BAB I PENDAHULUAN. penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Susanto,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berperan penting bagi negara (Gwartney dan Lawson, 2006). Peran penting

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang awalnya official assessment system menjadi self assessment system. Self

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendengar kata Pajak, kebanyakan dari kita akan segera

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok warganya, dengan mengandalkan penerimaan dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. objek pajaknya, seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian


BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

Susanti, Liberti Pandiangan

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, kurang lebih 76,9% penerimaan negara saat ini bersumber dari pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pemerintah sangat berusaha untuk mengamankan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda dan iuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan menjadi suatu permasalahan yang pokok. Pembiayaan ini

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalir dari masyarakat ke pemerintah dan akan disalurkan kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) di mana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Susanto, 2013). Tiraada (2013) mengemukakan bahwa saat ini 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak. Penerimaan pajak diharapkan dapat terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan lancar. Pembangunan nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintah bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang mandiri. Terkait dengan cita-cita untuk menjadi suatu bangsa yang mandiri, maka pemerintah harus mampu meningkatkan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari pajak. Wulandari (2013) menyebutkan bahwa pembangunan dapat lancar apabila terdapat sumber dana yang mendukung. Saraswati (2012) berpendapat bahwa dalam upaya untuk membiayai pembangunan, pemerintah telah bertekad secara perlahan melepaskan ketergantungan dari luar negeri dan beralih kepada kemampuan bangsa sendiri yakni melalui peningkatan penerimaan dari sektor pajak. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang semakin besar, pemerintah harus berupaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. 1

Begitu besarnya peranan pajak dalam pembiayaan pembangunan nasional, maka Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam menghimpun dana dari masyarakat terus berupaya dengan berbagai cara seperti pemantapan basis data pajak dan perluasan wajib pajak (ekstensifikasi dan intensifikasi). Namun demikian realisasi penerimaan pajak dari tahun ke tahun hampir dapat dikatakan tidak pernah mencapai target sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2013 2016 No Tahun Target Penerimaan Realisasi Persentase (triliun) (triliun) 1 2016 1.355 1.105 81,6 2 2015 1.294 1.055 81,5 3 2014 1.246 1.143 91,7 4 2013 1.148 1.077 93,8 Sumber : Data diolah pada KPP Pratama Padang Satu, 2017 Wajib pajak dibedakan atas 3 (tiga) kelompok umum yakni terdiri dari wajib pajak orang pribadi (perseorangan), wajib pajak badan usaha berbentuk badan hukum, dan wajib pajak pemungut bendahara pemerintah. Jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah terutama wajib pajak orang pribadi dari kelompok pelaku UMKM. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari motor penggerak perekonomian Indonesia. Sejak krisis moneter di tahun 1997-1998 hampir 80% usaha yang diketegorikan besar mengalami kebangkrutan. Namun tidak demikian dengan UMKM. Ia dapat bertahan dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimilikinya sehingga dianggap sebagai 2

sektor usaha kewirausahaan dan keunggulan kompetitif yang tahan banting dan mampu bertahan dalam kondisi apapun dan bahkan tak jarang mampu menambah dan menciptakan sumber-sumber lapangan kerja baru. Pertumbuhan UMKM sendiri tumbuh dengan pesat sejak krisis moneter. Jumlah pelaku UMKM di propinsi Sumatera Barat tahun 2011 telah berjumlah sekitar 1.200.000 orang (Laudin, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat,2011,Minangkabau News; Jumlah UKM di Sumbar Meningkat). Ini adalah data yang menunjukkan jumlah pelaku UMKM untuk propinsi Sumatera Barat tujuh tahun yang lalu, kemudian berapa jumlah pelaku UMKM nasional saat ini?. Secara nasional, pada tahun 2008 terdapat sekitar 49,8 juta unit usaha UMKM yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 53,6%. Berikutnya pada tahun 2009, unit usaha UMKM naik menjadi 51,3 juta unit yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 55,6%. Kontribusi UMKM terhadap PDB nasional pada tahun 2010 tercatat sebesar 62,71% dan pada tahun 2011 kontribusinya terus meningkat menjadi 63,89% (sumber : www.bppk. depkeu.go.id.). Tingginya jumlah pertumbuhan UMKM merupakan salah satu sumber kontribusi yang dapat dipergunakan untuk menambah penerimaan pajak. Namun sungguh kenyataannya tidak dibarengi dengan peningkatan realisasi penerimaan pajak. Tentang kriteria UMKM sendiri telah diatur dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008. Rendahnya tingkat kepatuhan pelaku UMKM untuk mendaftarkan diri memiliki NPWP dan kemauan membayar pajak dengan benar 3

