BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan aspek penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak tahun 1920-an Ki Hajar Dewantara telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah memanusiakan manusia dalam artian menjadikan perkembangan harkat dan martabat manusia secara optimal (Dantes, 2011). Untuk itu, suasana yang dibutuhkan dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan demikian, pendidikan ini merupakan pendidikan karakter untuk membantu peserta didik mengembangkan kepribadian, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna. Lebih lanjut, dalam pedoman pelaksanaan pendidikan karakter (Kemendiknas, 2011) dinyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Upaya pengembangan pendidikan karakter juga secara eksplisit telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak (karakter) serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk 1

2 berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut sehingga tercipta manusia yang berakhlak mulia. Terkait hal ini, Sudrajat (2010) menjelaskan bahwa semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan dalam pendidikan karakter di sekolah. Lebih lanjut Sudrajat (2010) mengatakan bahwa komponen-komponen yang harus ikut dilibatkan dalam pendidikan karakter adalah isi kurikulum, proses pendidikan dan penilaian, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja warga sekolah serta lingkungan sekolah (Sudrajat, 2010). Menurut Muchsin, dkk., dikatakan bahwa pada saat sekarang ini, pendidikan karakter baru dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah. Kurikulum yang dikembangkan di negara Indonesia belum optimal menyentuh aspek karakter untuk jenjang pendidikan di tingkat sekolah dasar dan jenjang berikutnya (Muchsin, Sulthon, dan Wahid, 2010: 14). Karakter, menurut Lickona (2009), dikatakan berkaitan dengan tiga komponen moral, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral behavior. Berangkat dari tiga komponen moral tersebut, selanjutnya dapat dikatakan

3 bahwa karakter yang baik akan didukung oleh adanya pengetahuan tentang kebaikan, adanya keinginan untuk berbuat baik, dan adanya keinginan untuk melakukan perbuatan baik. Pengertian tersebut dikatakan oleh Lickona secara lebih lengkap sebagai berikut: Character as a reliable inner disposition to respond to situation in a morraly good way, character so conceived has three interelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Lickona, 2009). Dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu program pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah), yang mengorganisasikan dan menyederhanakan berbagai sumber moral yang disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis sebagai pertimbangan dalam pendidikan. Menurut Zuhdi (2009: 39) tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, yaitu nilai-nilai yang dapat diterima luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab, yang dapat dimaknai sebagai perilaku moral. Pendidikan karakter, menurut Zubaedi (2011: 4) dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Tugas guru adalah

4 membentuk karakter peserta didik yang mencakup keteladanan, perilaku guru, cara guru menyampaikan, dan bagaimana bertoleransi. Pendidikan karakter dipandang sangat penting untuk diajarkan sejak usia dini. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku akhlak mulia atau mencerminkan budi pekerti yang luhur. Nilai-nilai positif dan dan perilaku akhlak mulia atau mencerminkan budi pekerti yang luhur tersebut sangat penting dikenalkan pada anak sejak dini. Nilai tersebut merupakan norma yang mempunyai fungsi sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi apa yang harus dilakukan, apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang. Dengan demikian, maka pendidikan merupakan suatu hubungan yang bersifat normatif antara individu dengan nilai. Atas dasar hal tersebut pengertian pendidikan menjadi lebih luas yang dapat diartikan bahwa setelah anak dewasa, anak tersebut tetap masih berada dalam proses pendidikan, meskipun sifat pendidikan tersebut berbeda dengan pendidikan yang diikuti sebelum anak tersebut mencapai masa dewasa. Sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam pembinaan dan penanaman karakter bagi peserta didik. Sekolah merupakan tempat kedua peserta didik dalam melakukan proses sosialisasi setelah keluarga, sehingga peserta didik diharapkan dapat menyerap nilai-nila karakter yang diajarkan di sekolah. Pendidikan karakter merupakan jenis pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan terwujudnya peserta didik yang berintegritas moral tinggi dan mampu merefleksikan integritas moral yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

