PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

Pola Perilaku Agama Kejawen Padepokan Bedogol Desa Sidaurip Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

Tradisi Nyadran sebagai Komunikai Ritual

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

MERTI DUSUN DI DUSUN GINTUNGAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Penelitian Sajen Peturon di desa Rowodadi, Kecamatan Grabag,

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

Transkripsi:

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com Abstrak: Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, (1) Prosesi upacara Merti Desa yang dilaksanakan di desa Cangkrep Lor, (2) Makna simbolis sesaji yang digunakan dalam upacara Merti Desa di desa Cangkrep Lor, dan (3) Pandangan masyarakat dari segi Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan terhadap upacara Merti Desa di desa Cangkrep Lor. Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan di desa Cangkrep Lor, waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai Desember 2013. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dan teknik catat terhadap para informan yang telah mengetahui upacara tradisi Merti Desa. Pengumpulan data dilakukan melalui metode pustaka, observasi, dan wawancara mendalam dengan narasumber yang aktif pelaksanaan upacara tradisi Merti Desa. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan handphone untuk merekam dan kamera untuk mengambil gambar serta merekam. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (a) Prosesi tradisi Merti Desa yaitu persiapan dan pelaksanaan tradisi Merti Desa, (b) Sesaji dan makna simbolis dalam upacara tradisi Merti Desa: Bunga Setaman, bunga setaman dimasukkan kedalam satu tempat yang terbuat dari daun pisang atau samir. Artinya, manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak tercemar karena hal-hal negatif. Bubur Putih dan Bubur Abang. Bubur abang memiliki makna sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar diberi doa dan restu sehingga selalu mendapatkan keselamatan. Bubur putih memiliki makna sebagai penghormatan dan harapan dari seseorang yang ditujukan kepada orang tua atau leluhurnya agar senantiasa diberi keselamatan. Ingkung, mempunyai makna sebagai kekuatan yang diikat. Pisang Raja, melambangkan kemuliaan seorang Raja. Nasi Tumpeng, melambangkan semangat bersatunya antara penguasa dan rakyatnya. Tukon pasar, merupakan simbol agar manusia selalu bersyukur atas rejeki yang diterima, karena tercukupi kebutuhannya. Tenong, adalah sebuah wadah atau tempat yang terbuat dari anyaman bambu, dan(c) Pandangan masyarakat dalam pelaksanaan upacara tradisi Merti Desa, secara umum mereka berpandangan bahwa upacara ini sebagai media sosial. Maksudnya adalah tradisi tersebut dipakai sebagai sarana mengutarakan pikiran dan kepentingan yang menjadi hajat hidup orang banyak. Biasanya upacara tersebut digunakan untuk mengingat apa yang telah dilakukan leluhurnya pada masa lalu sampai masa sekarang. Selain itu upacara tradisional seperti ini juga menjadi media untuk melakukan kontak sosial di antara warga. Diantara contoh dari kontak sosial tersebut adalah pada saat membuat peralatan dan perlengkapan upacara yang dilakukan secara bersama-sama, memberikan sumbangan demi kelancaran acara tersebut dan melakukan ritual secara bersama-sama. Kata Kunci: Pandangan Masyarakat, Tradisi Merti Desa. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 26

Pendahuluan Tradisi Merti Desa adalah bentuk ungkap syukur dan permohonan kepada Sang Pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa karena diberikan rejeki yang melimpah (Prihatini, 2010: 103-104). Tradisi Merti Desa yang dilaksanakan di desa Cangkrep Lor, dilaksanakan pada bulan Rejeb. Maka masyarakat juga menyebutnya dengan istilah Rejeban. Upacara tradisi merupakan salah satu bentuk kebudayaan dari hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh warga pendukungnya untuk mencapai keselamatan. Tradisi ini selalu dilaksanakan secara turun-temurun dan tidak pernah ditinggalkan meskipun zaman sudah modern dan maju. Upacara Merti Desa dilakukan karena masyarakat beranggapan bahwa upacara ini merupakan kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun-temurun, Shills (dalam Sztompka, 2004: 70). Kebiasaan yang diturunkan mencakup berbagai nilai budaya, yang meliputi adat istiadat, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem kepercayaan, dan sebagainya, (Koentjaraningrat, 1985: 2). Warisan yang telah mengalami proses pengetahuan dari satu generasi ke generasi lainnya. Proses ini yang menyebabkan nilai-nilai budaya menjadi tradisi yang dipertahankan oleh sekelompok individu dalam masyarakat. Upacara Merti Desa yang dilakukan oleh masyarakat desa Cangkrep Lor, memiliki pola keagamaan yang masih bersifat tradisional kejawen dengan menggunakan ubarampe atau sesaji sebagai sarana komunikasi dengan makhluk halus disekitar. Upacara ini mempunyai makna tertentu dibalik upacara yang dilakukan serta menggunakan Doa dalam agama Islam. Masyarakat desa Cangkrep Lor masih mempercayai tradisi Merti desa sebagai tolak bala, apabila tradisi ini tidak dilaksanakan maka suasana desa menjadi kurang aman. Dalam hal ini peneliti akan meneliti tentang prosesi dari upacara Merti Desa, makna simbolis sesaji yang digunakan dalam upacara Merti Desa dan pandangan masyarakat terhadap upacara Merti Desa di Desa Cangkrep Lor. Melalui penelitian inilah dapat dilihat seberapa jauh Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 27

