BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemidanaan terhadap Pecandu Narkotika merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan hak asasi yang menderita. 1 Korban kejahatan yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya dan kemajemukan masyarakatnya. Melihat dari keberagaman budaya dan kemajemukan masyarakat tersebut, negara menjamin perlindungan bagi masyarakat. Menurut Konstitusi Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pasal 28D Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan bahwa adanya jaminan kesamaan bagi setiap orang dihadapan hukum dalam penegakannya, oleh sebab itu setiap orang atau warga negara berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil sesuai dengan norma hukum yang berlaku dinegara Indonesia. Hukum Pidana tidak akan lepas dari tiga permasalahan, yaitu: tentang perbuatan yang dilarang, orang yang melakukan perbuatan dilarang itu, dan pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama mengenai perbuatan yang dilarang, menyangkut persoalan kriminalisasi dan dekriminalisasi dengan syarat-syarat yang terkandung di dalamnya. Masalah kedua, mengandung peraturan yang rumit yang menyangkut orang atau subjek 1 Budi Hermidi, 2002, Pembinaan Narapidana sebagai Upaya Untuk Mewujudkan Tujuan Pemidanaan, Semarang, Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, hlm. 11. 1

2 hukum pidana dalam pertanggungjawaban pidana. Serta masalah yang ketiga, yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu. 2 Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi semakin lama mengalami pertambahan yang sangat signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi dari kejahatan perorangan sampai kejahatan terorganisir. Penyalahgunaan narkotika adalah pemakaian narkotika diluar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, dan pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam segala aktifitas serta menimbulkan ketergantungan. 3 Penyalahgunaan narkotika tersebut dirasa merugikan negara karena generasi muda memperoleh dampak buruk dari narkotika yang berimbas pada jasmani dan rohani generasi muda yang menjadi harapan bagi generasi penerus bangsa. Guna menanggulangi penyalahgunaan narkotika tersebut harus dapat diatasi melalui usaha-usaha penanggulangan tindak pidana narkotika sebagai pelaksana penegak hukum di Indonesia. Upaya aparat penegak hukum dalam menangani pengguna narkotika yang diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 56, yaitu: 1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. 2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri. 2 Muladi, 1985,Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung : Alumni, hlm. 16-17. 3 Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, Jakarta, PT Raja Grafindo, Persada, 2008, hlm. 2.

3 Sistem peradilan pidana dapat dilihat bahwa serangkaian penegakan hukum mulai dari proses penyidikan, penuntutan, putusan hakim dalam pengadilan sampai dengan lembaga pemasyarakatan. Tata urutan mengenai proses penegakan hukum tersebut, nampak bahwa kepolisian merupakan instansi pertama yang melakukan proses awal dalam penegakan hukum pidana. Setiap warganegara mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum yang secara khusus oleh POLRI (Polisi Republik Indonesia) sebagai lembaga penegak hukum pada awal proses penegakan hukum pidana. Dilihat dari sisi sebagai penegakan hukum, sesuai Pasal 13 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia mengatur mengenai tugas POLRI, yaitu : 1. mempunyai tugas untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. 2. menegakkan hukum. 3. memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Kedekatan polisi dengan masyarakat tidak lain karena tugas-tugas yang diembannya. Selain sebagai penegak hukum (law enforcement official), seorang petugas Polisi juga bertugas sebagai pelayan masyarakat (public service) serta sebagai petugas pemelihara ketertiban (order maintenance official). 4 Pada waktu menjalankan tugasnya terkadang polisi mengalami benturan-benturan dari anggota masyarakat itu sendiri ketika kepentingan- 4 http://ferli1982.wordpress.com/2011/09/26/diskresi-kepolisian/. Senin, 05 Maret 2013.

4 kepentingan masyarakat tidak ditanggapi atau diakomodir oleh anggota kepolisian. Persepsi inilah yang melatarbelakangi masyarakat menilai anggota kepolisian bertindak atas keuntungan yang diperoleh dari tugas-tugas polisi tersebut. Polisi harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat atau lebih dikenal dengan istilah diskresi. Keputusan yang cepat dan tepat itu tentu saja dilatarbelakangi atas sebuah pertimbangan serta disertai dengan adanya pertanggung jawaban. Sesuai dengan Pasal 18 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yakni: (1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundangundangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Diskresi tersebut dinilai oleh beberapa pihak berpotensi menimbulkan arogansi dan tindakan kesewenang-wenangan dari aparat kepolisian itu sendiri, yang justru akan memperburuk citra kepolisian. Karena dengan adanya kewenangan untuk melakukan diskresi, maka peluang seorang petugas Polisi untuk berbuat kesewenang-wenangan yang berujung dengan adanya perbuatan menyimpang akan sangat terbuka. Hal ini tidak dapat dipungkiri dan merupakan sebuah pemikiran logis yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