ternyata tidak sebanding dengan tingginya tingkat pertumbuhan usaha. Sungguh ironis. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self assesment dimana dalam prosesnya pemerintah mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak antara lain adalah tingkat pengetahuan, ketegasan sanksi aturan perpajakan, dan kualitas pelayanan aparat perpajakan itu sendiri. Pemahaman, wawasan atau pengetahuan adalah peringatan tentang suatu yang spesifik, universal, metode, proses-proses, pola dan struktur sumber. Pengingatan tentang sesuatu melibatkan pemikiran terhadap kondisi riil. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran sesuatu hal. Pengetahuan merupakan causa prima yang menggerakkan manusia dalam berfikir, merasa, bersikap dan bertingkah laku. Sehingga tingkat pengetahuan mempengaruhi tingkah laku seseorang diantaranya sikap patuh. Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak hal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini akan menentukan pemahaman dan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif maka semakin besar pengaruhnya terhadap objek tertentu (Fidel, 2004). 4

Kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak terutama tergantung pada pengetahuan masyarakat mengenai perpajakan dan tingkat pendidikan (Qomaria, 2008). Pemerintah akan mudah melakukan sosialisasi pajak jika pengetahuan masyarakat mengenai pajak cukup tinggi. Pendidikan formal juga sangat diperlukan karena beberapa jenis pajak memerlukan pemahaman tertentu agar pajak dapat dihitung, disetor, dan dilaporkan dengan baik. Resmi (2003:62) menyebutkan bahwa sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam Undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Pelaksanaan pengenaan sanksi perpajakan kepada wajib pajak dapat berupa sanksi administrasi saja, sanksi pidana saja, atau kedua-duanya. Sedangkan Mardiasmo (2013:59) berpendapat bahwa sanksi pajak merupakan jaminan ketentuan peraturan perundangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti, ditaati atau dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sartika (2008) menyebutkan bahwa pelayanan adalah proses aktivitas atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud yang bersifat langsung dalam suatu organisasi atau institusi. Dengan demikian kualitas pelayanan adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ditawarkan kepada pihak lain dalam memenuhi kebutuhannya. Kusumawati (2006) berpendapat bahwa pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan dimana salah satunya 5

meliputi pelayanan pajak (tax service). Pelayanan yang baik kepada wajib pajak dilaksanakan agar wajib pajak dapat menjalankan kewajiban perpajakannya dengan mudah. Wajib pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Dari ketiga variabel tadi akan dilihat sejauhmana keterkaitan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Mahon (2001) mengatakan bahwa kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu yang didalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan yang membuat perilaku seseorang dapat sesuai dengan yang diharapkan. Tiraada (2013) menyatakan bahwa kepatuhan merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan negara yang diharapkan didalam pemenuhannya dilakukan secara sukarela. Kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak adalah faktor penting dalam sistem perpajakan modern. Bahkan bagaimanapun sistem dan administrasi pajak yang digunakan namun jika kepatuhan itu dapat terwujudkan, maka penerimaan pajak akan tinggi. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak. 6

Wajib Pajak (WP) berdasarkan subjek pajaknya dikelompokkan atas : 1. Badan, 2. Orang Pribadi, dan 3. Pemungut (Bendahara). Berikut akan dijelaskan kenapa WP Orang Pribadi yang menjadi fokus penelitian. 1. WP Badan sudah ada laporan keuangan (audited/ non audited) serta data-data dari pihak ketiga seperti stakeholder dan kementerian tenaga kerja yang mengawasi keberadaaan dan operasional perusahaan sehingga sedikit banyak tidak dapat (tidak berani) merekayasa laporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama baik untuk perhitungan pajak atas laba perusahaan itu sendiri maupun perhitungan pajak karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. 2. Bendahara sudah harus menghitung, memotong, dan membayar sendiri pajak instansi pemerintah tersebut secara benar dan tepat waktu. Jika tidak, maka bersiaplah berurusan dan diperiksa oleh Inspektorat yang tentunya akan turut mempengaruhi masa depan karir bendahara itu sendiri. 3. WP Orang Pribadi sendiri terdiri atas karyawan, jasa profesi, UMKM, dan jenis kegiatan perorangan lainnya. Kalau karyawan swasta atau PNS, dan jasa profesi dapat agak lebih mudah dideteksi oleh petugas pajak (DJP) dalam mengetahui tingkat kewajaran pembayaran dan pelaporan pajaknya. Berdasarkan penelitian Solich Jamin (2001) diketahui bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan ternyata lebih tinggi daripada tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi 7

