BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungannya antar sel syarat otak (sinap) terus berkembang. Begitu. melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto, 2005:7).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING (Studi Kasus di BA Aisyiyah Nur Qomariyah, Kenokorejo, Polokarto, Sukoharjo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ketika anak lahir. Tidak semua masyarakat Indonesia menyadari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

2014 UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN SENI MENCETAK DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. harus anak merupakan bagian dari indikator atas perkembangan anak secara keseluruhan.

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. Kanak- kanak. TK adalah tempat anak belajar, anak berkembang lewat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, hingga terdapat beberapa teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun, sehingga anak usia dini memerlukan stimulasi yang tepat melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto,2005:7). Sejak bayi hingga dewasa, setiap orang membutuhkan aktifitas untuk mengisi waktu dengan hal yang menyenangkan. Bagi seorang anak, bermain adalah belajar dan bekerja. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kogitif, sosial, emosi dan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan menggunakan alat permainan, anak dirangsang untuk berkembang secara umum baik perkembangan kognitif cara pengetahuan anak, motorik kasar anak dan lingkungan sosial anak. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi anak sangatlah penting dan perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kreativitas di Taman Kanak-kanak. Media pembelajaran yang digunakan saat memberikan materi pada anak-anak sangat berpengaruh terhadap penyerapan materi. Oleh karena itu perlu adanya media yang menarik, berguna untuk membangun suasana senang serta dapat membantu anak memahami materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Pengayaan media yang menarik dan menciptakan suasana belajar untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak TK DARUSSALAM perlu terus diupayakan. 1

2 Di sekolah guru cenderung mengontrol dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan akademik. Anak dituntut untuk lebih menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung). Guru cenderung berperan dominan dalam pembelajaran, guru mengarahkan anak untuk belajar sesuai dengan keinginannya dan lebih menyukai hasil karya anak sesuai dengan apa yang diperintahkannya sehingga anak tidak mempunyai kesempatan untuk memilih yang anak sukai. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang dikembangkan melalui PAUD meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa, dan kreatifitas (Suyanto, 2005:50). Moeslichatoen (2004 : 32) mengungkapkan bahwa melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya yaitu melakukan kegiatan yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan lain-lain. Terdapat berbagai kegiatan melalui penilaian yang dapat mengembangkan kreativitas anak diantaranya adalah kegiatan painting (melukis), kegiatan printing (mencetak), kegiatan drawing (menggambar), kegiatan college (menempel), dan kegiatan modeling ( membentuk ). Demikian pula Pamadhi dan Sukardi (2008:3.1) menjelaskan : Melukis adalah kegiatan belajar dengan bermain bentuk dan warna serta garis yang disusun dalam suatu media, baik itu kertas, kain, kanvas, maupun dinding yang luas. Melukis merupakan sebuah media untuk mengutarakan pendapatnya, di dalamnya terkandung seribu makna yang tidak dipunyai oleh orang tua. Melukis dapat dilakukan dengan media inkonvesional yaitu melukis dengan media atau langkah-langkah yang menggunakan peralatan standar, misalnya: menggambar dengan pensil, pastel, cat air, atau yang lainnya. Sedangkan media inkonvensional yaitu melukis dengan media yang tidak lazim digunakan, misalnya arang, lilin, finger painting, mencetak dengan berbagai benda, dan lain-lain. Melukis dengan media inkonvensional menciptakan gambar atau lukisan dengan bervariasi teknik, merupakan percampuran teknik standar dengan yang lain (Pamadhi dan Sukardi, 2008:3.24).

