maka manajer akan merasa bahwa mereka juga ikut memiliki perusahaan, sehingga manajer akan melakukan tindakan atau kebijakan akuntansi yang terbaik bagi perusahaan untuk

32 kepentingan yang luas. Apabila saham yang dimiliki oleh pihak manajerial besar, dan pihak manajerial buruk dalam melakukan pengelolaan perusahaan, maka pihak manajerial dapat memanfaatkan kepemilikannya tersebut untuk melakukan tindakan earnings management. Sedangkan dengan memperbesar kepemilikan saham oleh pihak institusional, maka pengawasan dari instansi lain terhadap perusahaan akan menjadi semakin besar. Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk fokus pada kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku mementingkan diri sendiri, sehingga manajer tidak akan melakukan earnings management (manajemen laba) karena adanya pengawasan oleh pihak investor institusional, dan manajer akan memilih tindakan atau kebijakan akuntansi yang menguntungkan untuk semua pihak secara luas. Hasil dari penelitian. Rei dan Idrianita (2014), serta Audita dan Hexana (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Kepemilikan publik dapat menambah pengawasan terhadap kinerja dari manajemen perusahaan sehingga dapat meminimalkan manajemen untuk melakukan tindakan earnings management, karena memperbesar kepemilikan publik akan membuat manajer mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi internal perusahaan kepada publik secara berkala sebagai bentuk tanggung jawab dari perusahaan. Sehingga publik akan mengetahui kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Hasil dari penelitian Putu et. all (2015) menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap earnings management. Sedangkan hasil penelitian dari Indra (2012) serta Dinni dan Djoko

33 (2012) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. 2. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Earnings Management Good corporate governance (tata kelola yang baik) tidak terlepas dari teori keagenan (agency theory). Teori ini menyatakan bahwa terdapat pemisahan fungsi antara pemilik perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent) (Jensen & Meckling, 1976). Perusahaan yang dikelola oleh bukan pemilik, kemungkinan akan terdapat perbedaan kepentingan antara manajer perusahaan (agent) dan pemilik perusahaan (principal). Perbedaan tersebut merupakan permasalahan keagenan (agency problem). Agar manajer perusahaan (agent) bertindak sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan (principal), maka pemilik perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya untuk mengawasi kegiatan dari manajer perusahaan, memberikan gaji dan kompensasi yang sesuai kepada manajer perusahaan, serta membuat sistem pengendalian organisasi agar manajer bekerja dengan jujur. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya keagenan (agency cost). Meskipun pemilik perusahaan (principal) mengeluarkan biaya keagenan, tetapi informasi dari perusahaan dikelola oleh manajer perusahaan (agent). Apabila manajer dalam mengelola perusahaan tidak baik, maka manajer perusahaan (agent) akan membuat informasi yang menguntungkan diri mereka, sehingga akan terjadi asimetri informasi. Manajer perusahaan (agent) ingin mendapatkan bonus sebesar-besarnya untuk kepentingannya sendiri, sedangkan pemilik perusahaan (principal) ingin mendapatkan peningkatan nilai pasar sahamnya. Ketika bonus manajer perusahaan (agent) ditentukan berdasarkan

34 persentase tertentu terhadap laba, manajemen akan menaikkan labanya agar mereka mendapat bonus berupa kas dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang paling menguntungkan bagi manajer. Earnings management (manajemen laba) dapat diminimalkan dengan good corporate governance (tata kelola yang baik). Semakin besar pengawasan terhadap perusahaan, maka akan semakin kecil manajer perusahaan untuk melakukan praktik earnings management (manajemen laba). Pengawasan yang dilakukan melalui mekanisme dari good corporate governance terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan dewan direksi. Komisaris independen merupakan suatu mekanisme yang bertugas untuk mengawasi dan memberi petunjuk kepada manajemen perusahaan. Komisaris independen akan meningkatkan kualitas pengawasan dalam sebuah perusahaan (Muh. Arief, 2009 : 9). Semakin besar proporsi komisaris independen, maka akan menunjukkan pengawasan yang lebih baik. Sehingga dengan peran komisaris independen dalam menjalankan fungsi pengawasannya, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan dan diharapkan dapat menghasilkan laporan laba yang berkualitas. Hasil dari penelitian Audita dan Hexana (2014) menunjukkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Komite audit dapat melakukan sinergi dengan audit internal untuk meningkatkan sistem pengendalian internal perusahaan. Apabila terdapat dugaan penyimpangan (fraud) di perusahaan yang melibatkan direksi perusahaan, maka komisaris dapat menugaskan komite audit untuk melakukan audit. Hasil dari

35 penelitian Putu et. all (2015), serta Rei dan Idrianita (2014) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap earnings management. Dewan direksi mempunyai fungsi untuk melaksanakan tugas dan bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan. Anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan pengambilan keputusan. Komposisi direksi harus melakukan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, dan cepat serta bertindak independen. Dewan direksi akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan yang memastikan kesinambungan usaha. Hasil dari penelitian Rei dan Idrianita (2014) menunjukkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Sedangkan hasil penelitian dari Indra (2012) menunjukkan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management, sementara hasil penelitian dari Dinni dan Djoko (2012) menunjukkan bahwa good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap earnings management (manajemen laba). 2.3 Kerangka Pemikiran Earnings management (manajemen laba) merupakan tindakan atau kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk meningkatkan atau menurunkan laba yang berguna untuk pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Adanya struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan saham oleh manajerial, institusional, dan publik dapat meminimalkan perilaku earnings management (manajemen laba), karena

36 pengawasan terhadap perusahaan menjadi semakin banyak. Sehingga manajer akan memberikan kinerja terbaiknya untuk kepentingan yang lebih luas. Good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) akan memberikan fungsi pengawasan terhadap perusahaan yang dilakukan oleh komisaris independen, komite audit, dan dewan direksi. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen, komite audit, dan dewan direksi akan meminimalkan manajemen untuk melakukan earnings management (manajemen laba), karena manajer akan memberikan kinerjanya dengan baik untuk kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka akan diuji apakah variabel struktur kepemilikan dan good corporate governance terhadap earnings management yang akan digambarkan pada kerangka pemikiran sebagai berikut:

37 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Kepemilikan Publik Komisaris Independen Komite Audit Dewan Direksi Struktur Kepemilikan Good Corporate Governance H1 H2 Earnings Management Sumber: Diolah Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN 2.4 Hipotesis Penelitian Penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh struktur kepemilikan, good corporate governance terhadap earnings management. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dirumuskan: H1: Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap earnings management. H2: Good corporate governance berpengaruh terhadap earnings management.