Namun tidak demikian halnya bagi pelaku UMKM. Karena ia cenderung bebas dan fleksibel. Banyak diantaranya yang tidak mendaftarkan izin usahanya pada instansi terkait sehingga tidak ada data-data yang masuk ke kantor pajak mengenai kepatuhan kewajiban perpajakannya. Selain itu transaksi mereka yang melalui agen dan konsumen akhir, sehingga tidak dapat dilakukan cross check data dari pemasok/supplier serta dari pihak ketiga lainnya seperti pemilik tanah, pemberi modal, dan lain-lain. Kalaupun ada datanya, biasanya tersebar di berbagai tempat dengan struktur yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga timbul kecenderungan wajib pajak dengan sengaja menyembunyikan informasi tentang perilaku ketidakpatuhannya. Oleh sebab itu masih perlu dikaji tingkat kepatuhan pelaku UMKM dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terhutangnya. Indonesia dengan jumlah penduduk 255.461.700 jiwa, nomor 4 di dunia, dengan jumlah kelas menengah yakni penduduk dengan kekuatan expenditure menerima penghasilan per hari antara US $ 2 20 mencapai 170 juta atau ±70% dari jumlah penduduk. Data statistik dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja adalah sekitar 128.300.000 atau 50,22%. Tabel 1.2 Indikator Pasar Tenaga Kerja Yang Utama Tahun 2015 No Data Februari Variabel 2015 1 Penduduk usia > 15 tahun 184.600.000 2 Penduduk usia > 15 th yang termasuk angkatan bekerja 128.300.000 3 Angkatan bekerja Yang telah bekerja *) 120.800.000 Sumber : Data diolah, 2017 8

Kita lihat pada tabel 1.2 bahwa jumlah penduduk usia produktif yang sudah bekerja dari total keseluruhan penduduk Indonesia sebesar 120.800.000 jiwa *). Kemudian kita lihat berapa jumlah Wajib Pajak Nasional yang terdaftar dibawah ini. Tabel 1.3 Wajib Pajak Terdaftar Nasional Memiliki NPWP Tahun 2011 2015 No Orang Pribadi Tahun (OP) Badan Jumlah Wajib Pajak 1 2011 19.881.684 1.929.507 21.811.191 2 2012 22.131.323 2.136.014 24.267.337 3 2013 25.109.959 2.328.509 27.438.468 4 2014 27.571.471 2.472.632 30.044.103 5 2015 27.687.515 2.474.086 30.161.601 Sumber : Data diolah pada KPP Pratama Padang Satu, 2017 Perhatikan pada tabel 1.3, dari penduduk usia produktif yang bekerja adalah 120.800.000 orang, namun yang terdaftar memiliki NPWP (tahun 2015) hanya sebanyak 27.687.515 orang (22,92%) tidak sampai sepertiganya. Kemudian jika dikerucutkan menjadi sebatas hanya jumlah Wajib Pajak OP Non Karyawan yang khusus terdaftar di KPP Pratama Padang Satu, tidak secara nasional (termasuk pelaku UMKM didalamnya), maka didapatkan data pada tabel 1.4 sebagai berikut : Tabel1.4 Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2012 2016 No Jenis WP 2012 2013 2014 2015 2016 1 OP 86.576 94.147 100.867 108.115 115.428 2 OP Non Karyawan *) 46.719 48.256 49.812 51.236 52.682 3 Badan 14.999 15.643 16.362 17.182 18.050 4 Pemungut 1.163 1.238 1.293 1.497 1.624 Sumber : Data diolah pada KPP Pratama Padang Satu, 2017 9

Pada tabel 1.4 di atas maka dapat dilihat dari tahun ke tahun terdapat peningkatan jumlah wajib pajak yang mendaftarkan diri untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada KPP Pratama Padang Satu. Namun tidak dibarengi dengan peningkatan penerimaan pajak. Kegunaan NPWP adalah untuk dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dari uraian diatas penulis tertarik membahas masalah ini menjadi sebuah penelitian yang diberi judul PENGARUH PENGETAHUAN, KETEGASAN, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA PADANG SATU). 1.2. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan serta untuk memfokuskan penelitian maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pengaruh pengetahuan wajib pajak terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPP Pratama Padang Satu?. 2. Bagaimanakah pengaruh ketegasan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPP Pratama Padang Satu?. 3. Bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan otoritas pajak terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPP Pratama Padang Satu?. 10