3 Kegiatan melukis merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di Play Group. Tempat Penitipan Anak, ataupun di Taman Kanak-Kanak. Anak akan merasa senang sesudah melakukan coretan, setidaknya coretan itu akan menjadi tulisan anak yang menggambarkan angan-angan dan keinginan serat catatan apa yang pernah dialami anak, peristiwa susah, senang atau marah. Anak melukis selayaknya kertas atau benda-benda mainan yang lalu. Kegiatan melukis memiliki manfaat yaitu, untuk dapat melatih kemampuan motorik halus anak, menstimulasi kemampuan logika anak, melatih kepekaan estetika, kemampuan daya bayang ruang (spatial sense), serta memunculkan ide-ide kreatif pada anak (Rachmawati, 2005:1). Biasanya aktifitas melukis yang dilakukan di sekolah hanya dengan menggunakan cat, kuas, dan kertas, sebagai pengganti cat, kuas, dan kertas kita dapat mencoba hal baru dengan menggunakan lilin sebagai bahan untuk melukis untuk anak, kelereng sebagai pengganti cat air. Kegiatan melukis ini dapat menggunakan bahan-bahan dan media yang berada di lingkungan sekitar anak. Dalam kegiatan ini anak dapat mengeksplorasi dan berkreativitas melalui hal-hal yang anak baru ketahui. Pernyataan diatas dapat diperkuat dengan hasil penelitian bahwa pada dasarnya anak telah memiliki potensi yang kreatif sejak lahir walaupun tingkatnya berbeda-beda, dan dapat dikembangkan dan dipupuk. Kreativitas anak dapat dikembangkan melalui bermain dan dengan berbagai media sesuai dengan stimulasi yang tepat. Pada prinsipnya melukis inkonvensional merupakan cara berkreasi menggunakan peralatan dan teknik yang tidak bisa. Cara kerjanya seperti eksperimentasi (percobaan). Melukis inkonvensional, suatu teknik yang dapat melatih dan mengembangkan kreativitas anak, karena teknik inkonvensional menggunakan berbagai macam variasi, selain itu menggabungkan teknik standar dengan teknik yang baru dalam melukis. Melukis dianggap sebagai media ketika anak tidak mampu mengucapkan kata-kata, maka anak mengungkapkannya melalui melukis. Selain itu melukis memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak. Media lilin digunakan sebagai salah satu bentuk variasi dalam pembelajaran

4 melukis untuk anak, diharapkan melalui melukis inkonvensional dan menggunakan media lilin (candle painting) dapat menumbuhkan rasa penasaran anak dalam mengembangkan kreativitasnya, dikarenakan menggunakan bahanbahan yang berbeda pada umumnya, sifat bermainnya lebih banyak dan anak dapat menginterpretasi teknik serta media yang berbeda sehingga anak mau mencoba juga mengkreasikan idenya. Namun penelitian mengenai kegiatan melukis inkonvensional dengan media lilin dalam upaya meningkatkan motorik halus anak masih jarang atau sulit ditemukan oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang baimana penerapan melukis inkonvensional dengan teknik lilin dalam mengembangkan kreativitas anak. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi anak sangatlah penting dan perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kreativitas di Taman Kanak-kanak. Media pembelajaran yang digunakan saat memberikan materi pada anak-anak sangat berpengaruh terhadap penyerapan materi. Oleh karena itu perlu adanya media yang menarik, berguna untuk membangun suasana senang serta dapat membantu anak memahami materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Pengayaan media yang menarik dan menciptakan suasana belajar untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak TK DARUSSALAM perlu terus diupayakan. Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN LILIN (CANDLE PAINTING) di TK DARUSSALAM. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang dituangkan di dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi objektif melukis dengan lilin (candle painting) dalam pembelajaran di kelompok A TK Darussalam Bandung Tahun ajaran 2012-2013?

5 2. Bagaimana implementasi melukis dengan lilin (candle painting) dalam pembelajaran di kelompok A TK Darussalam Bandung Tahun ajaran 2012-2013? 3. Bagaimana sistem evaluasi melukis dengan lilin (candle painting) dalam pembelajaran pada kelompok A TK Darussalam Badung Tahun ajaran 2012-2013? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi objektif/profil pembelajaran pada kelompok A TK Darussalam Bandung Tahun ajaran 2012-2013. 2. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran melukis dengan lilin (candle painting) pada kelompok A TK Darussalam Bandung Tahun ajaran 2012-2013. 3. Untuk mengetahui sistem evaluasi melukis dengan lilin (candle painting) dalam pembelajaran pada kelompok A TK Daruusaalam Bandung Tahun ajaran 2012-2013. D. Manfaat atau Signifikasi Penelitian Manfaat peneliti ini sebagai berikut : 1. Bagi Anak Membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan melukis dengan lilin (canle painting). 2. Bagi Guru Sebagai masukan dan gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran melukis dengan lilin (candle painting). 3. Bagi Sekolah Sebagai rujukan dalam pengembangan atau penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang terhadap pelaksanaan melukis dengan lilin (candle painting).

6 E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi 1. Bab I Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sitematika penulisan. 2. Bab II Kajian Pustaka Bab ini membahas tentang kajian-kajian pustaka mengenai Konsep melukis, Konsep menggenggam, Konsep menggores, Konsep menjiplak, konsep melukis dengan lilin (candle painting) serta Penelitian-penelitian terdahulu. 3. Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan untuk melalukan penelitian, yakni metode penelitian desrkriptif kuantitatif.. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi mengenai pembahasan dan penjabaran tentang pertanyaanpertanyaan di rumusan masalah yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan penulis selama berada di tempat penelitian. 5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dan rekomendasi sebagai sumbangan pemikiran sebagai bahan penelitian lebih lanjut.