PEMODELAN VULNERABILITAS AIR TANAH DANGKAL DI PANTAI SELATAN KABUPATEN BANTUL- YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM :

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

EVALUASI KERUSAKAN LINGKUNGAN KAWASAN PENAMBANGAN BATUPASIR TUFAAN DI KEC. PRAMBANAN DAN SEKITARNYA, KAB. SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN I.1

PEMETAAN KERENTANAN AIRTANAH DAN PERANANNYA DALAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO PEMETAAN ZONA KERENTANAN AIRTANAH MENGGUNAKAN METODE AQUIFER VULNERABILITY INDEX (AVI) DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

Permasalahan Sumberdaya Air Pulau Karang Sangat Kecil (Studi Kasus di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) Ahmad Cahyadi 1

PEMETAAN RISIKO PENCEMARAN AIRTANAH DI KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN METODE DRASTIC MODIFIKASI

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) BERBASIS OPEN SOURCE UNTUK ANALISIS KERENTANAN AIR PERMUKAAN SUBDAS BLONGKENG

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

PENDUGAAN IMBUHAN AIRTANAH BEBAS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG, BANDUNG UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODA DRASTIC TUGAS AKHIR

PEMETAAN TINGKAT KEPEKAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KOTA SEMARANG

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

PROSIDING TPT XXII PERHAPI 2013 ANALISIS TINGKAT KERENTANAN AIRTANAH PADA RENCANA PERTAMBANGAN BATUBARA DI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI DETEKSI SUMBERDAYA AIR TANAH ANTARA SUNGAI PROGO SERANG, KABUPATEN KULON PROGO DENGAN METODE GEOLISTRIK

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2020 mendatang (Nihon Suido, Nippon Koei Co. Ltd dan KRI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM :

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Airtanah

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

PENELITIAN AIR TANAH DI WADUK PUNTUK SURUH KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

Zonasi Potensi Pencemaran Bahan Bakar Minyak terhadap Airtanah Bebas (Studi Kasus SPBU Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Week 8 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

Prediksi tingkat pencemaran air tanah dangkal daerah Bandung, Jawa Barat Predicted levels of ground water pollution in Bandung, West Java

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK PENATAAN KAWASAN PANTAI

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

Studi Kerentanan Air Tanah Terhadap Kontaminan Menggunakan Metode Drastic di Kota Pekalongan

EDUKASI FENOMENA AMBLESAN-INTRUSI AIR LAUT DAN PENANGGULANGANNYA DI SEMARANG UTARA

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: Yogyakarta, Juni 2011

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

Jurnal APLIKASI ISSN X

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

LOGO Potens i Guna Lahan

Transkripsi:

J.Tek.Ling Vol.7 No. 2 Hal. 145-151 Jakarta, Mei 2006 ISSN 1441 318X PEMODELAN VULNERABILITAS AIR TANAH DANGKAL DI PANTAI SELATAN KABUPATEN BANTUL- YOGYAKARTA Mardi Wibowo Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Groundwater quality, espicially shallow groundwater is very vulnerable to pollution from residence, urban, agriculture, and industrial activity. All of the activity, to result waste and pollutant potentially, that can degrade groundwater quality, like as in southern coast of Bantul Resisence- Yogyakarta. So, it s need modeling of vulnerability of shallow groundwater in unconfined aquifer. Based on natural condition of southern coast of Bantul Residence, parameters are used in development this model are depth of groundwater level, surface geological condition, soil condition, and aquifer media.based on this model, vulnerability of southern coast in Bantul Residence, is: abaut 27,86 km 2 (47,52%) is classified in vulnerable class, 16,23 km 2 (27,69%) is very vulnerable, 5,49 km 2 (9,37% is, poor vulnerable and 9,04 km 2 (15,42%) is not vulnerable. Generally, groundwater vulnerability is degrade toward land. Key words : Modelling vulnerability, shallow groundwater 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas air tanah terutama air tanah dangkal sangat rentan/peka terhadap pencemaran. Hal ini diperparah dengan semakin berkurang nya kawasan resapan air akibat pe-manfaatan lahan untuk pemukiman, perkotaan, pertanian, ataupun industri yang kesemuanya sangat berpotensi untuk menghasilkan limbah yang dapat menurunkan kualitas air tanah, seperti yang telah terjadi di pantai selatan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Untuk mengembalikan kualitas air tanah yang sudah tercemar (remediasi) diperlukan usaha yang sangat besar dengan anggaran yang besar pula. Untuk itulah sebaiknya dilakukan tindakan preventif untuk melindung air tanah dari pencemaran. Tahapan awal untuk usaha preventif tersebut adalah dengan melakukan pengkajian vulnerabilitas air tanah. Dimana hal tersebut merupakan informasi terpenting untuk menentukan prioritas pemantauan kualitas air tanah yang pada akhirnya dapat meminimasi pencemaran air tanah dan kalau bisa mempertahankan kualitas air tanah di daerah tersebut. Pemodelan Vulnerabilitas Air..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 145-151 145