upacara Merti Desa di desa Cangkrep Lor Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo masih bisa dipertahankan. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dan teknik catat terhadap para informan yang telah mengetahui upacara tradisi Merti Desa di desa Cangkrep Lor. Data informan ini berupa informasi dan sedikit foto pada pelaksanaan upacara tradisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode pustaka, observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan narasumber yang aktif dalam pelaksanaan upacara tradisi Merti Desa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti, membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Patton dalam Moleong, 2010: 330). Dalam penelitian kualitatif triangulasi adalah cara yang terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Peneliti dapat membandingkan temuannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kegiatan pelaksanaan upacara Merti Desa di desa Cangkrep Lor, dibagi menjadi dua tahap kegiatan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan upacara. Dalam tahap persiapan masyarakat beserta pamong desa melakukan rapat menentukan waktu pelaksanaan upacara tahunan tradisi Merti Desa. Waktu pelaksanaan Merti Desa adalah bulan Rejeb, maka masyarakat desa Cangkrep Lor menyebutnya dengan istilah Rejeban. Dalam penelitian ini, pelaksanaan upacara tradisi Merti Desa dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2013. Masyarakat wajib membayar iuran berdasarkan pendapatan setiap bulan. Dana yang terkumpul dipergunakan untuk Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 28

membiayai pelaksanaan tradisi Merti Desa atau Rejeban desa Cangkrep Lor. Dana tersebut dikumpulkan paling lambat sehari sebelum prosesi Merti Desa berlangsung. Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan, dalam tahap pelaksanaan terdapat beberapa prosesi, diantaranya adalah: (1) Pengajian Rajabiyah, pengajian dilaksanakan di balai desa kelurahan Cangkrep Lor, sehari sebelum upacara tradisi Merti Desa berlangsung. (2) Bersih kubur atau ziarah kubur, bersih kubur hanya dilaksanakan oleh pamong desa. Pelaksanaan bersih kubur adalah di pesarean atau makam sesepuh desa yang telah babat alas di desa Cangkrep Lor. Dalam bersih kubur terdapat dua ritual, yang pertama adalah pembacaan doa yang dipimpin bapak kaum dan yang kedua adalah pembakaran kemenyan yang dilakukan oleh bapak bayan desa Cangkrep Lor. (3) Selamatan atau kenduri desa, dipusatkan di balai desa kelurahan dan diikuti oleh masyarakat desa Cangkrep Lor. Bertujuan mendoakan desa Cangkrep Lor dari segala macam gangguan. (4) Pertunjukan wayang kulit, Lakon yang di ambil setiap tahunnya berbeda-beda. Dalam penelitian ini lakon yang di ambil adalah Lahire Parikesit pengambilan lakon tersebut dimaksudkan agar desa Cangkrep Lor mendapat hikmah serta memulai hidup baru sebagaimana diceritakan dalam lakon wayang. Setiap desa atau daerah tertentu pasti mempunyai kebudayaan. Namun kebudayaan tersebut bisa sama dan bisa pula berbeda, seperti halnya dengan desa Cangkrep Lor kebudayaan atau seni pertunjukan rakyat adalah wayang. Ajaran-ajaran Jawa mulai dari tradisi, sesaji dan wayangan merupakan bentuk budaya yang terwujud. Bentuk dan makna dari sesaji yang digunakan pada prosesi Merti Desa adalah sebagai berikut: (1) Bunga Setaman, terdiri atas rangkaian beberapa bunga, antara lain mawar, melati, kanthil, kenanga, cempaka, telasih, dan sedap malam. Bunga memiliki aroma yang harum, mencerminkan keharuman diri manusia. Artinya, manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak tercemar karena hal-hal negatif. (2) Bubur Putih dan Bubur Abang. Bubur abang memiliki makna sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar diberi doa dan restu sehingga selalu mendapatkan keselamatan. Bubur putih memiliki makna sebagai penghormatan dan harapan dari seseorang yang ditujukan kepada orang tua atau leluhurnya agar Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 29