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Pengaruh pengetahuan wajib pajak terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPP Pratama Padang Satu. 2. Pengaruh ketegasan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPP Pratama Padang Satu. 3. Pengaruh kualitas pelayanan otoritas pajak terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPP Pratama Padang Satu. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktek, adapun manfaat antara lain : 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat ikut meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang dikaitkan dengan teori-teori ilmu Sumber Daya Manusia, serta dapat menjadi bahan referensi bagi penulis selanjutnya. 2. Secara Praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih, saran, dan referensi bagi pengambilan kebijakan oleh otoritas perpajakan (Ditjen Pajak) dan pemerintah khususnya, maupun bagi kalangan akademisi dan stakeholder yang terkait dalam memahami variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajb Pajak, sehingga dalam prakteknya 11

nanti dapat diambil langkah-langkah strategis dalam pengamanan pencapaian target penerimaan pajak. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Bagi Direktorat Jenderal Pajak, terdapat 4 perspektif balance scorecard untuk mengukur kinerja, dimana perspektif keuangan memiliki dua indikator kinerja utama yakni berupa realisasi penerimaan dan pertumbuhan pajak maksimal yang sangat menentukan dalam mengukur penilaian kinerja organisasi maupun individu (petugas pajak). Sedangkan tiga perspektif yang lain tidak begitu diperhitungkan dalam pengukuran kinerja hanya sebagai pendukung saja. Sehingga untuk mengoptimalkan realisasi penerimaan dan pertumbuhan maka tidak terlepas dari kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Kepatuhan dimaksud sini adalah mereka yang telah melaksanakan kegiatan perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai ketentuan perundangan pajak yang berlaku. Jadi, seandainya wajib pajak seharusnya menurut ketentuan membayar pajak Rp. 10.000.000 namun hanya membayar Rp. 6.500.000 maka ia tetap tergolong tidak patuh, apalagi bagi mereka yang belum atau tidak membayar pajak sama sekali. Oleh karena itu konsep penelitian tentang kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dilihat dari keterkaitan dan pengaruhnya dari tiga variabel independen berikut ini yakni di tinjau dari segi pengetahuan, ketegasan sanksi aturan perpajakan, dan kualitas pelayanan pihak otoritas pajak itu sendiri. 12

Penelitian ini berfokus pada penyebaran kuisioner yang disebar kepada wajib pajak yang terdaftar dan melapor ke KPP Pratama Padang Satu yang beralamat di Jalan Bagindo Azis Chan No.26 - Padang dan kantor sub perwakilan KPP Pratama Padang Satu yang berada di kota Pariaman (KP2KP Pariaman) yang beralamat di jalan Pariaman Tengah kota Pariaman. 1.6. Sistematika Penulisan Untuk menyusun tesis ini peneliti membahas dan menguraikan masalah yang dibagi dalam 5 bab. Adapun maksud dari pembagian tesis ini ke dalam babbab dan sub bab-bab adalah untuk menjelaskan dan menguraikan setiap masalah dengan baik. Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Literatur, bab ini akan menyajikan struktur organisasi pajak, landasan teori, tinjauan umum, konsep atau definisi pajak, kriteria wajib pajak patuh, pengenaan pajak bagi pelaku UMKM dan kaitannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, diagnosa perbandingan penerapan aplikasi berdasarkan data referensi jurnal internasional dari negara lain dibandingkan dengan penerapannya di Indonesia, hasil penelitian sebelumnya, serta teori-teori atau data lainnya yang dianggap koheren dan perlu menurut peneliti. 13

Bab III Metode Penelitian, bab ini merupakan gambaran konsep dan teknik yang dipilih untuk melakukan penelitian yang berisikan yakni ruang lingkup dan waktu penelitian, desain penelitian, variabel penelitian dan definisi operasi, jenis dan sumber data, serta bagaimana teknik pengumpulan data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini akan menjelaskan, menguraikan, menganalisis, dan membahas hasil penelitian secara komprehensif dari variabel-variabel yang dikemukakan penulis pada bab (1) Pendahuluan, melalui penggunaan metode-metode yang dijelaskan pada bab (3) Metode Penelitian. Bab V Penutup, pada bab terakhir ini meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan substansial yang didapat dari hasil penelitian ini, serta saran yang direkomendasikan untuk berbagai pengambil kebijakan (stakeholder) serta bagi peneliti berikutnya terkait topik ini. Sekaligus merupakan upaya perbaikan yang dibutuhkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Serta akan di akhiri dengan lampiran-lampiran yang terkait dengan hasil penelitian yang ditemukan dilapangan dan dipergunakan untuk selanjutnya di olah dan di analisis. 14