Secara umum vulnerabilitas air tanah didefinisikan kemudahan atau kepekaan air tanah untuk terkena pengaruh dari polusi atau pencemaran yang terjadi di atas permukaan tanah atau dengan kata lain kemudahan zat pencemarn di permukaan tanah untuk mencapai akuifer (air tanah) (1). 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui/ memetakan tingkat vulnerabilitas sumberdaya air tanah terhadap potensi terjadinya pencemaran di akifer dangkal di dataran pantai selatan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pada akhirnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan, penentuan kebijakan di tingkat lokal maupun regional, memberikan informasi tentang keputusan penggunaan lan dan pendidikan publik berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air tanah dan pemantauan kualitas air tanah. Sedangkan sasaran dari penelitian ini adalah: Kompilasi dan analisis data fisik sistem air tanah di Yogyakarta Identifikasi karakteristik di permukaan (tutupan lahan, aktivitas manusia, dll) Pembuatan peta tematik digital datadata yang terkait. Pemilihan model dasar yang akan digunakan Pemetaan vulnerabilitas air tanah dangkal 1.3. Manfaat a. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai pedoman bagi pengambil keputusan untuk membuat kebijakan/ keputusan pengelolaan, pengembangan, pengawasan, pengendalian, pemanfaatan, perlindungan, dan konservasi sumberdaya air tanah di Yogyakarta b. Bagi Masyarakat/ Pengusaha Sebagai informasi untuk mengetahui kepekaan air tanah yang ada di daerahnya, sehingga akhirnya diharapkan masyarakat sadar dan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan air tanah di daerah masing-masing. 2. METODOLOGI Dalam penelitian ini metode atau teknik pendekatan yang dipakai adalah adalah metode pemeringkatan dan pembobotan parameter, yang merupakan pengembangan dari Model Sistem Perhitungan Titik (Point Count System Models). Metode ini berbeda dengan system rating karena adanya penambahan pada peringkat dengan bilangan pengali (sebagai indikator bobot kepentingan). Bilangan ini diberikan pada tiap parameter untuk merefleksikan secara adil hubungan antara parameterparemeter dengan kepentingan mereka terhadap pengkajian vulnerabilitas. Peringkat dari tiap interval dikalikan dengan bobot untuk parameter dan hasilnya dijumlahkan untuk memperoleh skor numerik terakhir yang merupakan pengukuran secara relatif tingkat vulnerabilitas dari area yang satu dibandingkan area lainnya. Skor yang lebih tinggi memiliki sensitifitas yang lebih tinggi pula. Gambar 1 menunjukkan algoritma yang sangat berguna untuk mengembangkan sistem peringkat dan pembobotan parameter. Kemudian berdasarkan Gambar 1 tersebut ditentukan parameter-parameter apa saja yang akan dipakai dalam system atau model ini. Kemudian dilakukan simulasi pembagian kelas (interval) untuk tiap parameter, pemberian skor pemeringkatan dan 146 Wibowo, M. 2006