senantiasa diberi doa restu dan diberi keselamatan. (3) Ingkung, mempunyai makna sebagai kekuatan yang diikat, menggambarkan sikap kepasrahan kepada Tuhan. (4) Pisang Raja, melambangkan kemuliaan seorang Raja yang menjunjung tinggi rakyatnya. (5) Nasi Tumpeng, melambangkan semangat bersatunya antara penguasa dan rakyatnya. Nasi tumpeng biasanya berupa nasi yang dibentuk menyerupai gunungan dan diberi lauk pauk. (6) Tukon pasar, merupakan simbol agar manusia selalu bersyukur atas rejeki yang diterima dari Yang Maha Kuasa, karena tercukupi kebutuhannya. (7) Tenong, adalah sebuah wadah atau tempat yang terbuat dari anyaman bambu. Tenong digunakan untuk meletakan sesaji, dan diberi tutup. Pengertian pandangan masyarakat merujuk pada persepsi masyarakat akan pola pikir dalam menentukan sebuah tradisi. Pola pikir ini akan berbeda atau bisa juga sama dengan pola pikir lain, maka dari penelitian ini akan di temukan perbedaan dan persamaan dari segi pendidikan, agama, dan kebudayaan. Pandangan masyarakat dari segi agama, tradisi Merti Desa dalam pelaksanaannya tetap tertuju pada tuntunnan ajaran agama Islam. Sesaji hanyalah sebagai alat pelengkap yang digunakan dalam acara tersebut. Tradisi Merti Desa atau Rejeban adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan masyarakat desa Cangkrep Lor untuk merayakan hasil panen yang melimpah dari gangguan hama. Agama berasal dari negara Arab dan tradisi Merti Desa berasal dari Jawa. Budaya yang sudah berkembang di masyarakat tidak dihapus begitu saja, namun dikembangkannya dengan ajaran Islam. Oleh karena itu sampai saat ini dalam kehidupan masyarakat antara Islam dan kepercayaan lama dapat berjalan beriringan secara damai. Pandangan masyarakat dari segi pendidikan, pelaksanaan upacara tradisi Merti Desa di Desa Cangkrep Lor ini, mengandung nilai-nilai yang mencerminkan cipta, rasa, dan karsa dari manusia pendukung tradisi tersebut, juga merupakan pendidikan terhadap rasa solidaritas, saling tolong-menolong, dan kebersamaan. Tradisi ini mengandung nilai pendidikan yaitu wujud kesatuan dimana dalam pelaksanaan melibatkan banyak orang sehingga terjalin hubungan yang saling membutuhkan untuk kelancaran upacara. Pandangan masyarakat dari segi kebudayaan, pertunjukan wayang kulit termasuk didalam unsur budaya Jawa. Upacara Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 30

Merti Desa dilaksanakan untuk merayakan hasil panen padi warga yang melimpah. Setiap desa atau daerah tertentu pasti mempunyai kebudayaan. Namun kebudayaan tersebut bisa sama dan bisa pula berbeda, seperti halnya dengan desa Cangkrep Lor kebudayaan atau seni pertunjukan rakyat adalah wayang. Ajaran-ajaran Jawa mulai dari tradisi, sesaji dan wayangan merupakan bentuk budaya yang terwujud. Pandangan masyarakat dalam pelaksanaan upacara tradisi Merti Desa, secara umum mereka berpandangan bahwa upacara ini sebagai media sosial. Maksudnya adalah tradisi tersebut dipakai sebagai sarana mengutarakan pikiran dan kepentingan yang menjadi hajat hidup orang banyak. Upacara tersebut digunakan untuk mengingat apa yang telah dilakukan leluhurnya pada masa lalu sampai masa sekarang. Selain itu upacara tradisional seperti ini juga menjadi media untuk melakukan kontak sosial di antara warga. Diantara contoh dari kontak sosial tersebut adalah pada saat membuat peralatan dan perlengkapan upacara yang dilakukan secara bersama-sama, memberikan sumbangan demi kelancaran acara tersebut dan melakukan ritual secara bersama-sama. Pada intinya upacara tradisi Merti Desa masih menjaga kelestarian budaya dengan petunjuk dan tuntunan ajaran agama Islam. Nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya sangatlah kuat dan akan dipertahankan sampai kapanpun. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, simpulan penelitian sebagai berikut: Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang prosesi tradisi Merti Desa yang dalam pelaksanaannya masih menggunakan ajaran agama Islam sebagai tuntunan yang utama. Prosesi ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Sesaji-sasaji yang digunakan memiliki bentuk dan simbol yang berbedabeda, ini menunjukan kebesaran Tuhan yang Maha Pencipta. Sesaji bersifat kejawen dengan perpaduan Hindu Jawa, namun pada dasarnya dari sesaji-sesaji tadi memiliki makna satu, yaitu hanya kepada Tuhan. Dalam pandangan masyarakat, secara umum masyarakat mendukung penuh tradisi tahunan yang masih berlangsung sampai saat ini. Sebagai perantara sosial didalam hubungan bermasyarakat. Masyarakat menyebut upacara Merti Desa dengan istilah Rejeban, karena tradisi ini dilaksanakan pada bulan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 31

Rejeb. Dari beberapa pandangan, pada dasarnya upacara tradisi Merti Desa adalah ungkapan wujud rasa syukur kepada Tuhan. Daftar Pustaka Koentjaraningrat.1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Moleong, J Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prihatini, Sri Nanik. 2008. Seni Pertunjukan Rakyat Kedu. Surakarta: CV Cendrawasih. Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 32