Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KUAT MEDAN MAGNET TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BESI COR KELABU

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

PENGARUH KUAT MEDAN MAGNET TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BESI COR KELABU

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

STUDI UKURAN GRAFIT BESI COR KELABU TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA PRODUK BLOK REM METALIK KERETA API

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

STUDI PENGARUH KOMPOSISI KIMIA DAN KETEBALAN CORAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO BESI COR PADA KASUS PEMBUATAN BESI COR VERMICULAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO TROMOL REM UNTUK BUS/TRUK PRODUK UKM (Studi Kasus di PT. SSM)

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

PERBAIKAN PERAMUAN BAHAN BAKU PELEBURAN BESI COR KELABU PADA TANUR TUNGKIK. Oleh: Soedihono. Staf Pengajar Politeknik Manufaktur Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. atau mata bajak dengan menempa tembaga. Kemudian secara kebetulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

PENGUJIAN IMPAK BESI COR KELABU AUSTEMPER

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

BAB IV HASIL PENELITIAN

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

PENGARUH MODEL SALURAN TUANG PADA CETAKAN PASIR TERHADAP HASIL COR LOGAM

PERBANDINGAN KUALITAS HASIL PENGECORAN PASIR CETAK BASAH DENGAN CAMPURAN BENTONIT 3% DAN 5% PADA BESI COR KELABU

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING

TUGAS AKHIR MODELING PENGARUH LUBANG MASUK TERHADAP HASIL CORAN DENGAN SOLIDWORKS. Oleh : BAYU SRIYANTO D

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Dimensi Cil dalam (Internal Chill) terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) pada Pengecoran Aluminium 6061

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH TEMPERATUR QUENCHING PADA PROSES AUSTEMPERING TERHADAP KEKUATAN LELAH AUSTEMPERING GREY IRON

Pengaruh Bentuk Riser Terhadap Cacat Penyusutan Produk Cor Aluminium Cetakan Pasir

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

PROSES MANUFACTURING

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si

BAB I PENDAHULUAN. membersihkan coran. Hampir semua benda-benda logam yang. Perkembangan material berbasis besi ( ferro), khususnya

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR GUNUNG TERHADAP KUALITAS DAN FLUIDITAS HASIL PENGECORAN LOGAM PADUAN Al-Si

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR GUNUNG TERHADAP KUALITAS DAN FLUIDITAS HASIL PENGECORAN LOGAM PADUAN Al-Si

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1, Sigit Budi Hartono 2 2.

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

RENCANA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

TUGAS SARJANA PENGARUH PENGGUNAAN CHIL DAN LUBANG PENDINGIN PADA CETAKAN TROMOL REM TERHADAP STRUKTUR MIKRO BESI COR KELABU

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

ANALISA KETAHANAN AUS, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA CYLINDER LINER FC 25 DENGAN PENAMBAHAN 0,25% TEMBAGA (Cu)

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM PEMBUATAN CETAKAN PENGECORAN LOGAM

Iham Nurdiansyah 1), Suriansyah 2), Naif Fuhaid 3) ABSTRAK

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat dicor dalam cetakan yang rumit dengan mudah. kali memproduksi komponen alat pertanian. Pada tahun 1850 di Inggris

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi pengecoran sangat berpengaruh terhadap. kemajuan Industri manufacture. Oleh karena itu pengembangan teknologi

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABU LEWAT PENAMBAHAN UNSUR C r DAN C u

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. A. PENDAHULUAN Dewasa ini teknologi pengecoran sangat berpengaruh terhadap kemajuan industri


PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

Transkripsi:

Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) *Yusuf Umardani a, Yurianto a, Rezka Dwima Kusumaharja b a Dosen Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro b Mahasiswa Program Studi S-1, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 275, Telp. +62247460059 *E-mail: umardaniyusuf@yahoo.com Abstrak Besi cor kelabu merupakan paduan antara baja dan karbon dengan kandungan karbon sekitar 2.5 4.0% sehingga memiliki sifat keuletannya rendah, tidak dapat ditempa, tidak dapat di rol dan tidak dapat ditarik. Proses pembentukan logam yang umum digunakan untuk besi cor kelabu adalah proses pengecoran (casting). Dalam proses pengecoran, kecepatan pendinginan cor (solidifikasi) dapat mempengaruhi sifatnya, kualitas dan struktur mikrografi. Umumnya logam akan mengalami penyusutan saat dalam proses pendinginan, pada besi murni penyusutan yang terjadi antara 3 8%. Penyusutan dapat menyebabkan perubahan terhadap dimensi produk pengecoran secara permanen dan dapat mengurangi sifat mekanis serta kualitas dari produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat medan magnet pada proses pembentukan pengecoran besi cor kelabu dengan metode pemberian kuat medan magnet di dalam rongga cetakan dan magnet yang digunakan adalah magnet permanen jenis Neodymium (NdFeB). Kuat medan magnet akan mengurangi cacat penyusutan (shrinkage), mempengaruhi proses pembentukan struktur mikro dan sifat mekanis dari produk hasil pengecoran. Material yang diuji adalah besi cor kelabu dengan kuat medan magnet 31.93 µt (1 magnet) dan 84.57 µt (2 magnet) serta dengan variasi temperatur 1255 ºC dan 1404 ºC. Perbandingan kekerasan antara spesimen hasil pengecoran tanpa perlakuan dan dengan kuat medan magnet meningkat hingga 30%, yaitu dari 237 HB menjadi 345.6 HB (temperatur tuang 1255 ºC dan perlakuan 2 magnet). Hasil pengujian mikrografi tanpa etsa menunjukkan pengaruh kuat medan magnet dapat membuat stabil tipe grafit besi cor kelabu pada dua titik awal pengujian. Kata kunci:besi Cor Kelabu, Magnet Neodymium, Cacat Penyusutan 1. Pendahuluan Salah satu proses pengolahan logam yang umum digunakan dalam bidang industri logam adalah proses pengecoran. Proses pengecoran (casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau dipecah-pecah untuk dijadikan suatu komponen. Pengecoran digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai dengan bentuk cetakan yang telah dibuat. Bahan logam besi yang diolah untuk dijadikan besi cor pada dasarnya adalah paduan antara besi (Fe) dan zat arang (C), dengan kandungan karbon yang terikat pada paduan tersebut lebih tinggi sekitar 2.5 4.0 %. Besi cor mempunyai sifat antara lain, keuletannya rendah, tidak dapat ditempa, tidak dapat di rol, tidak dapat ditarik, dan lain-lain. Satu-satunya proses pembuatannya adalah dengan proses pengecoran. Walaupun kekuatan dan keuletan lebih rendah dibanding dengan baja, tetapi penggunaan besi tuang tersebut cukup banyak, karena proses pengolahannya lebih mudah dan mempunyai sifat khusus yang berguna untuk hal-hal tertentu [1]. Contoh proses pengecoran logam dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam proses pengecoran, kecepatan pendinginan cor (solidifikasi) dapat mempengaruhi sifat, kualitas dan struktur mikrografi. Umumnya logam akan mengalami penyusutan saat dalam proses pendinginan, pada besi murni penyusutan yang terjadi antara 3 8%. Salah satu metode untuk mengurangi resiko terjadinya cacat penyusutan adalah dengan cara menambahkan penambah yang berperan untuk mengimbangi penyusutan pada saat produk cor mengalami proses pendinginan [2]. Namun dalam praktiknya, volum penambah yang diperlukan untuk membuat suatu produk cor agar tidak mengalami penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan volum produk benda cor tersebut, sehingga proses pembuatan suatu produk cor tersebut menjadi tidak ekonomis. Penyusutan dapat menyebabkan perubahan terhadap dimensi produk pengecoran secara permanen dan dapat mengurangi sifat mekanis serta kualitas dari produk tersebut [3]. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan shrinkage yang terjadi, struktur mikrografi dan nilai kekerasan besi cor kelabu hasil proses pengecoran tanpa perlakuan dan dengan perlakuan kuat medan magnet serta dengan variasi temperatur 1255ºC dan 1404ºC. ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 97 103 97