pembobotan untuk tiap parameter yang dipakai. Setelah konsep model kita peroleh lalu semua data yang ada dibuat dalam bentuk peta tematik digital untuk mempermudah dalam memanipulasi dan menganalisisnya. Untuk proses dan tahapan ini digunakan tools teknologi sistem informasi geografi (SIG) dengan menggunkan perangkat lunak ArcView 3.1. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengembangan Konsep Model Parameter yang dipakai dalam model untuk daerah penelitian ini adalah: 1. Kedalaman muka air tanah Semakin dalam muka air tanah, semakin kecil kemungkinannya untuk tercemar sehingga nilai yang diberikan semakin kecil, sebaliknya kalau semakin dangkal. Karena air tanah yang dalam akan lebih sulit terjangkau oleh zat pencemar yang ada di atas permukaan tanah. 2. Kondisi geologi Kondisi ini mencerminakan batuan penyusun zone vadose (zona tak jenuh air) yang berada tepat di atas muka air tanah. Semakin berpori dan semakin besar nilai permeabilitasnya semakin besar kemungkinan air tanah untuk tercemar (nilainya semakin tinggi) (2) 3. Kondisi tanah Tanah merupakan lapisan paling atas yang menutupi dan melindungi air tanah. Hal ini sama dengan parameter b dimana semakin berpori dan semakin besar nilai permeabilitasnya semakin besar kemungkinan air tanah untuk tercemar. Gambar 1. Tahapan Pendekatan Pembangunan Model Vulnerabilitas Air Tanah (3) Pemodelan Vulnerabilitas Air..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 145-151 147

4. Media dan karaktersitik akuifer Parameter ini sangat berkaitan erat dengan kondisi geologi permukaan dan untuk mengetahui lebih detil biasanya dilakukan pendugaan dengan metode geofisika dan tes pemompaan. 5. Topografi atau kemiringan lahan. Semakin datar topografi di atas air tanah, semakin mudah air tanah untuk tercemar. Karena semakin datar maka kesempatan zat pencemar untuk meresap ke dalam air tanah semakin cepat, sehingga semakin datar skor-nya semakin tinggi. Bobot, pembagian kelas tiap parameter serta nilai skor yang diberikan untuk tiap kelas dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, 4 dan 5 bawah ini: Tabel 1. Bobot, Interval dan Skorparameter Muka Air Tanah (Bobot 5) Kedalaman m.a.t (m) Tabel 2. < 2 5 2 4 4 4 6 3 6 8 2 8 < 1 Bobot, Pembagian dan Skor Parameter Kondisi Geologi (Bobot 4) Jenis Batuan Satuan pasir kerakal aluvial 5 Satuan pasir gumuk 4 Pasir sedang (F. Wates) 3 Pasir lempungan (F. Yogyakarta) 2 Tabel 3. Bobot, Pembagian dan Skor Kondisi Tanah (soil) (Bobot 3) Jenis Tanah Pasir Gumuk (Tanah regosol pasir pantai) 5 Pasir Aluvial sungai 4 Pasir halus gampingan 3 Pasir lempung kehitaman dan merah Kemudian untuk menentukan tingkat kepekaan air tanah terhadap pencemaran yang terjadi di permukaan di lakukan dengan melakukan perhitungan dengan rumus : Total = MbMs + GbGs + TbTs + AbAs+SbSs Keterangan : Mb : Bobot parameter kedalaman muka air tanah Ms : Skor suatu daerah berdasarkan kedalaman muka air tanahnya Gb : Bobot dari parameter kondisi geologi Gs : Skor suatu daerah berdasarkan kondisi geologinya Tb : Bobot dari parameter kondisi tanah Ts : Skor suatu daerah berdasarkan kondisi tanahnya Sb : Bobot dari parameter slope atau kemiringan Ss : Skor suat u daerah berdasarkan slopenya Tabel 4. Bobot, Pembagian dan Skor Kondisi Media Akifer (Bobot 2) Jenis Media akifer 2 Pasir gumuk 5 Pasir alluvial sungai 4 Pasir lempunan alluvial sungai, danau 3 148 Wibowo, M. 2006

