BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Seiring dengan perkembangan zaman, upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara menyeluruh, mencakup berbagai perkembangan dimensi kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika yang berkualitas. Dalam pembelajaran matematika di SMP, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan bukanlah permasalahan yang mudah, banyak sekali kendala yang ditemui. Rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) dari tahun ke tahun belum meningkat signifikan. Pada tahun 2011 nilai rata-rata ujian nasional adalah 7,88. Pada tahun 2012 rata-rata nilai ujian nasional adalah 7,47. Pada tahun 2013 rata-rata nilai ujian nasional adalah 6,10. Pada tahun 2014 rata-rata nilai ujian nasional adalah 6,52 sedangkan pada tahun 2015 rata-rata nilai ujian nasional adalah 62,1. Hal ini mendukung pentingnya pengembangan pembelajaran matematika di SMP. Pembelajaran matematika seringkali menggunakan metode ceramah. Dalam metode ceramah guru cenderung menjelaskan kepada peserta didik secara sepihak. Hal ini dapat menyebabkan peserta didik hanya dapat menggunakan materi matematika tanpa mengetahui proses menemukan konsep tersebut. Pembelajaran yang dilakukan seperti ini kurang bermakna yang dapat mengakibatkan hasil belajar peserta didik tidak maksimal. Selain itu, pengembangan kompetensi siswa 1
mencakup dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, tetapi mungkin hanya dimensi pengetahuan. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika seorang guru melaksanakan perencanaan dan persiapan mengajar dengan baik, cermat dan sistematis. Perencanaan dan pesiapan mengajar hingga pelaksanaan pembelajaran merupakan strategi haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditentukan Permendikbud 54 tahun 2013. Dalam Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah juga mengisyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan perencanaan dan persiapan mengajar meliputi penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan media pembelajaan yang mengacu pada Standar Isi (SI). Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan SKL dan SI untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pada setiap tahun ajaran tertentu. Selanjutnya silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan RPP. Menurut Hosnan (2014: 99), RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efesien. Komponen RPP terdiri atas: identitas sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetens, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, 2
penilaian, media/alat, bahan dan sumber belajar. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem di dalamnya terdapat berbagai komponen pengajaran yang saling terintegrasi untuk mencapai tujuan. Salah satu komponen tersebut adalah penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran yang terkait dengan komponen lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru adalah lembar kegiatan peserta didik atau lembar kegiatan siswa (LKS). Menurut Depdiknas (2008: 13), lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Melalui LKS aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan, penyampaian materi dapat dipermudah dengan menggunakan LKS. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar. Dengan menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik. Menurut Sudiati (2003: 11), salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS. Namun berdasarkan hasil observasi, LKS yang digunakan di sekolah-sekolah pada umumnya berupa LKS yang menekankan rumus-rumus tanpa penjelasan terkait diperolehnya rumus tersebut. Pembelajaran yang menggunakan LKS seperti 3
ini memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kompetensi peserta didik dan tidak sesuai karakteristik pembelajaran dalam Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Salah satu cara mencapai kompetensi dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan LKS yang disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran. Dalam Depdiknas (2008: 28) LKS disusun memperhatikan komponen evaluasi kelayakan yaitu; kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikan. Kemudian komponen-komponen tersebut dijadikan acuan dalam pengembangan LKS yang baik. Menurut Nieveen (1999: 126), suatu produk pengembangan material kegiatan pembelajaran harus memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika perangkat pembelajaran tersebut dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh validator. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika peserta didik dan guru memberikan respon baik terhadap kebermanfaatan dan kemudahan perangkat pembelajaran. Selain itu, perangkat pembelajaran dikatakan efektif berdasarkan menggunakan perangkat pembelajaran sebagai hasil evaluasi formatif sesuai dengan harapan. Seiring dengan pengembangan RPP dan LKS yang harus dilakukan oleh setiap pendidik, pemilihan metode pembelajaran disetiap kegiatan belajar haruslah tepat. Metode pembelajaran harus mampu menciptakan suatu interaksi secara aktif antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan objek belajar sehingga dapat membuat siswa secara mandiri menemukan konsep dari materi yang diajarkan. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan juga harus dapat membuat siswa merasa 4