Gambar 1. Proses pengecoran logam [1]. 2. Bahan dan metode penelitian 2.1. Diagram Alir Penelitian Persiapan yang diperlukan antara lain, menyediakan magnet jenis Neodymium (NdFeB) berjumlah 6 buah (berbentuk balok dengan dimensi panjang 35 mm, lebar 15 mm dan tinggi 7 mm), pembuatan pola inti cetakan (dengan dimensi spesimen berbentuk silinder dan kerucut terpancung dibagian bawahnya), peleburan bahan baku besi cor kelabu menggunakan tungku induksi dan alat pengukur temperature pyrometer. Mulai A Penentuan Judul Peleburan besi cor Studi literatur Pengukuran kuat medan magnet Pembuatan desain pengecoran dan cetakan pasir Temperatur ruang mencapai 12 ºC untuk pengujian 1 dan 1404 ºC untuk pengujian 2 Tidak A Ya Pengecoran tanpa perlakuan dan dengan perlakuan medan magnet Pengukuran dan pengujian spesimen Pengolahan data, analisa dan pembahasan serta penulisan laporan Selesai Gambar 2. Diagram alir penelitian. 98 ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 82 103

Proses pengecoran dilakukan di industri pengecoran logam PT. Suyuti Sido Maju Ceper Klaten menggunakan tungku induksi dengan kapasitas ± 0 kg/jam. Proses peleburan dilakukan hingga bahan baku besi cor kelabu mencair dan temperatur tungku mencapai sekitar 10 o C. Proses penuangan dilakukan ke dalam cetakan pasir tanpa perlakuan dan dengan perlakuan penambahan magnet (1 magnet dan 2 magnet) pada jarak 20 mm diatas rongga cetakan, dengan menggunakan kowi pengangkut dan dijaga temperatur tuang pada temperatur ± 12ºC dan ± 1400ºC. Spesimen hasil pengecoran Pengujian yang dilakukan meliputi uji cacat penyusutan (shrinkage), uji mikrografidan uji kekerasan. 20 mm 78 mm 76 mm 12 mm 42 mm Gambar 3. Skema pengecoran dengan penambahan magnet. 2.2 Material Pengujian Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah besi cor kelabu sebagai bahan baku pembuatan spesimen, pasir silika (SiO 2 ) sebagai bahan dasar cetakan, bentonit digunakan sebagai bahan pengikat pasir silika dan plastisin digunakan sebagai media pengukuran cacat penyusutan (shrinkage). 3. Hasil dan pembahasan 3.1 Hasil Pengujian Shrinkage Analisa pengukuran shrinkage pada spesimen uji dengan temperatur tuang 1255ºC didapatkan diameter bola plastisin untuk spesimen uji tanpa perlakuan, dengan penambahan satu buah magnet dan dengan penambahan dua buah magnet. Diameter bola plastisin masing-masing variasi perlakuan spesimen yang didapatkan adalah 8 mm (volum 268.1 mm 3 ), 0 (volum 0 mm 3 ) dan 0 (volum 0 mm 3 ). Dari data hasil pengukuran diameter bola plastisin tersebut didapatkan volum shrinkage untuk masing-masing spesimen uji. Sebagai penjelasan lebih lanjut, irisan spesimen yang dihasilkan ditampilkan pada Gambar 4 dan grafik pengaruh penambahan jumlah magnet dengan shrinkage untuk temperatur tuang 1255ºC ditampilkan pada Gambar 5. (a) (b) (c) Gambar 4. Irisan spesimen (a) tanpa perlakuan, (b) penambahan satu buah magnet dan (c) penambahan dua buah magnet. Volume Shrinkage (mm 3 ) 2 1 0 Spesimen a Spesimen b Spesimen c Gambar 5. Grafik pengaruh penambahan jumlah magnet dengan shrinkage untuk temperatur tuang 1255 ºC. ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 97 103 99