Tabel 5. Bobot, Pembagian dan SkorKemiringan Lahan atau Topografi (Bobot 2) Kemiringan lahan ( o ) 0 2 5 2 10 4 Semakin besar nilai totalnya berati air tanah tersebut semakin peka atau rentan terhadap pencemaran. Untuk klasifikasinya (membuat zonasi tingkat vulnerabilitas) perlu dibuat kelas -kelas berdasarkan nilai total yang ada di seluruh daerah penelitian. Proses klasifikasi dilakukan berdasarkan kriteria seperti terlihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Kriteria Pengkelasan Vulnerabilitas Air Tanah Dangkal di Pantai Selatan Kab. Bantul No Kelas Vulnerabilitas Jumlah Skor 1 Tidak Peka < 50 2 Kurang Peka 51-59 3 Peka 60-68 4 Sangat Peka 69 < 3.2. Vulnerabilitas Air Tanah di Pantai Selatan Kab. Bantul Berdasarkan konsep model yang telah dibangun, kemudian dilakukan penampalan layer Peta Kelas : Kedalaman Muka Air Tanah, Kondisi Geologi, Kondisi Tanah, Kondisi Media Akuifer dan Kemiringan Lahan. Dari hasil penampalan diperoleh layer peta dengan total 41 poligon dengan 26 jenis jumlah skor (lihat Tabel 7). Perlu ditekankan bahwa klasifikasi kepekaan disini relatif terhadap air tanah dalam lingkup daerah penelitian dan tidak dapat dibandingkan dengan air tanah di luar daerah penelitian secara langsung. Layer peta ini kemudian direklasifikasi sesuai dengan kriteria yang ada pada Tabel 6 untuk memperoleh Peta Vulnerabilitas Air Tanah Dangkal. Luas Tiap Kelas dan penyebarannya terlihat pada Tabel 8 dan Gambar 2 Dari Tabel 8 dan Gambar 2 terlihat bahwa sebagian besar air tanah dangkal di pantai selatan Kab. Bantul tergolong dalam kelas peka terhadap adanya pencemaran di permukaan tanah yaitu dengan luas sekitar 27, 86 km2 (47,52% dari total luas daerah kajian). Kelas air tanah ini tersebar di bagian tengah daerah penelitian. Tabel 7. Luas Tiap Jenis Jumlah Skor Hasil Penampalan Semua Parameter. No Total SkorxBobot Luas (m2) (%) 1 41 118,424.43 0.20 2 42 1,499,650.33 2.56 3 45 311,807.37 0.53 4 46 1,302,041.71 2.22 5 47 667,810.58 1.14 6 48 5,138,343.01 8.76 7 51 317,421.91 0.54 8 53 1,890,240.90 3.22 9 54 435,114.09 0.74 10 56 15,837.15 0.03 11 57 408,617.01 0.70 12 58 18,853.31 0.03 13 59 2,405,496.23 4.10 14 60 4,513,341.88 7.70 15 61 109,955.58 0.19 16 62 625,143.83 1.07 17 63 1,135,977.76 1.94 18 64 204,965.70 0.35 19 65 15,183,887.20 25.90 20 66 2,041,915.57 3.48 21 68 4,047,087.50 6.90 22 70 1,082,096.95 1.85 23 71 12,163,605.29 20.75 24 73 658,990.74 1.12 25 75 54,673.31 0.09 26 76 2,275,391.61 3.88 58,626,690.94 100.00 Pemodelan Vulnerabilitas Air..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 145-151 149

Gambar 2. Peta Vulnerabilitas Air Tanah Dangkal Air tanah yang tergolong sangat pek a terbentang di bagian selatan daerah penelitian membentang dari barat ke timur sejajar dengan garis pantai. Luas keseluruhan air tanah kelas sangat peka ini adalah 16,23 km 2 (sekitar 27,69% dari keseluruhan daerah penelitian). Air tanah yang tergolong kurang peka tersebar setempat-setempat terutama di bagian utara daerah penelitian dengan luas keseluruhan sekitar 5,49 km2 (sekitar 9,37% dari luas keseluruhan daerah penelitian). Tabel 8. Luas Tiap Kelas Kesesuaian Lahan Sebagai Daerah Resapan Air Sedangkan air tanah yang tergolong tidak peka tersebar setempatsetempat di bagian barat laut dan timur laut daerah penelitian dengan luas keseluruhan sekitar 9,04 km 2 (sekitar 15,42 % dari luas keseluruhan daerah penelitian). Dari uraian tersebut di atas maka secara umum air tanah dangkal di pantai selatan Bantul tergolong peka terhadap terjadinya pencemaran di permukaan tanah yang ada di atasnya. Dan dapat dikatakan bahwa secara umum ke arah darat kepekaan air tanah terhdap pencemaran semakin berkurang. 4. KESIMPULAN No Kelas Vulnerabilitas Luas (m 2 ) % 1 Tidak Peka 9,038,077.42 15.42 2 Kurang Peka 5,491,580.61 9.37 3 Peka 27,862,275.02 47.52 4 Sangat Peka 16,234,757.90 27.69 58,626,690.94 100 Sumber : Hasil pengolahan, 2005 1. Seiring semakin pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi di pantai selatan Bantul maka potensi pencemaran terhadap air tanah juga semakin meningkat, oleh karena itu perlu adanya pengkajian tingkat vulnerabilitas air tanah di pantai selatan Kab. Bantul. Secara umum kondisi alami pantai selatan Bantul relatif seragam (tidak banyak variasi) 150 Wibowo, M. 2006