5 Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pelaksana pelayanan pendidikan dituntut untuk dapat meningkatkan perannya dalam pembangunan moral peserta didik melalui pendidikan karakter. Tuntutan tersebut cukup berasalan mengingat saat ini berkembang fenomena sosial yang mengkhawatirkan terkait menurunnya moralitas peserta didik di masyarakat. Fenomena sosial yang meresahkan tersebut berupa meningkatnya kenakalan remaja, seperti pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, minum-minuman keras dan berbagai kasus-kasus yang jauh dari akhlak seorang peserta didik. Kenakalan remaja yang terjadi di berbagai wilayah, tidak hanya di kota-kota besar mencerminkan gagalnya peserta didik dalam menginternalisasi nilainilai positif yang di dapat dari proses pendidikan. Mengingat fakta demoralisasi sudah sedemikian akut, pendidikan sekolah selama ini bisa dikatakan gagal pada aspek karakter. Sekolah terlalu terpesona dengan target-target akademis, dan melupakan pendidikan karakter. Realitas ini membuat kreatifitas, keberanian menghadapi resiko, kemandirian, dan ketahanan melalui berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak mudah frustasi, menyerah, dan kehilangan semangat juang sampai titik darah penghabisan (Asmani, 2012: 12-16). Dengan melihat kenyataan itulah, pendidikan karakter sangat mendesak untuk dilaksanakan di sekolah khususnya. Caranya adalah dengan mengoptimalkan peran sekolah sebagai pionir. Selain sekolah yang melaksanakan pendidikan karakter juga pihak lain seperti keluarga, masyarakat dan elemen-elemen lain bangsa ini untuk mensukseskan pendidikan karakter.

6 Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga memiliki modal sosial sekolah yang bisa menjadi kekuatan penggerak memajukan pendidikan. Proses dan penyelenggarakan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh jaringan-jaringa atau relasi yang kuat. Jaringan atau relasi tersebut dapat dioptimalkan jika dalam lembaga pendidikan (sekolah) tersebut dapat memanfaatkan modal sosial yang dimiliki. Kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di sebuah atau lembaga satuan pendidikan juga perlu diperhatikan. Salah satu pengelolaan pendidikan karakter di sekolah yang dapat dijadikan percontohan adalah pengelolaan pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dan di SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. Kedua sekolah tersebut sudah mulai melaksanakan internalisasi pendidikan berbasis karakter dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan karakter ke dalam materi pendidikan maupun dalam kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler di sekolah tersebut. Pendidikan karakter di sekolah tersebut terinternalisasikan melalui berbagai kegiatan pembiasaan dan kegiatan penunjang lainnya. Penanaman karakter yang dilakukan di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dilakukan dengan model pembiasaan dengan cara mempraktekkan secara langsung contoh-contoh perilaku yang diharapkan. Langkah tersebut didukung dengan adanya bantuan dana block grant dari pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2012 dalam bentuk kegiatan Pembinaan Agama dan Akhlak Mulia.

7 Di sisi lain, internalisasi nilai-nilai karakter yang dilakukan di SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta lebih menonjolkan karakteristik keagamaan. Internalisasi nilai-nilai karakter yang dilakukan sekolah tersebut dilakukan dalam berbagai kegiatan ko kurikuler yang memiliki karakteristik keagamaan sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan oleh sekolah tersebut. Pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan di kedua sekolah tersebut dapat dijadikan percontohan bagi sekolah lain. Hal ini dikarenakan dalam pengelolaan pendidikan karakter di kedua sekolah tersebut, komitmen dari para guru dan orang tua siswa juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan internalisasi karakter pada siswa. Setelah melihat pemaparan tentang pentingnya pendidikan karakter di sekolah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengelolaan pendidikan berbasis karakter di sekolah. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka fokus utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. Fokus tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam tiga subfokus berikut.

8 1. Bagaimana perencanaan dan implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta? 2. Bagaimana output yang dihasilkan dalam pengimplementasian pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta? 3. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Kota Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Perencanaan dan implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. 2. Output yang dihasilkan dalam pengimplementasian pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta.

9 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian pendidikan karakter di SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis. Manfaat praktis dan teoretis dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut ini. 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan kajian tentang pengelolaan pendidikan karakter di sekolah; b. Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk menambah pengayaan bagi penelitian berikutnya tentang pengelolaan pendidikan karakter di sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah untuk menambah wawasan tentang pengelolaan pendidikan karakter di sekolah; b. Hasil penelitian tentang pengelolaan pendidikan karakter di sekolah bermanfaat untuk dijadikan masukan yang bermanfaat dalam pengelolaan pendidikan karakter di sekolah.