Analisa pengukuran shrinkage pada spesimen uji dengan temperatur tuang 1404ºC didapatkan diameter bola plastisin untuk spesimen uji tanpa perlakuan, dengan penambahan satu buah magnet dan dengan penambahan dua buah magnet. Diameter bola plastisin masing-masing variasi perlakuan spesimen yang didapatkan adalah 25.8 mm (volum 8992 mm 3 ), 21 mm (volum 4849 mm 3 ) dan 19 mm (volum 3591 mm 3 ). Dari data hasil pengukuran diameter bola plastisin tersebut didapatkan volum shrinkage untuk masing-masing spesimen uji.sebagai penjelasan lebih lanjut, irisan spesimen yang dihasilkan ditampilkan pada Gambar 6 grafik pengaruh penambahan jumlah magnet dengan shrinkage untuk temperatur tuang 1404 ºC ditampilkan pada Gambar 7. (a) (b) (c) Gambar 6. Irisan spesimen (a) tanpa perlakuan, (b) penambahan satu buah magnet dan (c) penambahan dua buah magnet. Volum Shrinkage (mm 3 ) 00 9000 8000 7000 6000 00 4000 0 0 0 0 Spesimen a Spesimen b Spesimen c Gambar 7. Grafik pengaruh penambahan jumlah magnet dengan shrinkage untuk temperatur tuang 1404 ºC. 3.2 Hasil Pengujian Mikrografi Pengujian struktur mikro spesimen uji dengan perbesaran x tanpa etsa bertujuan untuk melihat bentuk dan distribusi tipe grafit pada spesimen uji dari besi cor kelabu hasil pengecoran dengan perlakuan penambahan medan magnet dan tanpa perlakuan penambahan medan magnet. Distribusi grafit pada temperatur tuang 1255ºC dan 1404ºC ditunjukkan oleh Tabel 1. Keterangan spesimen 1 tanpa perlakuan, spesimen 2 dengan perlakuan penambahan batangan besi, spesimen 3 dengan perlakuan penambahan 1 magnet dan spesimen 4 dengan perlakuan penambahan 2 magnet Tabel 1. Data hasil pengujian struktur mikrografi tanpa etsa. Jarak pengujian 10 mm 20 mm 1 Temperatur tuang 1255 ºC Tipe C Tipe B 2 3 ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 82 103

Temperatur tuang 1404 ºC 1 2 Tipe C Tipe B 3 Tipe B Tipe D Perubahan distribusi tipe grafit pada jarak pengamatan 10 mm dan 20 mm untuk spesimen 2 dan 3 memiliki tipe grafit yang stabil, jarak pengamatan 10 mm untuk spesimen 2 (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) memiliki kuat medan magnet sebesar 31.93 µt dan spesimen 3 (dengan perlakuan penambahan 2 magnet) memiliki kuat medan magnet sebesar 84.57 µt, jarak pengamatan 20 mm untuk spesimen 2 (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) memiliki kuat medan magnet sebesar 25. µt dan spesimen 3 (dengan perlakuan penambahan 2 magnet) memiliki kuat medan magnet sebesar 81.03 µt. Pada jarak pengamatan 10 mm dengan temperatur tuang 1255 ºC, spesimen 1 (tanpa perlakuan) memiliki grafit tipe C dengan serpihan grafit yang saling menumpuk dengan orientasi sebarang, grafit yang menumpuk akan mengakibatkan ferit sangat mudah mengendap dan membuat sifat mekanis dari besi cor menjadi rapuh. (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) dan spesimen 3 (dengan perlakuan penambahan 2 magnet) memiliki grafit tipe A dengan serpihan grafit yang terbagi rata dan orientasinya sebarang, potongan grafit yang bengkok memberikan kekuatan yang tertinggi pada besi cor. Untuk temperatur tuang 1404 ºC pada jarak pengamatan 10 mm, spesimen 1 (tanpa perlakuan) memiliki grafit tipe C. (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) memiliki grafit tipe B dengan kelompok grafit berbentuk rosette yang berupa potongan grafit halus ditengah dengan serpih-serpih grafit radial di sekitarnya, grafit tipe ini muncul bersama grafit tipe A dan memiliki kandungan karbon yang tinggi karena banyak pengendapan grafit, sehingga strukturnya menjadi lemah dan bagian tengahnya terkadang retak serta bisa jatuh oleh gaya potong pada waktu dikerjakan dengan mesin. memiliki grafit tipe A. Pada jarak pengamatan 20 mm dengan temperatur tuang 1255 ºC, spesimen 1 (tanpa perlakuan) memiliki grafit tipe B. (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) dan spesimen 3 (dengan perlakuan penambahan 2 magnet) memiliki grafit tipe A. Untuk temperatur tuang 1404 ºC pada titik 1, spesimen 1 (tanpa perlakuan) memiliki grafit tipe B. (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) memiliki grafit tipe A. memiliki grafit tipe B. 3.3 Hasil Pengujian Kekerasan Dari data hasil pengujian kekerasan dengan temperatur tuang 1255 ºC didapatkan nilai kekerasan spesimen uji besi cor kelabu terbesar terdapat pada titik 1 dan radius pengujian 0 dengan perlakuan penambahan 2 magnet (spesimen 3) dan memiliki nilai kekerasan sebesar 345.6 HB atau mengalami kenaikan ± 30% dari nilai kekerasan pada spesimen uji tanpa perlakuan pada titik yang sama sebesar 237 HB. Sebagai penjelasan lebih lanjut data yang dihasilkan dapat ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar8 untuk radius 0 dan Gambar 9 untuk radius 20 mm. 3 2 1 Gambar 8.Grafik perbandingan nilai kekerasan spesimen uji pada temperatur tuang 1255 ºC dan radius 0. ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 97 103 101