5 Memanglah sulit membuat pertimbangan tindakan apa yang akan diambil dalam saat yang singkat pada penanggapan pertama suatu tindak pidana. 5 Menanggapi permasalahan tentang penentuan pihak kepolisian mengenai pengguna narkotika yang ditangani cenderung tidak sesuai dengan proses peradilan pidana dan menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Kepolisian cenderung melakukan tindakan sepihak untuk menanganinya tanpa melalui proses permohonan atau penetapan dari pengadilan. Tindakan diskresi kepolisian mempertimbangkan dari segi-segi yang ada, walaupun pada kenyataannya masyarakat lebih menilai bahwa kepolisian bertindak secara sewenang-wenang. Adanya kontra antara masyarakat dengan pihak kepolisian berkaitan dengan hal tersebut seringkali menimbulkan permasalahan baru dalam penegakan hukum di Indonesia. Maka dari itu penulis dalam tugas akhir skripsi ini mengambil judul Kewenangan Diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Menentukan Rehabilitasi Pengguna Narkotika. 5 Andi Hamzah, 1993, HukumAcara Pidana Indonesia, CV Sapta Artha Jaya, Jakarta, hlm.81.

6 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan tersebut, maka dapat diambil perumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kewenangan Diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menentukan Rehabilitasi Pengguna Narkotika? 2. Apakah Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai kendala dalam menentukan Rehabilitasi Pengguna Narkotika? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui kewenangan diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menentukan rehabilitasi pengguna narkotika. b. Untuk mengetahui apakah ada kendala dalam peraturan perundangundangan mengenai penentuan rehabilitasi terhadap pengguna narkotika yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Tujuan Subyektif a. Memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan wajib bagi setiap mahasiswa dalam mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. b. Memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum, khususnya Hukum Pidana.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Obyektif a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi penelitian-penelitian untuk tahap berikutnya. b. Diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang tindakan diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap rehabilitasi pengguna narkotika. Karena hal itu merupakan salah satu bagian dari perkembangan hukum yang terjadi dalam masyarakat dan dalam hubungannya dengan hukum pidana. c. Memberikan sumbangan penelitian tidak hanya pada teori tetapi juga dalam prakteknya. 2. Manfaat Subyektif a. Memberikan masukan pengetahuan dan pemahaman kepada penulis dan masyarakat. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada aparat penegak hukum dan pranata lainnya yang berhubungan dengan Ilmu Hukum supaya dapat saling kooperatif dalam melaksanakan tugasnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Kewenangan Diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Menentukan Rehabilitasi Pengguna Narkotika merupakan karya asli penulis, jika terdapat kesamaan bukan merupakan plagiat akan tetapi

8 sebagai penambah atau pelengkap. Berikut beberapa contoh beberapa penulisan atau skripsi yang mendekati kesamaan : 1. Diskresi Kepolisian Dalam Menangani Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Psikotropika yang ditulis oleh Silvia Herliana Pramono. Rumusan masalahnya yaitu kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan diskresi kepolisian terhadap anak yang melakukan tindak pidana psikotropika? Hasil penelitian atau kesimpulannya yaitu; Kendala yang dihadapi dalam penerapan diskresi kepolisian terhadap anak pelaku penyalahgunaan psikotropika adalah, aturan yang berlaku dalam sistem hukum yang ada mewajibkan penyidik untuk menindak lanjuti perkara-perkara yang masuk. 2. Peran Badan Narkotika Kota Terhadap Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika Di Kota Yogyakarta yang ditulis oleh Leonna Syamsinar Marpaung. Rumusan Masalahnya yaitu Apakah Peran Badan Narkotika Kota Yogyakarta Terhadap Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika di Kota Yogyakarta sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku? Hasil penelitian atau kesimpulannya yaitu Peran Badan Narkotika Kota terhadap Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika di Kota Yogyakarta dengan ketentuan Pasal 5 (a) dan (b), 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2006 pada saat ini dalam hal Rehabilitasi Medis dalam hal pemberian kegiatan pengobatan terhadap korban untuk melakukan rehabilitasi dirumah sakit atau ditempat rehabilitasi yang telah ditunjuk atau ditetapkan serta Rehabilitasi Sosial yang merupakan rehabilitasi pasca rehabilitasi medis.