sehingga dalam pengkelasannya harus lebih rinci (detil). 2. Berdasarkan pada kondisi alami pantai selatan Kab. Bantul, maka parameter yang dipakai dalam pengembangan konsep model vulnerabilitas ini, adalah : Kedalaman muka air tanah Kondisi geologi permukaan Kondisi lapisan tanah (soil) Media akifer dan karakteristiknya Topografi dan kelerengan 3. Untuk kasus pantai selatan Kab. Bantul, model dasar yang dipakai adalah model Point Count System yang merupakan salah satu pengembangan dari system evaluasi parametric karena metodenya relatif sederhana dan hasilnya cukup baik, dan telah banyak dikembangkan di berbagai negara. 4. Secara garis besar tingkat kepekaan air tanah di pantai selatan Bantul sangat besar tapi untuk membuat zonasi tingkat kepekaan di tiap lokasi perlu adanya pemodelan ini pada TA 2005. 5. Saran : Update data dan penyempurnaan (verifikasi) konsep model perlu terus dilakukan 6. Sebagian besar air tanah dangkal di pantai selatan Kab. Bantul tergolong dalam kelas peka terhadap adanya pencemaran di permukaan tanah yaitu dengan luas sekitar 27, 86 km2 (47,52% dari total luas daerah kajian). Kelas air tanah ini tersebar di bagian tengah daerah penelitian. 7. Air tanah yang tergolong sangat peka terbentang di bagian selatan daerah penelitian membentang dari barat ke timur sejajar dengan garis pantai. Luas keseluruhan air tanah kelas sangat peka ini adalah 16,23 km 2 (sekitar 27,69% dari keseluruhan daerah penelitian). 8. Air tanah yang tergolong kurang peka tersebar setempat-setempat terutama di bagian utara daerah penelitian dengan luas keseluruhan sekitar 5,49 km2 (sekitar 9,37% dari luas keseluruhan daerah penelitian). 9. Sedangkan air tanah yang tergolong tidak peka tersebar setempatsetempat di bagian barat laut dan timur laut daerah penelitian dengan luas keseluruhan sekitar 9,04 km 2 (sekitar 15,42 % dari luas keseluruhan daerah penelitian). 10. Secara umum air tanah dangkal di pantai selatan Bantul tergolong peka terhadap terjadinya pencemaran di permukaan tanah yang ada di atasnya. Dan dapat dikatakan bahwa secara umum ke arah darat kepekaan air tanah terhdap pencemaran semakin berkurang. DAFTAR PUSTAKA 1. Harter, T., and Walker, LG., 2001, Assessing Vulnerability of Groundwater, Tidak dipublikasikan. 2. Mc. Donald and Partners, 1984, Groundwater Appedices, Greater Yogyakarta Groundwater Resources Study, Overseas Development Administratition, London - Grroundwater development Project, Indonesia, Dir. General of Water Resources Development, Jakarta. 3. Vrba, J., and Civita, M., 1994, Assessement of Groundwater Vulnerability, dalam Guidebook on Mapping Grounwater Vulnerability International Association of Hydrogeological v.16, Verlag Heinz Heise, Hannover 4. Warkhaida, L., 2001, Evaluasi Potensi dan Arahan Pengembangan Air Bawah Tanah Dangkal di Dataran Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi di Jurusan T. Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasika Pemodelan Vulnerabilitas Air..J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 145-151 151