3 2 1 Gambar 9. Grafik perbandingan nilai kekerasan spesimen uji pada temperatur tuang 1255 ºC dan radius 20 mm. Dari data hasil pengujian kekerasan dengan temperatur tuang 1404 ºC didapatkan nilai kekerasan spesimen uji besi cor kelabu terbesar terdapat pada titik 5 dan radius pengujian20 mm dengan perlakuan penambahan 1 magnet (spesimen 2) dan memiliki nilai kekerasan sebesar 337.6 HB atau mengalami kenaikan ± 30% dari nilai kekerasan pada spesimen uji tanpa perlakuan pada titik yang sama sebesar 239 HB. Sebagai penjelasan lebih lanjut data yang dihasilkan dapat ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar10 untuk radius 0 dan Gambar 11 untuk radius 20 mm. 3 2 1 Gambar 10.Grafik perbandingan nilai kekerasan spesimen uji pada temperatur tuang 1404 ºC dan radius 0. 3 2 1 Gambar 11. Grafik perbandingan nilai kekerasan spesimen uji pada temperatur tuang 1404 ºC dan radius 20 mm. 102 ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 82 103

4. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan kuat medan magnet pada proses pengecoran besi cor kelabu dapat mengurangi resiko terjadinya shrinkage (cacat penyusutan). Penurunan resiko terjadinya shrinkage berbanding lurus dengan jumlah magnet yang digunakan dalam proses pengecoran. Pada penelitian ini pengaruh penambahan magnet terlihat pada spesimen uji dengan temperatur tuang 1404 ºC. (tanpa perlakuan) memiliki volum shrinkage sebesar 8992 mm 3, spesimen 2 (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) memiliki volum shrinkage sebesar 4849 mm 3 dan spesimen 3 (dengan perlakuan penambahan 2 magnet) memiliki volum shrinkage sebesar 3591 mm 3. Pengaruh penambahan kuat medan magnet terhadap pembentukan struktur mikro spesimen uji dengan bahan besi cor kelabu memiliki tipe grafit yang stabil pada jarak pengamatan 10 mm dan 20 mm, yaitu grafit tipe A dan tipe B. Grafit tipe A dan tipe B banyak dijumpai pada besi cor kelas tinggi karena memilki matrik perlit dan ukuran grafit yang cocok. Serta penambahan kuat medan magnet berpengaruh pula terhadap nilai kekerasan besi cor kelabu, yakni dapat meningkatkan nilai kekerasan spesimen uji hingga mencapai ± 30% pada titik 1 dan radius 0 spesimen 3 (dengan perlakuan penambahan 2 magnet) dengan temperatur tuang 1255 ºC serta pada titik 5 dan radius 0 spesimen 2 (dengan perlakuan penambahan 1 magnet) dengan temperatur tuang 1404 ºC. Secara garis besar, sifat mekanis spesimen uji dengan perlakuan penambahan medan magnet mengalami peningkatan nilai kekerasan. Sehingga diperoleh bahwa penambahan kuat medan magnet pada proses pengecoran besi cor kelabu dapatmemperbaiki kualitas produk hasil pengecoran tersebut. Referensi [1] Daryanto. 2010.Proses PengolahanBesidan Baja (IlmuMetalurgi).Sarana Tutorial Nurani. Bandung. [2] ASM Handbook. 1988.Volume 15 : Casting.ASM International. [3] Li, B.Q. 1998.Solidification Processing of Materials in Magnetic Fields.Journal of Metals. Vol.. No. 2. ROTASI Vol. 19, No. 2, April 2017: 97 103 103