tertantang untuk mengikuti kegiatan belajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih dan dikembangkan oleh guru adalah metode pembelajaran pendekatan scientific berbasis Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang diawali dari suatu permasalahan yang digunakan sebagai sarana untuk investigasi siswa. Permasalahan yang disajikan diawal pembelajaran merupakan masalah yang autentik dan bermakna. Setiap siswa ataupun kelompok harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut secara mandiri ataupun kelompok. Dengan berusaha memecahkan permasalahan secara mandiri ataupun kelompok, diharapkan peserta didik akan mampu mendapatkan pengetahuan yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukanan (Trianto, 2009: 91) yaitu suatu konsekuensi logis, bahwa dengan memecahkan masalah secara mandiri ataupun kelompok melalui pengalaman-pengalamannya, siswa akan menggunakan pengalaman pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan masalah yang serupa, hal ini dikarenakan pengalaman memberikan suatu makna tersendiri bagi seorang siswa. Dari uraian dan pentingnya menyediakan perangkat pembelajaran pada materi lingkaran untuk peserta didik kelas VIII maka dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan penjabaran di atas. Penelitian ini diberi judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan materi lingkaran pendekatan scientific berbasis problem based learning untuk Peserta Didik Kelas VIII SMP 5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Guru mengalami kesulitan dalam menyajikan permasalahan-permasalahan yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh peserta didik. 2. Peserta didik sulit memahami materi yang disajikan dalam buku sekolah. 3. Pengembangan RPP dan LKS yang ada belum dapat membuat peserta didik untuk berperan secara aktif dan mandiri dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan. 4. Kebanyakan LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah suatu ringkasan materi dan kumpulan soal yang tidak memberikan kesempatan siswa untuk dapat menemukan konsep dari materi tersebut secara mandiri. 5. Masih terbatasnya pengembangan RPP dan LKS dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif. C. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian ini difokuskan pada pengembangan perangkat pembelajaran materi lingkaran dengan pendekatan Scientific berbasis Problem Based Learning untuk siswa SMP kelas VIII. Materi lingkaran dipilih karena unsurunsur lingkaran (juring, busur, tali busur, apotema, dan tembereng) baru dipelajari di kelas VIII dan perhitungan panjang busur. Dengan menggunakan RPP dan LKS materi lingkaran untuk peserta didik kelas VIII SMP yang mencakup mengidentifikasi unsur-unsur lingkaran, menentukan panjang busur pada lingkaran, dan menentukan luas juring pada lingkaran dengan menggunakan pendekatan 6
Scientific berbasis Problem Based Learning. Dengan memperhatikan tiga aspek yaitu kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pengembangan RPP dan LKS materi lingkaran dengan pendekatan scientific berbasis Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika SMP kelas VIII sehingga berkualitas? 2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan scientific berbasis Problem Based Learning (PBL) pada materi lingkaran untuk siswa SMP kelas VIII ditinjau dari tiga aspek yaitu kevalidan, kepraktisan dan keefektifan? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ditetapkan tujuan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran matematika materi lingkaran dengan pendekatan Scientific berbasis Problem Based Learning untuk siswa SMP kelas VIII dengan rincian tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pengembangan RPP dan LKS materi lingkaran dengan pendekatan scientific berbasis Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika SMP kelas VIII yang berkualitas. 2. Meneliti dan meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan Scientific berbasis Problem Based Learning (PBL) pada materi lingkaran untuk siswa SMP kelas VIII ditinjau dari tiga aspek yaitu kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. 7
F. Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak, antara lain. 1. Bagi Pendidik dan Calon Pendidik a. Memberikan alternatif pilihan proses pembelajaran dengan variasi sumber belajar yang mendukung proses mengajar sebagai implementasi kurikulum 2013. b. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam kegiatan pembelajaran pada materi lingkaran. 2. Bagi Peserta Didik Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik dalam melakukan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, sehingga memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Memberikan warna dan inovasi pembelajaran di sekolah serta sebagai rujukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. 8