9 3. Penanggulangan Tindak Pidana Menggunakan Narkotika Yang Dilakukan Anggota Kepolisian Dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotikayang ditulis oleh Tamrin Djabumir Rumusan Masalahnya yaitubagaimana upaya penanggulangan terhadap tindak pidana menggunakan narkotika yang dilakukan oleh anggota kepolisian?hasil Penelitian atau Kesimpulannya yaitu Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana narkotika oleh anggota kepolisian adalah dengan melalui sarana non-penal dan sarana penal. Sarana non-penal dilakukan melalui kode etik profesi kepolisian. Selain upaya penanggulangan dengan nonpenal, juga dilakukan melalui sarana penal. Sarana penal dilakukan apabila telah dijatuhkan sanksi kode etik sebanyak 3 (tiga) kali melalui sidang kode etik profesi kepolisian maka akan ditindak lanjuti dengan mekanisme peradilan umum. F. Batasan Konsep 1. Kewenangan Kewenangan adalah: 1) Hal berwenang 2) Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. 6 2. Diskresi Diskresi adalah kebebasan mengambil keputusan sendiri dari setiap masalah yang dihadapi. 7 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia

10 3. Kepolisian Negara Republik Indonesia 1) Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3) Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian. 8 4. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah 1. 1 pemulihan kpd kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula); 2 perbaikan anggota tubuh yg cacat dsb atas individu (msl pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yg berguna dan memiliki tempat dl masyarakat; 9 5. Tindak pidana Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang dapat dimintakan pertanggungjawaban pelaku serta kepada pelaku dikenakan sanksi pidana. 10 7 Ibid. hlm. 237. 8 Pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang N0.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Anfaka Perdana, Surabaya. 9 http://www.artikata.com/arti-347326-rehabilitasi.html., kamis 21 Maret 2013. 10 Dr. Moh. Hatta SH., 2010, Kebijakan Politik Kriminal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 101.

11 6. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan tertentu. G. Metode Penelitian 1) Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. 2) Jenis Data Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian hukum normatif maka sumber data penelitian ini bersumber pada data sekunder. Adapun bahan-bahan jenis data yaitu : a) Bahan Hukum Primer berupa : 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 3. Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 4. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

12 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Rehabilitasi 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika b) Bahan Hukum Sekunder berupa : 1. Buku-buku yang membahas tentang Diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Rehabilitasi Narkotika 2. Makalah, tulisan ilmiah dan situs internet maupun media massa yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti dan hasil penelitian berupa definisi dan pendapat hukum. 3) Metode Pengumpulan Data a) Studi Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari Bahan Hukum Primer dan Sekunder; b) Wawancara dengan narasumber: 1. Ibu Retno Pramudyaningtyas, yang merupakan salah satu pegawai medis RSJ Grhasia Pakem Yogyakarta. 2. Ibu Dwi Astuti, sebagai Kepala Bagian Operasional Polresta Yogyakarta. 3. Bapak Rudiarto, sebagai anggota Kepolisian Polresta Yogyakarta. 4) Analisis Data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian adalah analisis kualitatif. Yaitu dengan memahami dan membandingkan bahan hukum primer dengan hukum

13 sekunder apakah ada perbedaan, persamaan pendapat hukum dan ada tidaknya kesenjangan. 5) Proses Berpikir Dalam penarikan kesimpulan, proses berpikir bernalar digunakan secara deduktif. H. Sistematika Sripsi BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan konsep, metode penelitian, serta berisi sistematika penulisan hukum. BAB II DISKRESI KEPOLISIAN DALAM MENENTUKAN REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA Bab ini berisi pembahasan mengenai tinjauan umum diskresi Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengertian diskresi, pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kewenangan dikresi Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tinjauan tentang rehabilitasi pengguna narkotika, pengertian rehabilitasi, pengertian pengguna narkotika, proses dalam menentukan rehabilitasi pengguna narkotika seperti hak, pengajuan dan pelaksanaan rehabilitasi, pemberian rehabilitasi pengguna narkotika oleh polri serta kendala kepolisian dalam menentukan diskresi terhadap rehabilitasi pengguna narkotika.

14 BAB III PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang uraian yang berkaitan dengan Bab II. Saran merupakan masukan dari penulis mengenai pembahasan yang telah diuraikan.