BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah yaitu di deretan daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina (Rahayu, 1999). Varietas bawang merah di Indonesia bermacam-macam. Berikut adalah macammacam varietas bawang merah di Indonesia. Bawang merah varietas Bima Brebes Bawang merah varietas Medan Bawang merah varietas Australia Bawang merah varietas Bali Bawang merah varietas Filipina Bawang merah varietas Ampenan Bawang merah varietas Sumenep Bawang merah varietas Bangkok Varietas Medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur panennya lebih lama dari Bima Brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah produksi umbi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi, yakni 25 % dari bobot panen basah (Tim Bina Karya Tani, 2008). Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah.jumlah
perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004). Batang tanaman baswang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (Rukmana, 1994). Daun bawang merah mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak. Ada juga yang daunnya membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daunnya. Warnanya hijau muda. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya (Rukmana, 1994). Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik. Kadang-kadang, di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter. Meskipun kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Wibowo, 1995). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi
setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1994). Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara25ºc-32ºc. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangan diutamakan dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Wibowo, 1995). Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 1995). Tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organis atau humus sangat baik untuk bawang merah. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik (Wibowo, 1995). Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu ph-nya antara 6,0-6,8. Keasaman dengan ph antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 1995). Suhu yang baik untuk bawang merah adalah pada suhu yang agak panaslah bawang merah sebaiknya ditanam, pada suhu yang rendah memang kurang baik. Pada suhu 22ºC memang masih mudah untuk membentuk umbi, tetapi hasilnya
tidak sebaik jika ditanam di dataran rendah yang bersuhu panas. Di bawah 22ºC bawang merah sulit untuk berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi. Sebaiknya ditanam di daerah yang bersuhu antara 25ºC-32ºC dengan iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya 30ºC (Wibowo, 1995). 2.2 Landasan Teori Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor produksi dikenal dengan istilah sarana produksi, input, faktor produksi, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting (Soekartawi, 1995). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, sedangkan biaya produksi merupakan total pengeluaran yang dilakukan oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang produksi yang diproduksikan oleh produsen. Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen dapat dibedakan kepada dua jenis pembiayaan yaitu biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi besarnya produksi dan biaya variabel, yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2006). Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : R/C lebih besar dari 1, produktivitas tenaga kerja lebih besar dari tingkat upah yang berlaku, produksi lebih besar dari BEP produksi, penerimaan lebih besar dari BEP penerimaan, dan harga lebih besar dari BEP harga (Suratiyah, 2006). Titik impas dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan dapat menutupi biaya tetap dan melebihi biaya variabel. 2.3 Kerangka Pemikiran Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Usahatani bawang merupakan suatu usaha yang memiliki prospek yang cerah karena bawang merah merupakan bumbu masakan yang sangat dikenal dan juga selalu dibutuhkan setiap harinya sebagai pelengkap bumbu dapur. Petani harus memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan untuk usahatani sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan yaitu biaya sewa lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida dan upah tenaga kerja. Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usahatani bawang merah adalah lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Sementara output dari usahatani bawang merah adalah produksi bawang merah. Input dalam usahatani bawang merah mempunyai pengaruh terhadap produksi bawang merah. Penerimaan usahatani bawang merah adalah jumlah yang diterima petani bawang merah dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut diperoleh dengan mengalikan produksi bawang merah yang diperoleh dengan harga jual yang berlaku saat itu. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Besar kecilnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk melihat keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah penjumlahan pendapatan pengelola (pendapatan bersih usahatani) dengan upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang diperhitungkan. Pendapatan keluarga petani adalah penjumlahan pendapatan tenaga kerja keluarga petani dengan bunga modal milik sendiri. Secara ekonomi usahatani bawang merah layak untuk diusahakan apabila perbandingan penerimaan dan biaya >1 (lebih besar dari satu) atau sama dengan
satu. Sedangkan apabila <1 (lebih kecil satu), usahatani bawang merah tidak layak untuk diusahakan. Secara singkat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut. Petani Usahatani Bawang Merah Produktivitas Harga Jual Produksi Penerimaan Faktor Produksi : Lahan Benih Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Biaya Produksi Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga Pendapatan Keluarga Pendapatan Bersih Usahatani Faktor Pendapatan : Lama Bertani Tenaga Kerja Harga Jual Produksi Analisis Kelayakan Layak (jika R / C > 1) Tidak Layak (Jika R / C) < 1 Keterangan : Hubungan Pengaruh Gbr 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Produktivitas usahatani bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi. 2. Faktor yang mempengaruhi produksi usahatani bawang merah adalah benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. 3. Komponen biaya yang paling dominan dalam usahatani di daerah penelitian adalah biaya saprodi. 4. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani, dan pendapatan bersih usahatani bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi. 5. Faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah di daerah penelitian adalah lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga, harga jual dan produksi. 6. Usahatani bawang merah di daerah penelitian layak untuk di usahakan.